39

787 62 1
                                    

Lia bergerak tak nyaman di ranjang Uks. Sebenarnya, tadi Ibunya menyuruh tidak masuk sekolah namun Lia memaksa karena takut ketinggalan pelajaran tapi pada akhirnya tumbang juga.

"Julia kalau masih gaenak mending tidur dulu aja, kalau bel istirahat nanti ibu bangunin buat makan dulu," ujar Guru penjaga UKS mengalihkan atensi Lia.

Lia mengangguk lemas, ia jadi mencari posisi nyaman lalu menutup mata mulai terlelap.

Lia berdehem, ia membuka matanya berat, ia menempelkan tangannya ke dahi sendiri untuk mengecek suhu tubuh, masih hangat namun sudah tidak pusing seperti tadi.

Lia bangun untuk mengubah posisi menjadi duduk ia menoleh lalu berjengit kaget karena Refal ada di sebelahnya.

Lia mendesah kasar, ia duduk lalu bersandar. Lia bergeming menatap Refal yang sedang tertidur pulas sembari menempelkan pipi nya ke tempat tidur dan menggengam sebelah tangan Lia.

Lia bergeming membiarkan Refal menyalurkan kehangatan lewat tangannya.

Ia jadi berdehem tersadar, sudah beberapa menit terlewati dan Refal masih tertidur. Lia menoleh kanan kiri, kosong. Bu Guru penjaga UKS tidak ada. Ada rasa ragu untuk membangukan Refal.

Lia menggerakan tangan yang satunya, ia mencolek pipi Refal pelan, namun Refal tetap bergeming. Lia jadi mendesah, ia mulai mencolek pipi Refal lagi pelan namun Refal tidak terusik membuat Lia mendesah kasar.

Kebo banget!!

Entah setan dari mana yang merasuki Lia, tangannya jadi berada di puncuk kepala Refal lalu mengusapnya pelan. Refal mulai terusik dan membuka mata perlahan membuat Lia kaget setengah mati.

PLAK!!

"Aww Lia sakit woy!!!" Pekik Refal langsung bangun sembari memegang pipinya yang tidak sengaja tertampar oleh tangan Lia yang digengam tadi.

"Jangan pegang sembarangan makannya!" Jawab Lia datar menyembunyikan kagetnya.

"Perih tau!! Lo namparnya kenceng banget," Rengek Refal mengusap bekas tamparan tadi membuat Lia menoleh merasa bersalah.

"Sakit banget?" Tanya Lia membuat Refal jadi memajukan pipinya.

Lia menyentuh pelan pipi Refal membuat Refal jadi membeku tersadar sesuatu. Degup jantung Refal jadi melaju kencang, matanya tidak lepas menatap Lia dari dekat yang sedang mengusap-usap pipinya pelan.

Lia jadi menoleh melirik kecil Refal yang sedang terdiam menatapnya, tersadar sesuatu, Lia dengan cepat menjauhkan tangannya namun malah tidak sengaja menampar Refal lagi.

PLAK!!


"AIS LIAA!!" Pekik Refal.

"Duh maaf,"

**

Semua sudah duduk berhadapan di meja makan panjang dan besar di kediaman Lusi. Kelas XI-Mipa 1 sedang masak kelas hari minggu ini. Ribut dan ricuh saling tertawa dan berebut piring mengisi meja makan.

Sementara Lia sudah duduk tenang, mengambil nasi lalu lauk pauk dengan tenang, lalu berdiri membuat kursinya berderet dan menjadi perhatian.

Tangan Lia terulur, menyodorkan piring yang sudah terisi makanan pada Refal yang berada di sebrangnya membuat semuanya jadi bersorak heboh.

Refal jadi mengerjap, terkejut kecil lalu mengulum senyum samar sambil menerima piring dari Lia.

"Makasih." Ujar Refal tanpa suara membuat Lia mengangguk.

"Eh... ada apa nih?" Tanya Ezra bersorak heboh.

"Bentar- bentar!!! Kok tadi gue lihat cincin couple masa?!?!" Tanya Ailee membuat yang lain jadi heboh turun daru kursi melihat jari Refal dan Lia.

"Eh gelang nya juga kok sama si?" Ujar Bella menarik tangan Lia.

"Ada breaking news apa nih? Kok DR gak heboh?!" Ujar Dean bingung.

Kenath yang sudah tahu dari awal hanya diam menikmati makanannya.

Lia yang sudah kewalahan menanggapi para temannya jadi melirik ponsel yang berdering membuka chatroom dari Fauzan.

Fauzan : Lia ngobrol yu

Fauzan : di tukang sate simpang depan perum lo

Fauzan : lo bisanya kapan?

**

"Ada apa Zan?" Tanya Lia duduk di depan Fauzan membuat Fauzan mendongkak.

Lia jadi mengerjap, seharusnya ia yang mengajak Fauzan mengobrol bukan malah sebaliknya setelah kejadian perjodohan malam itu.

"Sorry Zan, buat perjodohannya...."

"Gak perlu, lagian lo suka nya sama Refal kan? Ngapain harus dijodohin sama gue?" Ujar Fauzan santai membuat Lia menatapnya.

"Lagian, orang tua kita udah setuju batal kan. Dan elonya sama Refal juga udah... yah baguslah." Ujar Fauzan melirik cincin perak yang dipakai di jari manis Lia.

Lia jadi menunduk, tidak enak. "Sorry Zan, gue gak enak." Ujar Lia membuat Fauzan menggeleng.

"Bonyok gue juga gak terlalu permasalahin. Malah, sebelumnya mereka yang mau batalin duluan dan udah nyari yang lain buat dijodohin sama gue." Ujar Fauzan membuat Lia membelalak.

"Serius?" Tanya Lia membuat Fauzan mengangguk.

"Jangan dipikirin, masalah perjodohan gini, orang tua gue itu kayak yang udah biasa gitu, gue juga kadang heran, disaat orang tua harus mikirin anak mereka bahagia apa enggak sama orang yang di jodohinnya, tapi bonyok gue nganggap nya sepele banget."

"Terus elo, alasan mau aja di jodohin sama gue apa?" Tanya Lia membuat Fauzan menatapnya lurus. "Sama lah kayak lo. Lo juga karena orang tua kan?" Jawab Fauzan membuat Lia tertegun.

"Gue juga minta maaf, karena sebelumnya mepet banget maksain deketin elo, padahal elonya gak nyaman. Yah mau gimana lagi, nyokap maksa." Ringis Fauzan menggaruk tengkuknya membuat Lia menggeleng, tidak masalah.

"Yaudah, gue duluan ya. Tuh sate, buat om sama Tante." Ujar Fauzan menunjuk kresek membuat Lia berterimakasih.

"Langgeng ya sama Refal." Ujar Fauzan tersenyum membuat Lia mengangguk menatap punggung yang menjauh.

**
  Jadi Refal dan Lia sekarang hubungannya apa tuh?🤭

Terimakasih 🙏

Maaf kalau ada typo

See you :)

ACCISMUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang