EPILOG

1.1K 68 1
                                    

"Duh... Ayah Bunda, ini udah lewat sebulan loh!! Keterlaluan banget, bikin anak orang nunggu." Gerutu Refal membuat Natali mendelik.

"Seharusnya kamu bersyukur, Bunda mau nurutin kemauan kamu." Tajam Natali membuat Refal mengubah rautnya jadi terkekeh, meminta damai.

"Awas kalau setelah ini gak masuk 3 besar, kamu ingkar janji berarti." Ujar Natali membuat Refal mengangguk- angguk patuh.

"Tapi, gimana kalau Papahnya Lia udah keburu kerja ke luar kota lagi?!" Tanya Refal kembali panik membuat Natali menggeleng malas.

Hanif turun dari tangga sambil merapikan Jas hitam yang melekat di tubuhnya membuat Refal berbalik, menatap Ayahnya.

"Tenang Refal, Ayahnya Lia masih di rumah kok." Ujar Hanif membuat Refal memajukan bibir bawahnya. "Kok, Ayah bisa yakin banget?" Jawab Refal membuat Hanif mengangkat alis.

"Kan, Ayahnya Lia pegawai di kantor punya Ayah."

**

Acara tukar cincin ditutup dengan Lia yang memasangkan cincin berwarna silver ke jari manis Refal diikuti tepuk tangan.

Acara pertunangannya tidak mewah, sederhana saja. Yang hadir hanya keluarga Lia, Ibu Kenath dan Kenath dan keluarga Refal. Tidak mengundang keluarga yang lain.
Dan dekorasi rumah Lia pun cukup sederhana, mengingat ini acaranya dadakan.

Senyum Refal terbit, ia menatap cincin yang terpatri di jari manisnya. Perjuangannya meminta restu untuk bertunangan dengan Lia ada hasilnya dengan syarat Refal harus belajar yang rajin dan masuk rangking 3 besar.

"Ehm... ciee." Goda Kenath membuat Refal tertawa sementara Lia hanya berdehem.

Sementara anggota keluarga yang lain sudah duduk di sofa ruang depan untuk bercengkrama lebih lama.

"Tinggal nyusun rencana date nih, buat mengenal satu sama lain lebih banyak. Ya kan Lia?" Refal menyeringai menoleh pada Lia yang memiringkan kepalanya, berpikir.

"Gue harus bikin jadwal belajar ngajarin elo dari mulai mapel peminatan, terus umum...."

Refal mengubah raut wajah membuat Kenath menyemburkan tawa.

"Harus masuk 3 besar kan? Harus belajar yang giat." Ujar Lia karena tahu syarat yang diajukan Nathali jika Refal mau tunangan.

Refal berdecak malas. "Iya deh."

**

"Salah. Coba kerjain lagi."

Refal memanyunkan bibir, menerima buku yang disodorkan Lia padanya. Sudah 2 minggu berlalu, Lia belajar bersama Refal di rumahnya, tepatnya di ruang depan.

Refal mengetukan pensil ke meja, menatap soal di depannya fokus lalu mulai mencoret-coret kertas kosong untuk menghitung. Refal itu sebenarnya gak bodoh-bodoh amat. Dia masuk sepuluh besar kelas 10 kemarin.

Cuman masalahnya ini nih, mentang-mentang tunangannya juara lomba olimpiade matematika, soal yang diberikan pada Refal jadi tidak masuk akal tingkatan sulitnya.

Lia juga sebenarnya hanya masuk 5 besar di kelas. Karena jujur, memang persaingan di kelas sangat ketat. Meskipun begitu, Lia berusaha keras agar membantu progres Refal untuk masuk 3 besar dan menghadapi Penilaian Tengah Semester.

Refal merengek frustasi membuat Lia menoleh. Mereka sedang duduk lesehan di atas tikar dengan meja di depannya.

"Masih belum?" Tanya Lia membuat Refal menoleh, menatapnya.

Alis Lia terangkat saat Refal menyodorkan telapak tangannya.

"Butuh di charge." Ujar Refal membuat Lia berdecih. "Modus." Jawab Lia membawa tangannya untuk menggenggam tangan Refal.

"Biarin. Sama tunangan sendiri. Daripada, gue modusnya sama pacar orang." Lia sontak mengernyit membuat Refal tersentak, salah nyeletuk.

"Berani?" Lia memukul tangan Refal yang ia genggam membuat empunya meringis perih. Pukulannya gak main-main.

"Bercanda."

Dan seperti itulah hubungan keduanya. Bukan hubungan cinta yang menggebu-gebu tapi hanya kisah cinta anak SMA yang slow, manis, cringe dan mengikuti alur kehidupan remaja mereka.

END

**

Tunggu extra chapter untuk keuwuan Refal dan Lia gaiss😚

See you Extra Chap :)

ACCISMUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang