Part 16

1.5K 89 12
                                    

"Seriusan lo?!" Suara Hana terdengar begitu mengelengar memenuhi toilet yang saat ini sedang sepi.

Amora mengangguk malas merespon Hana.

"Gak percaya si Atlas bisa maksa lo segitunya."

"Terserah lo." jawab Amora acuh lalu kemudian membasuh wajahnya di wastafel.

Hana tersenyum jahil, "Bagus dong lo bisa deket-deket terus sama Atlas."

Amora mendelik, tidak percaya mendengar ucapan Hana barusan, "Bagus kata lo!? Yang ada gue darah tinggi terus kalo berhadapan sama tuh cowok. Gue bahkan sekarang lagi cari cara buat bebas dari hutang itu secepetnya!"

"Yak--"

BRAK!

Ucapan Hana langsung terhenti ketika tiba-tiba pintu toilet di buka dengan kasar. Tiga orang siswi berseragam cukup ketat serta mukanya yang begitu terlihat menor muncul setelahnya.

"Kunci guys!" Perintah seorang siswi berambut ombre yang berdiri paling depan.

Salah satu diantara kedua siswi itu mengangguk patuh lalu melakukan apa yang di perintah oleh siswi berambut ombre tadi.

Hana bergidik ngeri seraya berdiri was-was di tempatnya ketika tatapan para tiga siswi itu menghunus mereka. Berbeda dengan Amora yang berdiri begitu tenang di tempatnya.

"Behel, kayaknya kita bakal kena masalah nih," bisik Hana begitu pelan.

Amora tak menjawab, Tatapannya masih mengarah pada cewek yang berdiri di hadapannya yang saat ini tengah menatapnya begitu tajam.

"Minggir, kita mau keluar." ujar Amora dengan sopan serta dengan suara yang sengaja ia haluskan.

Mata cewek berambut ombre itu berkilat marah. Pertanda cewek itu semakin murka.

"Lo!" tunjuk cewek berambut ombre itu tepat di wajah Amora. "Lo tau kan, dengan siapa lo cari masalah?!"

"Slow down Sheyla, bukannya lo sendiri yang suka cari masalah sama orang?" ujar Amora seraya menyingkirkan pelan tangan Sheyla di hadapan wajahnya.

"Lo emang cewek gak tau diri! beraninya deketin cowok orang! Dasar cewek gatel!" Sheyla sangat marah saat mengetahui Atlas, Pacarnya itu pulang bersama dengan Amora. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak melabrak gadis ini.

Amora berdiri bersedekap dada, masih bersikap santai sembari mendengar cewek itu mengonceh. "Lo sadar gak sih, kalimat lo barusan pantasnya buat diri lo sendiri."

Gigi Sheyla gemelatuk dengan rahangnya yang kian mengeras. Dan Amora puas melihat amarah Sheyla yang cepat terpancing itu.

Sheyla terkekeh sinis, "Gak lo, gak si cupu, kalian itu sama aja. Sama-sama cewek gatel!" Amora mengempalkan kedua tangannya kuat. Mulai terpancing saat Gabby di bawa-bawa.

"Ck, ck. Mungkin orang tua kalian gak ngajarin kali ya? supaya anaknya-"

Plak!

Cukup sudah kesabaran Amora selama ini. Amora masih cukup sabar membiarkan Sheyla membully Gabby selama ini. Mungkin Amora akan menerima jika Sheyla memburukannya saja. Tetapi tidak untuk orang-orang yang disayangnya.

Amora tentu saja tidak terima dan tinggal diam membiarkan Sheyla yang dengan bebas memburukan Gabby apalagi yang paling parah membawa nama orang tua.

Dan jika bukan karena mengingat Gabby, Amora tidak akan menjadi sesabar tadi menghadapi gadis seperti Sheyla.

"Jaga mulut lo bitch!" tekan Amora tajam.

Sementara Hana hanya terdiam kaku di tempat. Dalam hati ia meringis melihat pipi merah Sheyla yang diakibatkan oleh tamparan keras Amora.

"MAKSUD LO APA HAH!" bentak Sheyla marah dan kemudian hendak menjambak rambut Amora. Sheyla tentu tidak terima pipinya ditampar. Rasanya ia ingin membunuh Amora sekarang.

Sebelum Sheyla menjambak rambutnya, Amora lebih dulu menarik tangan cewek itu lalu mempelintirnya ke belakang. Membuat Sheyla langsung berteriak kesakitan.

"Kenapa kalian diem aja! tolongin gue bego! Cepet kasih dia pelajaran!" Lagi-lagi Sheyla berteriak marah pada kedua temannya yang sedaritadi hanya menontonnya saja. Untung saja saat ini jam pelajaran sedang berlangsung. Jadi tidak ada yang mendengar keributan mereka di toilet.

"Berani kalian mendekat. Gue gak segan-segan bikin nasib kalian juga sama dengan queen kalian ini."

Kedua temannya Sheyla terdiam di tempat tak berani melangkah. Mereka cukup tahu kemampuan Amora dalam bela diri. Katanya, gadis itu pernah menjuarai perlombaan karate waktu SMP.

"Hana ambil kuncinya!" Hana mengangguk patuh sembari mengambil kasar kunci pada salah satu temannya Sheyla.

"Dengerin gue baik-baik! Gue gak pernah deketin Atlas lo itu apalagi kecentilan sama cowok lo! Dan satu lagi, jangan pernah lo ngeburukin Gabby ataupun bawa-bawa orang tua di sini!" desis Amora tajam lalu menghempaskan Sheyla ke lantai dengan kasar. Katakanlah Amora kejam saat ini.

Setelah Hana membuka pintu toilet, Amora segera berlalu begitu saja diikuti Hana di belakangnya.

Sheyla menatap kedua punggung gadis itu dengan sorot mata penuh dendam. Lo liat aja setelah ini, apa yang gue lakuin pada sahabat cupu kesayangan lo itu!

>>•<<

Amora membuang napasnya kasar saat kembali mengingat kejadian di toilet tadi. Bahkan saat ini ia sama sekali tidak menyimak materi yang sedang diterangkan oleh guru di depannya sana.

"Lo keren banget tadi Hel. Sampe gue merinding liat lo dengan beraninya lawan tuh mak lampir." celetuk Hana di sampingnya.

Amora mendengus pelan, "Kenapa gue harus takut?"

"Haruslah. Gue yakin setelah ini Sheyla gak bakalan tinggal diam."

Amora mengernyitkan sebelah alisnya seraya menoleh menatap Hana.

"Sheyla gak suka penganggu. Dia bakal lakuin apa aja buat hilangin penganggu itu. Dan lo mungkin udah termasuk salah satu daftar orang yang membuatnya terganggu." jelas Hana.

"Kenapa lo seyakin itu?"

"Duh, Behel. Ini akibat lo yang selalu sok gak perduli sama lingkungan. Makanya lo jadi kudet gini alias kurang update!"

"Minggu kemaren tuh ada siswa yang gak sengaja numpahin minuman ke seragamnya Sheyla. Setelahnya, tuh siswa selalu kena bully dari geng nya Sheyla, sampe-sampe tuh siswa gak tahan lagi dan berakhir pindah sekolah."

Amora tersenyum sinis, "Justru orang yang semena-mena kayak Sheyla yang harus dihilangin."

"Lo gila?!" teriak Hana refleks dan langsung mengundang seluruh tatapan yang tadinya terfokus pada guru di depan kini berpindah pada gadis itu.

"Jihanaya Putri. Jika kamu tidak niat belajar, silahkan keluar. Pintu kelas terbuka lebar." ujar guru itu dengan tampang tegas.

"Maaf Pak, saya niat belajar kok." balas Hana tersenyum kaku lalu kemudian meminta maaf kepada seluruh penghuni kelas yang merasa terganggu akibat teriakannya tadi.

Hana melirik kesal pada Amora yang sekarang tersenyum mengejek ke arahnya. "Makanya punya mulut tuh dijaga. Jangan sekalinya bunyi, kayak toa."

Hana mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan menusuk itu. "Habisnya gue shock lo bilang mau hilangin Sheyla. Maksudnya lo mau bunuh dia?" bisiknya cukup pelan, takut ketahuan guru lagi kalau mereka berbicara saat pelajaran berlangsung.

Amora memutar bola matanya malas seraya berdecak. Rasanya ia ingin membenturkan otak Hana yang mendadak eror itu ke tembok. "Lebay lo. Lo pikir gue psikopat?! Lagian gue juga gak perduli. Gue gak merasa jadi penganggu ataupun cari masalah sama tuh cewek. Cowok songong itu sendiri yang deketin gue."

"Cowok songong? maksudnya Atlas?"

"Siapa lagi." jawab Amora cuek.

"Udahlah gak usah bahas mereka. Bikin gue muak aja. Intinya sekarang lo harus mikirin cara supaya gue terbebas dari hutang cowok itu secepetnya."

😊😊😊

Tbc.

AmorAtlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang