Part 30

1.3K 67 16
                                    

Ninja kawasaki merah milik Atlas memasuki area perkarangan rumah mewah bergaya Eropa itu. Cowok itu langsung memarkirkan motor kesayangannya pada garasi yang terbilang besar miliknya. Sengaja dibuat besar, karena di dalamnya terdapat banyak koleksi motor dan mobil milik Atlas yang tergolong mewah semua.

Atlas berjalan dengan gaya santai memasuki rumah mewahnya, ralat! milik orang tuanya dengan tas ransel yang tergantung di sebelah bahunya. Jari telunjuknya ia gunakan untuk memutar-mutar kunci motor sembari sesekali bersiul ria. Suasana hatinya sangat bagus saat ini. Entahlah, mengapa ia merasa bahagia hari ini.

Tetapi, rasanya ada yang aneh ketika pertama kali menginjakkan kaki di dalam rumahnya.

Sepi.

Memang, setiap hari rumahnya selalu sepi tetapi rasanya kali ini berbeda. Bahkan pelayan di rumahnya tidak ada satu pun yang terlihat sedari tadi. Atlas mengangkat bahunya acuh dan kembali melanjutkan langkah yang tadinya tertunda untuk menuju ke kamarnya, mengabaikan suasana aneh itu. Tetapi, langkahnya kembali tertahan ketika mendapati banyaknya makanan yang terhidang di meja makan yang berada di ruang tengah. Seperti sedang mengadakan acara makan besar. Siapa yang bertamu? Pikirnya.

"SUPRASE!"

Atlas sedikit terhuyung saat mendapat pelukan tiba-tiba dari seseorang. "Ya ampun my honey, I miss you so much!"

Atlas terkekeh saat mendengar suara antusias itu lalu membalas pelukan yang selama ini ia rindukan, "Miss you to Mom."

Wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik serta anggun itu melepaskan pelukannya pada putra semata wayangnya itu. Ia memandang keadaan putranya dengan sorot khawatir, "Ya ampun my honey, kenapa seragam kamu jadi basah gini? Kamu kehujanan? Kenapa kamu bisa kehujanan? Memangnya kamu pulang gak pakek jaket tadi? Kamu bisa sakit nanti. Kepala kamu panas gak?"

Sementara Atlas hanya tersenyum paksa saat mendapatkan pertanyaan bertubi-tubi dari wanita yang sangat disayanginya itu.

"Nanya satu-satu lah Mom. Atlas pusing tuh jawabnya." Atlas menolehkan kepalanya saat suara berat seseorang muncul di antara mereka. Ia tersenyum kecil melihat pria paruh baya yang masih terlihat gagah yang entah sejak kapan sudah duduk manis di meja makan sana.

"Dad," sapanya yang dibalas anggukan singkat dari pria paruh baya itu.

"Mommy kamu kalo khawatir suka berlebihan gitu," ujar pria paruh baya itu terkekeh.

Arlina langsung memandang geram suaminya itu, "Gimana gak khawatir, Atlas pulang-pulang udah basah kuyup gini. Takutnya nanti dia sakit," Arlina memengang keningnya Atlas memastikan suhu tubuh cowok itu.

Atlas sendiri hanya menghela napas pasrah dengan tingkah over protektif Arlina. Memang, setelah hujan reda, Atlas segera mengantar Amora pulang. Tetapi setelah mengantar gadis itu, hujan kembali mengunyurnya di tengah perjalanannya pulang.

"Kamu gak papa 'kan Sayang?" ujar Arlina khawatir seraya menangkup wajah putranya itu, tetapi wanita paruh baya itu terpaksa harus mendongak demi menatap Atlas yang lebih tinggi darinya. Arlina masih tidak menyangka putranya sudah tumbuh dewasa menjadi pria gagah persis seperti suaminya.

Atlas memengang lembut tangan Arlina yang masih menangkup wajahnya, "Mom, Atlas gak papa kok. Atlas bukan anak kecil lagi. Jadi, Mommy gak perlu khawatir gitu. Oke?" ujarnya tersenyum lembut menenangkan.

Arlina menghela napasnya lalu mengangguk dengan berat hati, "Ya udah kalo gitu. Tapi sekarang kamu harus mandi dulu, ganti baju, setelah itu makan. Mommy udah masak banyak buat kamu hari ini, salah satunya omelet kesukaan kamu." ucap wanita paruh baya itu kembali antusias.

Atlas mengangguk seraya memperagakan sikap hormat, "Laksanakan Kapten!"

>>•<<

Atlas menuruni satu persatu anak tangga rumahnya yang mewah. Penampilannya kini terlihat lebih segar setelah membersihkan diri tadi. Ia melangkahkan kakinya menuju meja makan panjang dengan sepuluh deretan kursi yang hanya diisi dua orang saja di sana. Atlas segera mengambil duduk tepat di hadapan Arlina.

Arlina yang sedari tadi menunggu kedatangannya langsung saja mengambil piring kemudian wanita itu isi dengan nasi serta mengambil berbagai macam lauk di sana.

"Mom, Atlas gak mungkin makan banyak gitu," lirih Atlas sedikit terkejut memandang isi piring yang hampir penuh dengan porsi makanan yang sudah Arlina siapkan untuknya.

"No honey! Kamu harus makan banyak. Selama Mommy gak ada kata Bi Minah kamu jarang makan di rumah. Gizi kamu pasti berkurang. Mommy tau kamu pasti sering komsumsi makanan istant di luar kan? itu sangat tidak baik buat kesehatan. Mommy gak mau kamunya nanti kena penyakit!"

Aksen hanya mengeleng jengah dengan tingkah istrinya. Pria paruh baya itu hanya duduk diam menyaksikan istrinya yang sangat memanjakan Atlas. Arlina selalu melebih-lebihkan sesuatu jika sudah menyangkut dengan putranya.

"Tapi Mom--"

"Mommy gak mau tau. Pokoknya kamu harus habisin makanan ini, ya Sayang?!" potong Arlina lembut tetapi sarat akan perintah.

Atlas menghela napas lesu. Jika Ibu negara sudah memerintah siapapun tidak bisa membantah tak terkecuali Aksen sendiri.

"Sabar son." ujar Aksen dengan tersenyum menyemangati.

Atlas hanya menganggukkan kepalanya pelan, kemudian mulai memasukkan makanan itu perlahan ke dalam mulutnya.

"Mom sama Dad kenapa tiba-tiba pulang gak ngabarin Atlas dulu?" ucap cowok itu di sela-sela kunyahannya.

"Kan kalo kabarin kamu dulu bukan suprase namanya." jawab Arlina.

Alis tebalnya Atlas terangkat sebelah, "Tapi bukannya Daddy masih ada tugas dua minggu lagi ya di Amrik?"

"Mommy kamu ngotot pengen pulang. Kangen kamu katanya, Sampe-sampe dia susah tidur karna mikirin kamu terus." Kali ini Aksen yang bersuara, jelas sekali ada nada cemburu di sana.

Atlas lantans menyengir, "Sorry Dad, gak usah cemburu gitu."

"Tau tuh Daddy kamu. Kangen sama anak sendiri aja gak boleh." balas Arlina.

Aksen lantas memasang wajah cemberutnya, Yang membuat ibu dan anak itu kompak menertawainya.

Suasana hangat di meja makan itu terus terjalin di kediaman Wijaya. Atlas sangat bersyukur walaupun orang tuanya sibuk dengan pekerjaan, tetapi orang tuanya sangat perhatian padanya.

>>•<<

Suara decakan terdengar dari bibir Atlas. Sedari tadi, notifikasi terus muncul dari benda yang mempunyai lambang apel digigit di belakangnya itu. Atlas hanya memandang tanpa minat pada banyaknya chat yang masuk pada aplikasi WhatsAap nya, Yang tak lain merupakan chat dari para cewek pengemarnya.

Wow! sangat menakjubkan. Sejak kapan seorang Atlas Arsenio Wijaya si king playboy mengabaikan chat dari para pengemarnya? Ini sangat bukanlah dirinya. Dirinya yang biasa adalah suka melandeni atau bahkan membalas semua chat para cewek pengemarnya itu.

Entahlah, Yang pasti Atlas kali ini merasa terganggu dengan semua notifikasi itu.

Merasa tidak tertarik, Atlas melempar ponselnya ke sembarangan tempat dan mulai merebahkan diri di ranjang empuknya dengan tangan yang dilipat di belakang kepala menjadikannya sebagai bantalan. Atlas memandang langit-langit kamarnya yang berlapisi cat abu-abu itu. Tetapi bayangan wajah seseorang tiba-tiba muncul di sana.

Bibirnya sedikit tertarik saat kembali mengingat bagaimana semua ekspresi wajah seseorang itu. Ketika sedang marah, kesal, dan tersenyum seolah semua itu berputar di benaknya.

Entah mengapa wajah gadis itu yang berputar di benaknya saat ini.

"Cantik," pikirnya, yang tanpa sadar membuat senyum di wajahnya kian melebar.

😊😊😊

Tbc.

AmorAtlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang