Hana menatap jengah ke arah Amora yang duduk di hadapannya saat ini. Gadis berbehel itu sedari tadi hanya diam seraya mengaduk-aduk mie gorengnya tanpa minat. Ini sudah tiga hari terjadi semenjak Atlas koma di Rumah sakit. Amora sering terlihat murung bahkan menjadi lebih suka melamun.
"Gue takutnya, ntar lama-lama lo kesambet sama mbak kunti penghuni nih sekolah kalo keseringan diem apalagi bengong kayak gitu." Hana menghela napasnya saat ucapannya kembali tidak mendapatkan respon.
Karena sudah terlalu jengah entah darimana seketika muncul sebuah ide di otak Hana untuk membuat Amora mau meresponnya kembali. "Gue denger Atlas..." Hana sengaja menggantungkan ucapannya seraya melihat reaksi Amora.
Dan benar saja gadis itu sudah mengangkat kepala menatap Hana sepenuhnya.
"Atlas kenapa?!" Hana sangat jelas menangkap nada cemas di sana.
"Ck, giliran gue nyebut nama Atlas cepetan banget responnya." ujarnya berdecak singkat.
Amora mendelik tidak suka karena ternyata Hana hanya mempermainkannya saja. Jujur, jantungnya langsung berdetak cepat kala mendengar nama cowok itu.
Selama dua hari ini selalu cowok itu yang memenuhi pikirannya. Perasaannya masih tidak baik-baik saja setelah mendengar penjelasan Darend malam itu.
Amora benar-benar dibuat tidak tenang sebelum cowok itu sadar. Dirinya sangat berharap agar Atlas cepat sadar dari komanya segera.
Amora menatap kesal Hana yang sekarang menyengir tanpa dosa padanya. Bicara soal Hana, Amora jadi mengingat kembali kejadian malam dimana anak itu menipunya, Malam yang juga menjadi kecelakaannya Atlas. Sampai saat ini, Amora masih kesal sekaligus kecewa karena tidak benar-benar menemui grup band favoritnya.
"Lo masih ada utang penjelasan sama gue!"
Hana yang tengah asik mengunyah baksonya sontak tersedak karena Amora tiba-tiba menondongkan pertanyaan diiringi dengan tatapan tajam.
"Uhuk, uhuk!" Dengan cepat ia meraih segelas air putih di dekatnya dan meneguknya hingga tandas. Barulah dirinya merasa lega.
Amora hanya berdecak malas melihatnya. "Cepetan jelasin!"
"Jelasin apa?" tanya Hana dengan wajah polosnya, Padahal dia jelas tau maksud Amora.
Amora mendengus, "Gak usah pura-pura gak tau. Jelasin sekarang!" tekannya.
"Oke-oke gue jelasin," kata Hana merasa kicep ditatap tajam seperti itu. Sial, kalau tahu begini, seharusnya Hana memang tidak memancing gadis itu berbicara tadi.
"Sebenernya gue bingung cari cara supaya lo keluar malem itu. Jadilah gue terpaksa bawa-bawa grup band favorit lo," Hana memulai cerita.
"Lo inget waktu gue jenguk lo ke UKS tapi pas-pasan bareng Atlas?" tanya Hana yang mendapat anggukan dari Amora.
"Sebenernya waktu itu gue bohong. Kita bukan kebetulan ketemu tapi emang disengaja,"
Amora yang mendengarnya merasa tidak terkejut karena dari awal ia sudah menduganya.
"Waktu itu Atlas minta bantuan sama gue. Dia minta bantuan sama gue buat lo keluar bareng dia malam itu. Awalnya gue gak mau bantuin Atlas. Gue minta penjelasan kenapa lo benci banget sama dia. Meskipun lo gak pernah cerita tapi gue tau, akhir-akhir ini lo keliatan benci dan gak suka banget sama dia. Gue sempet marah dan kaget selesai dia jelasin semuanya. Tapi karna gue liat dia beneran tulus sama lo akhirnya gue mau bantuin dia walaupun ada embel-embelnya, sih." jelas Hana panjang lebar diakhiri dengan cegiran.
"Sumpah! gue syok banget dapet kabar kalo Atlas kecelakaan. Padahal malem itu, gue baru aja nelpon dia buat ngasih tau keberadaan lo. Dan gue sangat menyayangkan kalo rencana Atlas berakhir gagal kayak ini. Padahal dia udah atur malam itu sempurna banget buat acara nembak lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
AmorAtlas
Teen FictionTidak pernah terpikir oleh Amora bahwa hanya pertama kalinya ia datang terlambat kesekolah membawanya harus berurusan dengan Atlas. Si Bad boy tampan plus playboynya. Dimana ia harus terjerat hutang dengan cowok itu, dan di sanalah awal mula hidupn...