20

932 75 1
                                    

Mohon maaf untuk typo🙏🙏

**

"Kok tiba-tiba kucing Pah? Aku gak terlalu suka juga." Ujar Lia megancungkan ponselnya yang sedang vidcall.

"Papah, mau ngasih hadiah. Dan kebetulan kucing itu lucu, siapa tahu bisa nemenin kamu." Jawab Dani --Papah Lia-- membuat Lia beroh kecil lalu mengangguk kalem.

"Kamu lagi apa Nak?" Tanya Dani membuat Lia menekan ikon kamera menjadi kamera belakang.

Menunjukan meja ruang tamu yang dipenuhi buku. "Kata mamah, kamu ikut olimpiade matematika?" Tanya Dani membuat Lia mengiyakan lalu memutar kamera kembali.

"Jangan terlalu fokus latihannya, kamu kalau udah sama mtk, suka lupa makan, lupa segala-galanya." Pesan Dani membuat Lia mengangguk.

"Terus juga, jangan terlalu dingin ya, Lia. Sama temen deket, jangan ya, nanti kamu dijauhin." Pesan Papahnya lagi membuat Lia cemberut kecil.

"Susah." Jawab Lia membuat Papah tertawa pelan. "Di coba dong, yang ramah. Kalau gak bisa ramah, setidaknya jangan bales singkat." Tegur Papah membuat Lia mnegangguk patuh.

"Iya." Jawab Lia membuat Papah tersenyum kecil.

"Fauzan gimana?" Tanya Dani membuat Lia jadi tersentak kecil, tiba-tiba sekali.

"Ehem--baik." Jawab Lia pelan.

"Gimana, udah pacaran belum?" Tanya Dani jahil membuat Lia mengernyit. "Apasih pa, nggak." Jawab Lia.

"Yaudah cepet jadian, kalian udah kenal lama, kenapa belum jadian juga? Sebelum dijodohin, apa salahnya kan? Pacaran dulu." Jawab Dani membuat Lia menghembuskan napas.

"Gak mau bahas itu," jawab Lia membuat Papahnya menghela napas. "Yaudah deh, nitip salam buat Mamah. Papah ada urusan. Bye sayangnya Papah."

Lia melambaikan tangan lalu menutup telepon. Ia menghela napas gusar. Menyebut nama Fauzan membuat hatinya selalu tak karuan.

Tangan Lia kembali mengambil pensil, melanjutkan latihan soal kembali. "Tapi, mamah setuju kok, kamu sama Fauzan, setuju, kamu sama Refal juga sabi lah."

Lia jadi melotot, mendongkak menoleh pada Diana yang tersenyum jahil sembari membuka pintu depan. "Apasi Mah? Nggak." Jawab Lia membuat Diana terkekeh.

"Itu anak kamu, kasih makan dulu. Ajak main kek, kasian banget punya majikan nolep." Ujar Diana lagi sebelum keluar rumah.

Lia jadi mendengus, ia bangkit menyusul Diana keluar rumah. Ternyata punya kucing itu, ribet juga.

"Cici!!!" Ujar Lia saat melihat bola berbulu abu itu sedang bergulitik di tamannya.

"Nanti kotor," ujar Lia menghampiri kucing barunya yang berada di halaman depan rumahnya.

Tangan Lia terjulur, mengusap kepala kucingnya yang lembut membuat kucing itu mengendusel manja.

"Iya, bener Jeng. Haduh, bikin kepala pusing banget. Nonton penthouse nambah beban hidup aja."

Lia jadi menoleh, mendapati para Ibu komplek sedang belanja sayuran di depan halaman rumahnya.

"Mana, nyebelin banget lagi si Joo Dan tae, pengen ngulek terus masukin ke katel deh rasanya." Jawab Ibu Johan.

"Aduhh, aku mah gak nonton drakor begitu. Lagi teringuk-inguk aku mah. Liat doom at your service, baper banget bund." Ujar Diana membuat Lia menganga.

"Seru gak Bund? Aku mau nonton tapi ragu, takut gak sesuai ekspetasi." Tanya Bunda Syakira, tetangga samping kananya.

"Banget Bund, coba tonton. Melepas beban. Daripada nonton Penthouse nambah beban hidup." Ujar Diana.

Lia jadi mengehela napas, Ibu nya sangat gaul masalah beginian, sedangkan Lia sangat tidak tahu menahu.

"Eh, Bund. Udah liat anak nya Bunda Nathali belum? Yang tetangga baru, itu." Tanya Bunda Syakira.

"Mang, ini kangkungnya berapa? Iya 2 iket aja. Sekalian ikan asinnya." Ujar Ibu Johan. "Tetangga baru? Kenapa emangnya?" Tanyanya.

"Duh, rumahnya mehong banget Bund. Kemarin waktu syukuran ukuran rumahnya gak tanggung-tanggung." Ujar Bunda Syakira mulai bergosip.

"Saya kemarin gak datang duh, sayang banget." Jawab Ibu Johan.

"Belum lagi anak cowoknya, ganteng plus ramah banget. Namanya Refal kalau gak salah." Ujar Bunda Syakira membuat Lia jadi membeku, membuka pendengaran lebih jelas.

"Duh, impian banget pokoknya itu Nak Refal, andai Syakira lahir lebih cepet. Mau saya jodohin sama Refal. Udah ganteng, ramah, tajir lagi. Tapi kalau Refal mau nunggu Syakira dewasa, udah gas lah." Ujar Bunda Syakira membuat Lia jadi mendelik tanpa sadar.

Heee... Syakira kan masih ingusan.

"Duh, andai Johan juga cewek ya, sabi lah jodohin sama Refal." Ujar Ibu Johan ngadi-ngadi membuat Lia menggeleng pelan.

"Loh... kemarin kan? Nak Refal datang rumah saya, mau ngejemput Lia. Tapi sayang banget, keduluan sama yang lain." Jawab Diana agak bangga membuat Lia melotot, menoleh.

Ngapain dibilang-bilang si? Nanti kalau Ibu Johan ngegosip ke Johan gimana?!?!

"Wah, yang bener Bund? Duh... Julia beruntung banget." Puji Bunda Syakira jadi iri.

"Kayaknya, Nak Refal itu suka sama anak saya Bund. Kalau saya nya si, tergantung Lia nya aja. Dia mau milih siapa." Ujar Diana lagi membuat Lia tersedak.

HEEE SUKA APAAN?!?! IBUNYA NGADI- NGADI APA?!?!?! KENAPA MENYEBARKAN GOSIP TAK KARUAN?!?!

"Serius? Bagus dong Bund. Sekalian langsung nikahin aja." Jawab Ibu Johan terkikik geli.

"Apaan nikah? Gak jaman atuh Bund, tunangan dulu nanti nikah." Jawab Bunda Syakira membuat Diana mengangguk setuju.

"Nanti suruh Julia ngasihin makanan Bunda, ke rumahnya Refal. Sepik liat calon mertua." Saran Ibu Johan membuat Diana jadi menoleh, boleh juga.

Lia jadi membelalak, dengan cepat menggendong Cici, berlari masuk ke rumah kembali. Lia menutup pintu, ia menurunkan Cici yang minta dilepaskan.

Napas Lia jadi memburu begitu saja, mertua apaan? Dasar para Bunda.

"Lia, ada yang nyariin tuh!! Buka pintunya!!" Teriak Diana dari luar membuat Lia mengerjap.

"Refal?" Nama yang langsung memenuhi pikirannya. Dengan cepat Lia membuka pintu, namun wajah nya menurun saat yang berada di depannya bukan nama yang disebut tadi.

"Fauzan?" Ujar Lia membuat Fauzan menampilkan deret gigi putihnya.

**

Ini Cici

Ini Cici

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ACCISMUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang