Amora mengerjap pelan saat merasakan cahaya samar-samar memasuki retina matanya. Langit-langit bercat putih yang pertama kali dilihatnya setelah beberapa detik menyesuaikan penglihatannya dengan jelas.
"Syukurlah Mora kamu udah sadar," Kepala Amora sedikit tergerak ke samping kala mendengar suara lembut itu melihat Gabby yang tengah tersenyum hangat sembari menatapnya lega.
"Kenapa gue di sini?" tanyanya dengan suara sedikit serak. Baru menyadari tubuhnya tengah terbaring di brankar UKS saat ini.
"Kamu tadi pingsan di kelas," jawab Gabby seraya membantunya duduk dan menyandar pada kepala brankar. Kemudian gadis dengan rambut dikepang itu menyerahkan segelas air putih guna membasahi tenggorokannya yang terasa sangat kering sekarang.
Selesai dengan acara minumnya, Amora memilih memejamkan mata dan memijit keningnya yang masih terasa sedikit pusing seraya mengingat kembali kejadian yang membuat dirinya terbaring lemah di sini.
Matanya seketika terbuka lebar saat mengingat sesuatu, ATLAS!
"Siapa yang bawa gue ke sini?" Amora bertanya dengan wajah penuh was-was.
"Atlas."
Jawaban yang tidak ia inginkan keluar begitu saja dari mulut Gabby, membuat Amora menghela napas beratnya.
"Kenapa?" tanya Gabby bingung melihat raut wajah Amora.
Amora menggeleng cepat. Amora tidak ingin Gabby tahu bahwa sekarang ini ia tengah benci pada cowok itu.
"Aku khawatir sekali sama kamu yang gak bangun-bangun dari tadi." Amora dengan cepat menoleh ke arah sahabatnya.
"Emang berapa lama gue pingsan?"
Gabby tampak berpikir, "Tiga jam mungkin."
Amora terbelalak, dengan cepat ia langsung menatap pada sebuah jam yang tertempel pada dinding UKS itu.
Ternyata benar tiga jam. Dan sekarang sudah masuk pelajaran terakhir, dan tidak sampai sepuluh menit lagi bel pulang akan dibunyikan. Amora masih tidak percaya, jikalau dirinya sudah membolos dua mata pelajaran. Sebegitu lama kah, dirinya pingsan?
Amora kembali menatap sahabatnya dengan perasaan cemas, "Dan selama tiga jam ini lo temenin gue?"
Gabby mengulum bibirnya. "Bukan aku. Emm--, tapi Atlas. Dia hampir dua jam nemenin kamu di sini."
Amora sempat terpaku mendengar jawaban Gabby. Pikirannya langsung tertuju pada cowok itu. Sebenarnya apa maunya Atlas? Mengapa cowok itu harus perduli padanya?
"Terus lo?"
"Kalo aja aku gak denger dari anak kelas yang bicarain Atlas. Mungkin, aku gak akan tau kalo kamu pingsan dan berada di sini."
Amora memejamkan matanya sejenak. Sudah menyangka, apapun yang berhubungan dengan Atlas pasti sangat cepat menyebar. Termasuk dirinya yang mungkin sekarang sudah menjadi bahan gosip baru bersama cowok itu.
"Kayaknya Atlas khawatir sekali sama kamu," gumam Gabby pelan sembari menundukkan kepalanya menatap ke bawah.
"Hah?" Amora membuka matanya karena tidak jelas mendengar gumaman Gabby. "Lo ngomong apa?"
Gabby kembali mengangkat kepalanya lalu menggeleng pelan. "Bukan apa-apa kok," ujarnya sembari tersenyum tipis.
"Kepala kamu masih sakit ya?" tanyanya saat melihat Amora memijit keningnya kembali.
"Sedikit." jawab Amora seraya menatap Gabby tersenyum. Amora senang karena sekarang Gabby tidak bersedih lagi seperti kemarin dan kini gadis itu sudah lebih banyak tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
AmorAtlas
Teen FictionTidak pernah terpikir oleh Amora bahwa hanya pertama kalinya ia datang terlambat kesekolah membawanya harus berurusan dengan Atlas. Si Bad boy tampan plus playboynya. Dimana ia harus terjerat hutang dengan cowok itu, dan di sanalah awal mula hidupn...