"Kak Mora!"
"Kak Mora bangun!"
Suara itu masih terdengar samar-samar di telinganya.
"KAK MORA!" Seketika suara itu terdengar seperti teriakan keras yang membuat telinganya berdengung.
Dengan perlahan Amora membuka matanya yang masih terasa mengantuk itu. Entah siapa yang sudah menganggu tidur nyenyaknya. Saat membuka mata, dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, Amora menyipitkan matanya untuk menfokuskan pandangan pada seseorang yang berdiri di hadapannya saat ini.
Seketika ia berdecak kesal saat perlihatannya mulai menangkap jelas sosok Alvin yang tengah menatapnya seraya berkacak pinggang.
"Ngapain sih! pagi-pagi udah gangguin orang!"
"Alvin heran deh sama Kak Mora. Sekalinya tidur kayak kebo yang susah banget dibangunin,"
"Kalo bukan Bunda yang suruh, males banget Alvin bangunin Kak Mora. Seharusnya Kak Mora itu contoh kayak Alvin, selalu rajin dan pintar. Gak malas-malasan kayak Kak Mora. Anak gadis itu gak boleh malas-malasan apalagi bangun kesiangan. Alvin aja yang cowok gak pernah bangun kesiangan."
Amora mengaruk belakang kepalanya yang terasa gatal. Membuat rambutnya yang tadinya memang berantakan itu bertambah berantakan. Amora menatap Alvin malas. Alvin mulai mengomelinya persis seperti emak-emak rempong. Adiknya itu selalu menasehatinya layaknya dialah yang paling benar.
Amora memilih diam tidak meladeni Alvin yang masih saja mengomelinya. Pasalnya, jika dia meladeni bocah itu pasti nanti yang akan terjadi keduanya tidak akan berhenti beradu mulut dan berakhir Amora yang disalahkan.
Tatapan matanya terjatuh pada jam weker di meja dekat ranjangnya. Seketika matanya membulat sempurna ketika menyadari pukul berapa sekarang. Amora langsung saja bangkit buru-buru dari ranjang empuknya dan segera berlari kearah ke kamar mandi.
Alvin mengelengkan kepalanya menatap kepergian Kakaknya itu.
"Buru-buru kan jadinya."
>>•<<
"Makannya pelan-pelan Sayang," tegur Lita yang melihat anak gadisnya itu makan dengan tidak santai.
"Gak bisa Bun, soalnya Mora buru-buru banget nih." Amora harus berangkat awal agar ia bisa kembali kabur dari Atlas. Amora berharap semoga saja cowok itu tidak sungguhan menjemputnya.
"Loh, bukannya ini belum telat ya. Biasanya kamu juga jam segini belum berangkat," sahut Ardi Ayahnya, tanpa mengalihkan padangan sedikitpun dari koran yang sedari tadi dibacanya.
"Paling dia Yah, takut ditungguin sama pacarnya makanya buru-buru. Soalnya Alvin liat kemarin Kak Mora diantar pulang sama anak cowok."
Amora mendelik tajam menatap Alvin. Yang ditatap justru bersikap santai saja. Alvin membalas tatapan Amora seolah berucap, 'Apa? emang benar kan?'
"Gak kok Yah, Bun. Amora buru-buru memang ada tugas yang mengharuskan Amora datang awal," sanggah Amora cepat. Supaya kedua orang tua tidak termakan dengan ucapan Alvin.
Tin!
Bunyi klakson motor di depan rumahnya seketika membuat Amora terpaku. Apa mungkin itu motornya Atlas? Amora sudah harap-harap cemas dari duduknya. Jika memang benar itu adalah motornya Atlas, gagal sudah rencananya yang berniat kabur hari ini. Otomatis berarti Amora harus berangkat bersama cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AmorAtlas
Teen FictionTidak pernah terpikir oleh Amora bahwa hanya pertama kalinya ia datang terlambat kesekolah membawanya harus berurusan dengan Atlas. Si Bad boy tampan plus playboynya. Dimana ia harus terjerat hutang dengan cowok itu, dan di sanalah awal mula hidupn...