10

1.1K 99 8
                                    

“Refal!! Lo jadi pacar gue,” ucap Lia datar membuat seluruh atensi kelas tertuju padanya.

“HAH?!?!”

"Apa? Apa? Gue gak salah denger?" Pekik Ezra yang langsung lompat ke depan.

"Tauk- tauk ditembak!! Anjir Refal congrast bro!!" Pekik Alvin mengacungkan jempol.

"Lia, lo gak salah obat kan?" Tanya Ailee tidak yakin.

Sedangkan yang disebut namanya sudah membeku. Refal bergeming dengan alis terangkat di depan kelas.

"Ha? Ti-tiba-tiba? Lo kenapa--,"

"Kata Alvin gak papa," jawab Lia tidak korelasi dengan pertanyaan Refal.

Refal ingin membuka mulut kembali namun terhalang karena dirinya sudah di kerubuni oleh anak kelas, netranya melirik saat Lia sudah meninggalkan kelas dengan tenang.

Sebenarnya, ada apa si?

**

"Lia!! Yang tadi di kelas, lo serius?" Tanya Bella heboh, sudah menarik dan menyeret Lia keluar menjauh dari pintu perpustakaan.

"Yang mana?" Jawab Lia kalem.

"Lo nembak Refal lah, yang mana lagi. Serius?! Bukan gue meragukan, cuman aneh aja gitu, meskipun Refal ngegas elo dari kelas sepuluh, tapi elo itu nggak menunjukan ketertarikan, tapi tiba-tiba nembak, kan...." ujar Bella heboh membuat alis Lia bertaut membuat keningnya mengernyit.

"Buat drama kita, dia kemarin bikin rusuh, Bu Ayu negur jadi pemerannya ganti aja. Gue pikir Alvin udah ngasih tahu." Jawab Lia sukses membuat mulut Bella menganga lebar.

"Lo... gila?!" Pekik Bella, merasa terkejut bukan main.

Bella makin gusar melihat Lia yang menampilkan wajah datar, andalannya. "Lo ambigu, Lia. Sekelas ngira lo nembak Refal beneran." Ujar Bella mencoba sabar membuat Lia tersentak kecil.

Lia mendesah kasar. "Nanti, gue kasih tau Refal." Ujarnya.

"Belum nyebar ini kan?" Ujarnya membuat Bella bergeming menatapnya.

"Belum nyebar gimana?" Jawab Bella mengurut kepala pusing.

**

"Traktir yang banyak untuk merayakan kesuksesan kita!!" Sorak gadis mungil itu heboh membuat Refal jadi mengerjap tersadar.

Kejadian tadi sangat mengagetkan tentu saja. Kenapa Lia tiba-tiba mengajaknya pacaran? Meskipun memang hubungannya akhir-akhir lumayan baik tapi kan? Tidak sesimple itu.

Apa maksud Lia bukan ke situ?

Refal dan Ailee berhenti saat sudah dipinggir jalan menunggu untuk menyebrang sementara Kenath masih terus berjalan membuat Ailee yang sudah terbiasa menarik belakang kemeja sekolahnya membuat Kenath termundur kembali.

"Ayok nyebrang dulu." ajak Refal menarik bahu Ailee agar berjalan membuat Ailee mengapit tangan Kenath untuk menyebrang.

"Kenath nyebrang dulu." Ujar Ailee membuat empunya mendongkak fokus menyebrang.

"Kenapa gue ngerasa aneh sama Lia tadi? Menurut gue gak mungkin banget. Apa maksudnya bukan kesitu ya?" Tanya Refal.

"Gimana?" Tanya Kenath saat ketiganya sudah duduk di meja Cafe.

"Ya gitu, lo berdua pasti ngerasa aneh lah!!" Jawab Refal membuat Kenath dan Ailee bertukar pandang.

"Daripada mikirin itu, mending bersyukur aja dah, Lia mau sama lo!!" Ujar Ailee membuat Refal refleks ingin mengumpat.

Kenath jadi mengangguk. "Bener, percaya aja Lia beneran nembak, ini tuh kesempatan emas!!"

Refal mengangkat alis, jadi ikut terhasut.

"Ini udah main duduk aja, yang mesen siapa noh?" Tanya Kenath akhirnya mendongkak menyingkirkan ponselnya.

"Satu... Dua... Tiga!!" Kenath berdecak karena ia mengeluarkan tangan yang berbeda saat hompipah sementara Ailee dan Refal sudah bertos.

"Gue mau yang banyak ah," ujar Ailee membuat Kenath menabok jidatnya pelan.

"He, bocil makannya harus sedikit." Ujarnya membuat Ailee mengumpat pelan ingin menjambak namun Refal sudah menahannya.

"Hadeh."

**

Terimakasi udah baca 😚

Jangan lupa vote dan share cerita ini ke   teman atau siapapun 😚

ACCISMUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang