37

750 68 2
                                    


Kenath berdesis lalu melesat ke arah Refal membuat semua mata tertuju padanya. Tangannya menarik Refal agar lebih ke pinggir.

"Ck, lo keren juga pake jas gini." Puji Refal membuat Kenath ingin mengumpat.

"Emang ini waktunya lo muji baju orang?" Bisik Kenath menekankan tiap suku kata membuat Refal melirik baju nya sendiri lalu tersenyum segaris.

"Lo kenapa datang?" Tanya Kenath sewot membuat Refal mengernyit. "Kan lo bilang datang." Jawab Refal ikut sewot.

"Kenath."

Keduanya menoleh menatap Dani--Papah Lia-- yang sudah berdiri menatap keduanya tajam meminta penjelasan.

"Itu siapa? Temen Julia? Maaf, tapi kita sedang ada acara, tolong datang lain kali." Ujar Dani tegas mengusir.

Fauzan yang mengerti situasi jadi mendesah kasar lalu menoleh menatap Lia yang tengah menatap Refal dalam. Bahkan, Lia tidak pernah menatapnya seperti itu.

"Silahkan pergi." Ujar Dani membuat Refal meneguk ludah dan Kenath yang jadi serba salah.

"Ah—em... saya mau diskusiin mau belanja apa aja buat ujian praktek Biologi besok." Ujar Refal cepat membuat Kenath ingin mengumpat namun ditahan sementara Lia jadi mengernyit bingung.

"Mohon maaf Om sebelumnya sudah menganggu acaranya, tapi saya mohon. Kalau besok alatnya gak lengkap kita bisa gak dapet nilai di raport, ya kan Kenath." Ujar Refal menyenggol lengan Kenath keras.

"Ah—IYA!!" ujar Kenath membuat Refal mengumpat dalam hati karena Kenath tidak natural.

Diana yang melihat kelakuan Refal dan Kenath hanya bisa mengulum senyum. Berbeda dengan Dani yang sudah merasa amat terganggu.

"Bukannya sekarang sudah canggih ya? Kenapa gak di diskusikan lewat chatting saja?" Tanya Ibu Fauzan.

Mampus.

"Ouh, Ibu Fauzan belum tahu ya? Sebenernya malem ini Lia memang punya jadwal buat ngediskusiin prakteknya besok dari jauh hari. Cuman gara-gara acara diganti dan mendadak jadi malam ini, teman sekelasnya jadi gatau." Ujar Diana membuat Ibu Fauzan dan Ayahnya berdehem agak tersinggung karena mereka yang memajukan tanggalnya.

Refal dan Kenath merekah dengan pembelaan Diana, Kenath sudah diam-diam memberi jempol sedangkan Refal memberikan tanda hati yang langsung ditepis Kenath.

"Lain kali jangan diulang Lia. Kamu harusnya kasih tahu temen kamu dulu." Tegur Dani membuat Lia menunduk tak urung mengangguk.

"Yaudah sana, mumpung acara utamanya belum dimulai." Ujar Dani membuat Lia mengulum bibirnya lalu beranjak ke arah Refal dan Kenath.

"Kenath, ayok." Ajak Refal membuat Kenath mengernyit. "Apaan? Gue kan nggak masuk kelompo—,"

"Ck, ayok." Paksa Refal menarik Kenath yang pasrah dengan Lia yang mengikuti di belakang.

Refal membuang napas lega saat ketiganya sudah jauh dari pintu rumah. Saat ini mereka sedang di sisi pembatas pendek yang beberapa meter dari pintu depan rumah Lia.

"Duh, gue kuwalat gak ya? Bohongin calon mertua?" Panik Refal membuat Kenath menepuk jidatnya.

"Bego!! Itu nanti aja. Itu dulu tuh." Kenath menggerakan dagunya ke arah Lia membuat meneguk ludah.

Kaki Refal melangkah, mendekati Lia yang tengah menatap jalanan di depannya.

"Lia...,"

"Lo kenapa si Fal? Datang ke acara kayak gini, mau apa? Mau malu-maluin diri lo sendiri? Bercanda juga ada batasnya." Ujar Lia emosi membuat Refal menatapnya diam.



"Lo pikir perasaan gue sama lo bercanda?" Tanya Refal dingin membuat Lia tersentak.

"Gue ada disini, mau buktiin perasaan gue sama lo gak bercanda Julia. Sorry, kalau gue selalu keduluan sama Fauzan dalam hal apapun. Tapi kalau Fauzan udah ngajak lo tunangan, gue gak bisa diem aja liat lo dijodohin sama dia." Ujar Refal tegas membuat Lia terpaku.

"Gue cuman mau bilang... tungguin gue Julia." Ujar Refal serak menatap Lia tepat.

Mereka berdua berpandangan dengan angin malam yang sesekali menerbangkan helai rambut Lia yang terurai.

"Gue gak nyuruh lo nolak Fauzan atau gimana, tapi gue mau denger jawaban lo sekarang. Lo mau tungguin gue atau nggak?" Tanya Refal membuat Lia jadi meneguk ludah bingung menjawab apa.

Lia tidak mengerti, maksudnya Refal menyuruhnya menunggu untuk apa?

"Julia jawab gue." Lia jadi kaku, tak urung mengangguk pelan membuat Refal mengukir senyumnya.

Refal menjulurkan tangannya, menepuk puncuk kepala Lia, menatapnya dalam.






"Gue mau serius sama lo." Ujar Refal serius membuat Lia terpaku dengan rona merah di pipi.




"Serius apaan bangke? Lo kan masih SMA." Celetuk Kenath membuat Refal menoleh menahan umpatan sementara Lia jadi buang muka.

Ganggu situasi romantis aja!!

**

Heoll

See you.

ACCISMUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang