Dari sekian banyaknya orang di dunia ini, kenapa harus lo? Kenapa harus lo yang buat gue jatuh cinta.
>>•<<
Selesai membayarnya, Amora dengan tergesa-gesa menuruni taxi dan memasuki Rumah sakit yang diberitahukan Darend tadi padanya.
Amora mengabaikan pernampilannya yang sedikit terlihat berantakan dengan terus berlari menyusuri koridor menuju ruang ICU.
Walaupun rasa bencinya pada Atlas masih ada, tetapi Amora tidak bisa berbohong bahwa rasa khawatirnya jauh lebih besar saat ini. Bahkan dirinya sangat berharap apa yang baru saja didengarnya dari Darend itu adalah tidak benar.
Sesampainya Amora di sana, dirinya langsung mendapati Darend tengah terduduk sendirian di depan ruangan tersebut dengan kepalanya yang tertunduk. Pernampilan cowok itu terlihat sangat kacau.
Jantung Amora seketika berdetak cepat, perasaan takutnya tiba-tiba muncul kala melihat noda merah di baju cowok itu.
Dengan cepat ia melangkah mendekati cowok itu. "Atlas kenapa? Dia gak kenapa-kenapa 'kan? Bilang sama gue kalo lo lagi bercanda sekarang!" cecar Amora dengan tidak sabaran.
Darend mengangkat kepalanya dan menatap gadis itu dengan sorot lesu. "Setelah lo liat pernampilan gue kayak gini, apa masih bisa dibilang bercanda?"
Jawaban Darend membuat Amora mematung di tempat. "Jadi benar?" lirihnya menatap kosong dinding Rumah sakit di hadapannya.
Dengan perlahan tapi pasti, Amora melangkahkan kakinya mendekati kaca tembus pandang ruangan itu dan jantungnya terasa mencelos saat melihat tubuh seseorang terbaring di sana dengan berbagai alat yang tertancap di tubuhnya.
Matanya seketika memanas melihat semua itu.
Karena tidak kuat menyaksikan itu lebih lama lagi, Amora melangkah kembali mendekati Darend dan ikut duduk di sebelah cowok itu dengan menatap kosong ke depan.
Amora benar-benar tidak bisa menjabarkan pikirannya saat ini. Dirinya masih tidak percaya dengan kecelakaan yang menimpa Atlas.
"Keluarga Atlas tau?" ucapnya pertama kali membuka suara setelah keduanya sekian lama terdiam.
Darend mengangguk, "Bahkan tadi Tante Arlina langsung histeris dan jatuh pingsan setelah mengetahui kabar ini,"
"Dan sekarang beliau lagi di rawat di salah ruang inap Rumah sakit ini dengan kondisi belum sadar."
Amora menutup mulutnya syok mengetahuinya. Amora tentu tau bagaimana rasa kasih sayang Arlina pada Atlas sangatlah besar. Bisa ia bayangkan bagaimana perasaan wanita paruh baya itu saat mengetahui putra kesayangannya kecelakaan.
"Sekarang kondisi Atlas gimana?" Mendadak Amora merasa cemas. Sejujurnya Amora tidak ingin menanyakan ini. Dirinya takut, lebih tepatnya ia takut mendengar jawaban yang tidak diinginkannya keluar dari mulut Darend apalagi melihat cowok itu yang terlihat menghela napas berat semakin membuat ketakutan Amora bertambah besar.
"Masih sama. Kritis. Setelah Dokter menanganinya tadi, Dokter bilang sekarang ini Atlas dinyatakan koma."
"Koma," lirih Amora dengan suara yang bergetar. Jantungnya seakan dihantam kuat oleh sesuatu.
"Semua ini salah gue..."
Amora seketika terkejut mendengar ucapan bernada penyesalan Darend barusan. Cowok itu menumpu kedua tangannya di lutut seraya meraup wajah frustasi.
"Gue gak tau semuanya bakal jadi kayak gini."
"Maksud lo?" Amora menatap Darend tidak paham.
Darend tersenyum hambar. "Gue pengen ngomong sesuatu sama lo. Dan lo berhak tau ini." ujar Darend menatap Amora serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
AmorAtlas
Teen FictionTidak pernah terpikir oleh Amora bahwa hanya pertama kalinya ia datang terlambat kesekolah membawanya harus berurusan dengan Atlas. Si Bad boy tampan plus playboynya. Dimana ia harus terjerat hutang dengan cowok itu, dan di sanalah awal mula hidupn...