30

797 63 3
                                    


"Jadi, lo liat Refal mesra-mesraan sama Sheiren, terus nangis dianterin pulang sama Fauzan?" Tanya Clairin setelah mendengar Lia bercerita.

"Gua gak nangis." Sanggah Lia membuat Clairin berdecak. "Masih ngeles lo," sebalnya.

"Terus, kenapa Refal marah? Hubungan kalian akhir-akhir ini kata elo gak baik kan?" Tanya Johan membuat Lia mengangkat bahu.

Mereka bertiga sedang duduk setelah pulang sekolah, di tangga sebelah lapangan utama. Lia dan Clairin duduk di anak tangga ketiga sedangkan Johan berdiri menyender pada tembok.

"Dia ngomong-ngomong gue pelukan sama Fauzan, ngaco. Padahal kan nggak." Ujar Lia membuat Clairin dan Johan saling pandang.

"Jadi... perasaan lo sama Refal, gimana?" Tanya Johan membuat Lia jadi tersentak. "Gimana apanya? Kita temen lah." Ujarnya membuat Clairin mendengus.

"Lo itu suka, kenapa masih ngeles si? Apa yang lo khawatirin?" Tanya Clairin membuat Lia mengalihkan pandangan, menatap tangga dibawahnya.

"Pokoknya gue gak suka, biasa aja." Ujar Lia membuat Clairin dan Johan bergerak jengah.

"Iya deh iya, terserah lo." Ujar Johan meledek.

"Nanti, Refal jadi sama Sheiren lo jangan mewek." Ejek Clairin membuat Lia mendelik.

Tentu saja, ada yang Lia khawatirkan. Refal itu ramah, dia baik pada semua orang. Bagaimana jika perlakuannya pada Lia itu hanya sikap baiknya seperti pada orang lain?

Melihat Refal yang bersikap begitu, wajar saja Lia khawatir.

**

Langkah kaki Lia terhenti saat berada di pintu kelas. Netranya tak berhenti menatap kursi kosong di jajaran ke 3 baris ke 2.

Kursi Refal.

Helaan napas terdengar dari mulut kecil Lia, jika begini terus, ia akan terus memikirkan Refal, sedangkan olimpiade tersisa satu hari lagi.

"Olimpiade!"

Tangan Lia menepuk jidatnya pelan, dia lupa untuk membeli kacamata baru, karena kacamata lamanya rusak, tidak sengaja terinjak oleh Dean.

Meskipun minus nya kecil, dan bisa tanpa kacamata. Tapi untuk belajar, dia harus, karena belajar Lia berjam-jam dan kepalanya akan pusing jika tidak mengenakan kacamata.

Bibir Lia berdecak kecil, hari ini ia akan dispen kembali. Artinya, ia tidak akan bisa bertemu Refal walau hanya menatap dari jauh seperti sebelumnya.

Ck, lagi-lagi Refal.

"Olimpiade Lia!" Ketuk Lia pada kepalanya pelan.

**

Kepala Lia mengangguk saat Salma dan Faldi menyapanya yang baru datang ke perpustakaan.

Gerakan tangan Lia terhenti saat melihat kotak hitam yang ada di depannya. Matanya melirik kanan-kiri, lalu mengambil kotak tersebut.

"Punya?" Tanya Lia pelan kepada Salma yang duduk di sebrangnya.

Salma menunjuk dirinya dengan pulpen membuat alis Lia terangkat. Seolah bisa membaca pikiran Lia, Salma kembali menyahut.

"Gatau dari siapa, udah ada di situ dari pagi." Ujarnya membuat Lia memainkan bibir.

Tangan Lia bergerak membuka kotak tersebut, sebenarnya ia sudah tahu bahwa ini adalah kotak kacamata. Dan setelah dibuka, ternyata benar.

Batangnya tipis berwarna silver, berbentuk bulat, modelnya sangat moderen dan cantik menurut Lia, berbeda dengan kacamatanya yang kemarin pecah.

Kacamata kemarin berbentuk kotak dengan batang tebal berwarna hitam. Atau lebih banyak di sebut kacamata nerd, tapi Lia tidak terlalu memperdulikan karena hanya butuh saat belajar.

Tangannya bergerak membuka kamera handphone lalu mencoba mengenakannya, Lia menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri lalu memperbaiki letak kacamatanya.

Wajah Lia berbinar, bibirnya tertarik kecil ke atas. Ini sangat jauh... jauh... jauh lebih baik dan lebih bagus dari kacamatanya yang kemarin.

"Ah Dean," Lia teringat lalu membuka roomchat.

Lia : Dean makasih banyak

Dean : sama-sama

**

Julia Jisu dan kacamata barunya❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Julia Jisu dan kacamata barunya

ACCISMUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang