Flashback on
San Fransisco, California, Amerika serikat.
Di sebuah masion yang megah, lebih tepatnya di sebuah ruangan yang mewah kini tengah dipenuhi dengan aura mencekam yang dikeluarkan oleh seorang pria yang saat ini tengah memandang tajam lima pria berbadan kekar lainnya yang tampak menunduk karena merasa takut dan juga bersalah.
"Dasar tidak berguna! Mengapa kalian bisa kehilangannya, hah!"
Lima pria kekar itu hanya bisa terus menunduk menerima kemarahan dari tuannya.
"Saya tidak mau tau, jika sampai hari ini kalian juga tidak bisa menemukan putri saya, Jangan salahkan saya jika kalian kehilangan pekerjaan! Mengerti kalian!"
"B-baik Tuan." Kelima pria kekar itu yang tak lain merupakan bodyguard dari pria itu akhirnya dengan cepat berlalu dari sana, segera melaksanakan apa yang di perintah oleh Tuannya.
Setelah kepergian kelima bodyguard nya, pria itu menghela napas kasar seraya mengusap wajahnya frustasi. Matanya langsung berubah sendu kala menangkap sosok sang istri yang terus menangis sejak mengetahui putri mereka telah hilang. Pria dengan nama lengkap Akseno Wijaya itu melangkah gontai menghampiri sang istri lalu menyuruh pergi seorang pelayan yang sedari tadi menemani nyonya nya itu.
Aksen langsung membawa Arlina ke dalam pelukannya. "Tenang Sayang, Aku yakin pasti putri kita baik-baik saja," ujarnya mencoba menenangkan.
"Gak Aksen, aku gak bisa tenang. Kamu tau sendiri gimana kota ini, gimana kalo terjadi sesuatu sama putri kita! Gimana kalo sampe Athana diculik!"
"Ssst, udah Sayang. Gak usah pikir macem-macem. Percaya sama aku, Aku janji bakal bawa putri kita pulang tanpa ada luka sedikit pun."
Tanpa disadari, sejak tadi seorang bocah laki-laki menguping pembicaraan orang tuanya. Cairan bening terus keluar dari matanya ketika mendengar kabar bahwa sang adik tercinta telah menghilang. Kedua tangannya terkepal erat, dengan langkah yang dipenuhi amarah ia melangkah meninggalkan ruangan itu.
"Tunggu tuan muda! Anda mau kemana?" Seorang pelayan yang melihat langkah buru-buru anak majikannya itu dengan cepat menahan tangannya.
Dengan tajam ia menatap tangan pelayan itu yang menahan tangannya. "Don't touch me!"
"Maafkan saya tuan muda jika saya lancang. Tapi anda tidak boleh kemana-mana!"
"Lepaskan! Aku mau mencari adikku!"
"Sekali lagi maafkan saya tuan muda. Tuan besar sama nyonya pasti akan marah dan melarang anda pergi."
Bocah laki-laki itu mengeram marah, "Apa kau tidak dengar! Ku bilang lepaskan aku!"
"Ada apa ini?"
Sepasang suami istri muncul dari sana. Mereka langsung keluar dari kamar ketika mendengar keributan dari luar.
Pelayan yang masih terlihat muda itu menunduk. "Maafkan saya tuan, nyonya. Tuan muda tadi memberontak ingin mencari nona Athana."
Arlina langsung menghampiri putranya dengan mata berkaca-kaca. Lalu kemudian memeluk sang putra dengan erat. "Atlas, dengerin Mommy sayang. Kamu jangan pergi kemana-mana. Kita tunggu sampe bodyguard nya Daddy nemuin adik kamu."
"Tapi Atlas ingin cari Thana. Atlas gak bisa diam aja di sini."
Arlina melepaskan pelukan mereka. Wanita itu memegang bahu putranya seraya menatap kedua matanya teduh. "Kamu sayang kan sama mommy?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AmorAtlas
Teen FictionTidak pernah terpikir oleh Amora bahwa hanya pertama kalinya ia datang terlambat kesekolah membawanya harus berurusan dengan Atlas. Si Bad boy tampan plus playboynya. Dimana ia harus terjerat hutang dengan cowok itu, dan di sanalah awal mula hidupn...