Part 47

1K 70 25
                                    

Amora tersenyum puas menatap omelet yang baru saja dibuatnya itu. Dihiasi dengan toping sosis dan keju, kali ini ia sengaja membuat omelet dengan spesial.

Waktu baru menunjukkan pukul setengah enam pagi tetapi kini Amora sudah rapi dengan seragam putih abunya. Hampir semalaman matanya tidak bisa tertutup karena terus mengingat pengungkapan Atlas kemarin. Bibirnya secara tidak sadar terus tersenyum serta jantungnya yang sering berdegup kencang mengingat dirinya akan bertemu Atlas nanti.

"Hayo, kenapa senyum-senyum?"

Suara itu menyentak pelan Amora dari lamunannya. Entah dari kapan Bundanya itu sudah berdiri di sampingnya sembari menatapnya jahil.

"E-eh Bun, sejak kapan di sini?" tanyanya gugup.

"Udah sejak tadi. Bunda dari tadi merhatiin kamu loh." Lita menaikkan sebelah alisnya semakin menatap Amora jahil.

Amora jadi gelagapan sendiri. Buru-buru dia meraih tas ranselnya yang terletak di salah satu kursi meja makan dan kemudian memasukkan kotak bekal yang sudah berisi omelet itu ke dalam sana. Aish, Amora jadi malu sendiri kepergok sama Bundanya.

"Mora berangkat dulu ya Bun," ucapnya menyalimi Lita.

"Loh, gak berangkat bareng nak Atlas?" tanya wanita cantik itu karena biasa melihat putri sulungnya itu berangkat bersama Atlas.

Jantung Amora kembali berdebar mendengar nama itu.

Amora menggeleng pelan menjawab pertanyaan dari Bundanya. Amora tidak siap untuk bertemu Atlas pagi ini. Lebih tepatnya dia belum siap jika harus memberikan jawabannya pada cowok itu sekarang. Amora sudah memutuskan bahwa ia akan memberikan jawaban pada Atlas saat waktu istirahat nanti.

Sebelumnya ia sudah sempat mengabarkan agar cowok itu tidak perlu menjemputnya. Untung saja Atlas mau mengiyakannya. Meskipun ia sempat harus berdebat dengan cowok itu tadi. Dirinya sudah memutuskan akan berangkat sendiri hari ini dengan bus.

>>•<<

Saat jam istirahat tiba, Amora langsung menyusuri koridor sendirian mencari keberadaan Atlas. Dia beneran sudah siap sekaligus mantap dengan hatinya yang nanti akan memberikan jawaban untuk Atlas. Walaupun rasa gugup itu terus ada pada dirinya.

Para siswa kelas Atlas baru saja menyelesaikan permainan futsal dan Amora sudah menduga cowok itu pasti berada di lokernya saat ini. Amora menyunggingkan senyum tipis sembari mengingat kata yang akan ia ucapkan nanti pada cowok itu.

Sesampainya di sana, kebetulan sekali ruangan itu tidak ditutup dan Amora sedikit mengintip melihat keadaaan di dalamnya. Dan dirinya langsung mendapati dua orang cowok yang dikenalnya di sana yang tak lain  merupakan Atlas dan Darend. Amora sengaja tidak mengetuknya. Ia akan membuat para cowok itu terkejut dengan kemunculannya tiba-tiba. Tetapi, baru saja hendak memasuki ruangan itu ucapan Darend mengurungkan langkahnya.

"Jadi, Lo udah nembak Amora?" tanya Darend yang dibalas anggukan singkat dari Atlas.

"Berarti tinggal tunggu hasilnya. Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin kalo tuh cewek nerima lo, satu hari kalian pacaran lo harus putusin dia. Tapi gue gak yakin cewek galak kayak Amora bisa jatuh cinta sama lo," sambung Darend lagi seraya menyunggingkan senyum remehnya.

Atlas menyeringai, "Gue udah bilang sebelumnya, Jangan panggil gue Atlas kalo gue gak bisa bikin cewek luluh sama gue. Lo liat aja, Amora gak akan nolak gue nanti. Dan lo tinggal persiapin diri aja buat gue yang akan nangih something sama lo."

AmorAtlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang