1708 kata 😳
Mohon tekan tombol ⭐
Hah enjoy :)
**
Deret piagam penghargaan memenuhi dinding rumah. Rata-rata berisi penghargaan yang sama,
"Penghargaan rakyat yang baik."
"Penghargaan anak sekolah yang dermawan."
"Penghargaan rakyat pemberani."
Dan penghargaan kebaikan sosial lainnya, jika dijumlahkan untuk semua piagam, totalnya menjadi 72 yang ditujukan hanya untuk satu orang bernama, Refal Hajidan.
"Bibi!!! Bi Ati!!!"
Refal mengetuk pintu kamar, Art nya pelan. Dengan membawa segelas susu ditangan kiri dan senyuman hangat yang terpatri. Tidak lupa kemeja putih dibalut almamater biru tua dan celana dengan warna senada.
"Kenapa Den Refal? Mau minta sesuatu? Tadi Bibi ganti baju dulu." Ujarnya setelah membuka pintu untuk anak majikannya.
"Refal bikinin susu buat Bi Ati, nah ayo diminum!!" Ujar Refal semangat, menarik tangan Bi Ati untuk memegang gelas berisi susu.
Netra Bi Ati mengerjap, helaan napas keluar dari bibirnya ditambah perasaan segan yang memenuhi hatinya. Sudah 10 tahun bekerja di keluarga ini, dan hanya Refal yang setiap hari selalu memperlakukan dirinya bukan seperti pembantu.
Mana ada ... anak majikan setiap hari membuatkan segelas susu untuk pembantu? Hanya Refal Hajidan.
"Den Refal, kalau Nyonya tahu, meskipun saya gak dimarahi tapi saya, yang gak enak Den." Ujar Bi Ati pelan, merasa lelah juga berbicara seperti ini setiap hari.
Tangan Refal mengibas, sudut bibirnya tertarik ke atas. "Refal nya gak keberatan kok, jadi Bi Ati juga gak usah segan ya?" Tanya Refal membuat Bi Ati meneguk ludah, bibirnya berkedut, menarik senyum mengiyakan sang anak majikan.
"Refal, sarapan."
Refal menoleh, mendapati Bundanya sedang berdiri dekat tangga dengan anggun namun wajahnya tegas, dan tidak ada senyum disana. Rambutnya disanggul rapi dengan baju bermerek Gucci dari atas sampai bawah.
Sudut bibir Refal tertarik ke atas, ia melangkah riang menghampiri Nathali, mengaitkan tangannya dengan tangan Bundanya lalu beranjak ke ruang makan yang berada di belakang tangga besar di pinggirnya.
"Bunda, tumben ada di rumah pagi-pagi." Ujar Refal senang membuat Nathali tersenyum manis namun tetap terlihat anggun dan dingin.
Bi Ati menggelengkan kepala melihat kedua punggung majikannya, bagaimana bisa dua orang yang sangat bertolak belakang kepribadiannya punya hubungan darah? Kepalanya menggeleng, menghapus pikiran jelek tentang majikannya lalu segera pergi ke dapur.
"Kalau Ayah, mana?" Tanya Refal lagi membuat Nathali menunjuk ke arah meja makan dengan dagu.
Netra Refal menangkap Ayahnya untuk pertama kalinya dalam bulan ini, meja makan lengkap dengan Ayah dan Bundanya.
"Ayah, tumben." Sapa Refal mengambil tempat duduk di sebrang Hanif, ayahnya.
"Ayah juga maunya setiap hari, tapi gak bisa. Jadi setiap akhir bulan harus minimal kumpul." Suaranya tegas namun lembut membuat anak sulungnya kembali menyunggingkan senyum mengangguk pelan.
Karena sulit bagi Hanif dan Nathali untuk sarapan pagi di rumah, Hanif yang harus mengurus perusahaan dan Nathali turut andil di perusahaan yang sama sebagai wakil direktur.

KAMU SEDANG MEMBACA
ACCISMUS [END]
Teen Fiction# 1 - Nyesek 16 Agustus 2022 # 1 - Drummer 2 Oktober 2021 # 1 - Accismus 11 September 2021 # 1 - Liaitzy 30 Mei 2022 # 4 - Dowoon 18 Desember 2022 # 1 - Refal 1 Januari 2023 Refal menoleh kecil saat seseorang meneriakan namanya dibalik kerumunan, s...