Dor! Dor! Dor!
"Kak Mora buka pintunya!"
"Kak Mora cepetan buka pintunya! Kalo gak, Alvin dobrak nih!"
Suara berisik di luar kamar membuat tidur nyenyaknya terganggu. Hari ini adalah hari Minggu. Seharusnya Amora menghabiskan waktunya seharian untuk bermalas-malasan di kasur empuknya. Tetapi, rencananya rusak begitu saja akibat ulah Alvin yang sudah membuat keributan pagi-pagi dengan mengedor-ngedor pintu kamarnya.
Dengan gusar, Amora bangkit dari tidurnya dan berjalan malas ke arah pintu. Matanya terasa begitu berat karena kantuk masih menguasainya. Pasalnya, semalaman dirinya bergadang dengan marathon drakor dimana pemeran utamanya merupakan aktor favoritnya.
Ceklek
Amora membuka pintu kamarnya dan langsung disunguhkan dengan sosok Alvin yang berdiri seraya bersedekap dada. Bocah kelas satu SMP itu terlihat rapi dengan pakaian jogging nya.
"Apa?" tanyanya malas.
"Ck, ck, ck. Dasar kebo!" Alvin mengeleng-gelengkan kepalanya menatap pernampilan buruk Amora dengan muka bantalnya itu. "Kak Mora disuruh Ayah cepet siap-siap buat jogging." ucapnya lagi.
Amora menghela napasnya pelan. Kegiatan yang paling malas Amora lakukan di hari minggu adalah jogging. Amora termasuk salah satu orang yang malas berolahraga. Salah satunya olahraga lari. Tidak termasuk semua olahraga juga. Daripada lari, Amora lebih suka menekuni olahraga beladiri misalnya taekwondo.
Dengan terpaksa Amora mengangguk mengiyakan kalau menolak pun tidak ada gunanya. Ayahnya pasti akan tetap memaksanya jogging nanti. Kegiatan yang Ayahnya terapkan di hari Minggu supaya anak-anaknya selalu sehat dan gemar berolahraga.
"Ada lagi?" Amora bertanya datar dengan menatap Alvin yang masih berdiri di ambang pintu kamarnya. Seakan mengusir bocah itu pergi dari sana.
Alvin berdecak pelan, tahu dengan maksud Kakaknya itu yang mengusirnya. "10 menit di mulai dari sekarang. Awas aja kalo Kak Mora gak turun juga." ujar Alvin dengan nada mengacam lalu pergi dari sana.
Amora yang mendengarnya hanya mendengus.
>>•<<
Amora saat ini tengah mematut dirinya di depan cermin. Menguncir rambutnya tinggi menjadi satu, dan tubuhnya kini sudah dibalut dengan pakaian jogging nya.
Amora meraih ponselnya yang bergetar di atas nakas. Membuka ponselnya dan melihat sebuah notifikasi di sana.
Cowok songong
Pagi cewek 😘"Apaan sih, nih cowok gak jelas banget." Amora mendengus geli melihat emot dari cowok itu.
Dirinya kembali mengingat kejadian di malam ulang tahun Arlina beberapa hari yang lalu. Malam itu Atlas mengantarnya sedikit larut. Untung saja Ayahnya saat itu tidak ada di rumah karena beliau lembur di Kantor. Kalau tidak, bisa Amora pastikan, Ayahnya itu akan mengitrogasinya habis-habisan. Mengingat Ayahnya itu sangat melarang anak gadisnya itu pulang larut.
Amora mengabaikan pesan Atlas dan memang berniat tak ingin membalasnya. Mematut dirinya sekali lagi, setelah merasa dirinya telah rapi, Amora segera keluar kamar kemudian menuruni anak tangga satu-persatu.
Saat sampai di ruang tengah Amora langsung disambut dengan sosok Ayahnya dan juga Alvin yang sedang duduk santai di sofa seraya menonton tv.
"Loh? tadi katanya mau jogging. Kok, malah nonton tv?"
Alvin mendengus pelan, "Iya mau jogging. Tapi harus nungguin Kak Mora dulu yang dandannya lama banget kayak mau pergi kondangan aja." Ucapnya. Tampak sekali bocah laki-laki itu kesal.
Baru saja Amora hendak membantah tetapi Ardi, Ayahnya lebih dulu bersuara. "Udah, gak usah debat lagi. Mending sekarang kita segera jogging. Daripada nanti kesiangan."
Mau tak mau Amora mengangguk, "Bunda mana Yah?" tanyanya.
"Ada, di dapur." jawab Ardi singkat.
Amora membulatkan mulutnya, "Ayah sama Alvin jogging aja duluan. Mora mau pamitan dulu sama Bunda."
"Ck, tau gitu ngapain daritadi kita nungguin dia sih Yah?" Alvin melengos pergi darisana dengan muka masih ditekuk kesal. Sementara Ardi hanya mengeleng singkat.
Setelah sosok Ayahnya dan Alvin telah menghilang barulah Amora melangkahkan kakinya ke dapur menuju pada Bundanya.
Di dapur, Amora mendapati Bundanya yang tengah mencuci piring. Dengan derap langkah yang sengaja ia pelankan, Amora berjalan ke arah Bundanya yang membelakanginya itu.
Cup.
Amora mengecup pipi Bundanya dari samping yang sedikit membuat Bundanya itu terlonjak. Amora terkekeh pelan ketika Bundanya melotot padanya. "Kamu ini Mora, bikin kaget Bunda aja. Untung nih piring gak jatoh."
Amora menyengir kuda, "Hehehe. Bun, Mora mau jogging dulu. Bunda mau ikut gak?"
"Gak ah, Kamu aja sana. Bunda lagi sibuk, mau beresin dapur." jawab Lita dengan tangannya yang sibuk menaruh piring di raknya.
"Yaudah kalo Bunda gak mau. Mora pergi jogging dulu kalo gitu."
Sehabis mendapatkan anggukan dari Bundanya, Amora segera berjalan keluar rumah ikut menyusul Ayahnya dan Alvin yang sudah jogging lebih dulu.
Udara khas pagi yang masih segar membuat Amora sedikit bersemangat untuk berlari. Amora berlari menyulusuri kompleks perumahannya dan menuju sebuah taman yang terletak tidak jauh dari area kompleks perumahannya.
Sesampainya di tempat tujuan, Amora menghentikan larinya. Mengatur napasnya terlebih dahulu dan juga mengerlap keringat dengan handuk kecil yang dibawanya.
"Ya, payah banget. Masa lari segitu aja udah capek."
Entah sejak kapan Alvin sudah berdiri di hadapan Amora. Bocah laki-laki itu berdiri dengan tangan yang bersedekap di dada seraya menatapnya meledek. Alvin mengangapnya sepele karena jarak rumahnya dan taman ini memang tidak terlalu jauh. Alvin tidak tahu, Amora merasa sangat kelelahan karena sedari tadi dirinya memang tidak pernah berhenti berlari dari kompleksnya sampai ke taman ini.
Amora mendengus kesal, "Kamu bilang lari segitu? Eh bocah! Kamu sendiri juga capek kalo gak berhenti lari dari rumah sampe kesini!"
"Alah, bilang aja Kak Mora itu lemah."
Amora menahan sabar agar tidak menghajar Adiknya itu di sini. Daripada meladeni Alvin yang sudah merusak mood nya pagi-pagi, Amora memilih pergi saja dari sana dan berjalan menuju sebuah bangku di taman itu.
Amora menatap kesekeliling taman yang sudah ramai dengan orang-orang. Banyak orang tua dan anak-anak yang berlari serta bersepeda dengan semangat di pagi Minggu yang cerah ini.
Amora menghempaskan bokongnya mengistirahatkan dirinya sejenak pada bangku itu yang tepat berhadapan dengan sebuah kolam. Amora tersenyum mengamati kolam itu yang tampak indah dengan airnya yang jernih dan juga dihiasi beberapa angsa yang tengah berenang di sana.
Amora mengusap kerongkongannya yang tiba-tiba terasa haus. Sial, Amora lupa membawa air minum. Tidak mungkin dia berjalan membeli air dengan keadaan kelelahan seperti ini. Mengingat para perdangang juga berjualan di luar taman ini.
Alih-alih merenungi nasibnya yang sedang dilanda kehausan. Seperti keajaiban, sebuah tangan dengan sebotol air mineral langsung tersodor di hadapannya. Amora menatap berbinar botol air minum itu. Tetapi sebelum mengambilnya, Amora merasa langsung dibuat sadar ketika menyadari masih ada tangan kekar yang menggenggam botol minuman itu. Penasaran dengan siapa yang sudah dengan baik hatinya memberikannya minum, Amora pun perlahan mendongak,
"LO?!"
😊😊😊
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
AmorAtlas
Teen FictionTidak pernah terpikir oleh Amora bahwa hanya pertama kalinya ia datang terlambat kesekolah membawanya harus berurusan dengan Atlas. Si Bad boy tampan plus playboynya. Dimana ia harus terjerat hutang dengan cowok itu, dan di sanalah awal mula hidupn...