17

845 83 2
                                    

"Kalau aku sih, tim Godzilla Kak. Aku dukung Godzilla dari awal sampai akhir. Eh, gak nyangka bakal kerja sama diakhir." Ujar Sherina dengan semangat di samping sambil menaiki tangga.

"Yah, berarti kita beda kubu. Gue tim kingkong. Keren si, akhirnya. Tapi hongkong nya ancur." Timpal Refal diakhiri kekehan kecil membuat Sherina terpana namun segera mengerjap, menyadarkan diri.

"Hahah, ternyata Kak Refal suka nonton film juga. Kirain cuman suka musik." Ujar Sheiren membuat Refal menoleh.

"Emangnya, yang suka musik gak boleh suka film juga?" Tanya Refal membuat Sheiren terkekeh. "Nggak juga si." Jawabnya.

Sheiren diam-diam mengulum senyum, bisa seakrab dan senyaman ini dengan kakak kelasnya, mengobrol santai tentang hal favorit. Sederhana tapi gimana gitu.

"Widihh... Refal bawa siapa nih?" Ujar Dimas saat Refal membuka pintu dan Sheiren disampingnya agak menunduk malu akan bertemu anak band yang lain, meskipun pernah satu ruangan saat club musik tapi yang sekarang rasanya lebih personal gitu, loh.

Ruang band ini cukup luas, di pinggir ada meja dan berkas-berkas penting club musik. Kedua sisi panjang dan lebarnya diisi kursi, di tengah ruangan ada piano dan tepat di depan ruangan terdapat drum dan peralatan Band lainnya.

"Sheiren, anak club musik juga. Katanya pengen ikut nemenin latihan." Jawab Refal santai membuat Dimas jadi saling pandang dengan Ezra dan Navin.

"Nemenin latihan?" Tanya Navin.

"Nemenin siapa nih? Refal?" Timpal Dimas jadi gemas ingin menggoda.

"Baru aja kemarin kandas, udah ada gandengan baru." Celetuk Ezra membuat Sheiren tersenyum canggung.

"Udah ketemu Lia?" Tanya Kenath membuat Refal menoleh, mengangkat alis. "Lia?" Beonya.

"Liat gc dong, Lia nyariin elo. Mau ngambil buku katanya." Jawab Kenath membuat Refal dengan segera membuka Iphone Bobanya.

Sheiren yang tidak mengerti keadaan jadi terdiam, lalu mengangguk sopan saat Ezra menyuruhnya duduk.

"Sekarang Lia nya dimana?" Tanya Refal membuat Kenath mengangkat bahu.

Refal segera berbalik membuat yang lain jadi menahannya. "Bentar kok." Ujar Refal lalu berlalu di balik pintu membuat Sheiren menatap kepergiannya dengan perasaan aneh.

**

"Eh, Juju belum pulang?"

Lia menoleh tajam membuat Johan jadi kicep. "Kenapa anjir?" Tanya Johan sangat hapal bahwa sahabatnya ini sedang kesal.

Decakan keluar dari bibir Lia, ia mengernyit menukik alis menatap Johan malas. "Apa cepet?" Tanyanya membuat Johan menghela napas kasar.

"Gak lagi marah, dingin. Lagi marah, kayak monster." Gerutu Johan pelan.

"Mau pulang lo? Hujan gede gini, mau naik apa?" Tanya Johan membuat Lia mengangkat bahu tidak tahu dengan wajah cemberut kesal.

"Napa dah buset? Kesel amat. Lo keras kepala si, mau dipaksa jangan dulu pulang juga lo gak bakalan mau." Ujar Johan membuat Lia memutar bola mata kesal.

"Bentar... gue ambil payung dulu di atas noh. Jangan kemana-mana lo. Nanti gue bisa pesen grab aja dah." Ujar Johan menunjuk gedung Ips di atas kepala mereka lalu berlari membuat Lia mengehembuskan napas pelan

**

Refal jadi bergeming diantara koridor dan lapangan. Ia bergerak mengambil hoodie army kesayangannya di dalam tas yang masih tersampir di bahu tanpa sempat ia lepaskan.

Langkah Refal melaju, menerobos derasnya hujan menuju pos satpam.

Refal mengusap bahunya yang basah, ia jadi bergerak lebih dekat ke arah luar sekolah karena pos satpam itu terletak diantara luar dan dalam sekolah. Ia melongokan badannya ke kanan dan ke kiri.

Matanya jadi membulat ketika melihat punggung Lia yang sudah sangat hapal. Lia sedang berjalan santai dipinggir jalan raya sambil membawa payung hitam.

Meskipun setengah badannya tertutup payung, tapi Refal tahu bahwa itu adalah Lia. Refal segera mengenakan kupluk hoodie nya lalu berlari menghampiri Lia.

Refal mengambil jarak dari Lia, “JULIAA!!!” teriak Refal sambil melambaikan tangan.
Lia membalikan badannya, rambutnya panjangnya ikut terbang pelan mengikuti dia berbalik.

Refal jadi tertegun begitu saja, entah kenapa gerakan biasa seperti itu efeknya luar biasa bagi hati Refal. Refal tersenyum saat sadar.

“Elo, manggil gue?” sinis Lia membuat Refal mengubah air mukanya.

Apa hanya perasaanya saja atau memang Lia sedang marah?

“Paan?” tanya Lia buru-buru tidak ingin berlama-lama dengan Refal.

“Pake payungnya barengan dong! Hujannya gede banget.” Rengek Refal saat atas hodieenya sudah basah dibombardir hujan.

“Gak.” tolak Lia langsung membuat Refal cemberut.

“Basah ini, nanti tas gue juga basah dong.” jawab Refal sambil mengendurkan gendongan tasnya.

Refal melempar tasnya pada Lia membuat Lia menangkapnya lalu menaikan alisnya bertanya apa?

Jika Lia mengernyitkan alisnya, berarti itu dia bertanya apa? Atau kenapa? Tinggal artikan saja sendiri.

“Kan, elo biarin gue basah kuyup, tapi tas gue jangan dibiarin basah juga.” Ujar Refal membuat Lia mengernyit geli.

“Sama elo aja, gue gak peduli apalagi tas lo.” ucap Lia pedas.

“Yakin?” tanya Refal membuat Lia mengangkat alis.

“Buku lo ada disini loh! Elo mau biarin buku matematika kesayangan lo basah?” tantang Refal membuat Lia berdecih.

“Yaudah sini.” Lia menarik tas Refal kearahnya membuat badan Refal ikut tertarik ke arahnya.

Wajah mereka dekat dibawah satu payung yang sama dan keduanya memegang tas yang ada di antara keduanya.

Lia mengernyit sedangkan Refal sudah membelalakan matanya.

Jantung keduanya berdegup sangat cepat, ditambah embusan nafas keduanya saling membuat kulit yang bersuhu dingin jadi panas.

“Lia...” ucap Refal serak membuat Lia menaikan alisnya.



















“Cium boleh?”

**

Refal Hajidan

Julia Jisu (Lia)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Julia Jisu (Lia)

Julia Jisu (Lia)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ACCISMUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang