Part 61

1K 37 6
                                    

Sejak tadi Amora terus saja menatapi ponselnya, menunggu Atlas membalas chat darinya. Amora sedikit kesal padahal chatnya sejak tadi sudah centang dua tetapi mengapa cowok itu tak kunjung juga membaca chat darinya? Hal ini tentu saja aneh bagi Amora. Atlas tidak pernah lama membalas chat darinya Amora akui itu. Sejak mereka pacaran, apa yang Atlas lakukan selalu melapor pada Amora, tapi bahkan tadi pagi pun Atlas sama sekali tidak mengabarinya, apakah cowok itu sudah berada di sekolah atau belum.

Amora tersentak pelan saat bel istirahat dibunyikan. Karena sejak tadi melamun, Amora sampai tidak menyadari waktu istirahat telah tiba.

"Eh Ra, kok gue ngerasa anak baru itu dari tadi ngeliatin lo ya?" bisik Hana di sampingnya.

Amora sontak menoleh menatap ke belakang pojok kanan di mana tempat Valdo duduk. Dan benar saja apa yg dikatakan Hana tadi matanya langsung bersitatap dengan cowok itu. Amora langsung dengan cepat memutuskan pandangan mereka.

"Lo kenal sama anak baru itu?" tanya Hana.

"Gak," balas Amora cepat. Dirinya langsung mengambil kotak bekal di tasnya berniat menemui Atlas di kelas cowok itu sekaligus menemui Gabby. Tapi Amora tidak yakin apakah saat ini sahabatnya itu ada di kelas atau tidak karena tepat setelah bel istirahat dibunyikan pasti Gabby akan langsung ngacir ke Perpustakaan.

Baru saja Amora bangkit dari bangkunya, seseorang sudah lebih dulu berdiri di samping bangkunya seolah menghalanginya keluar.

"Hai Amora, mau ke Kantin bareng gue?"

"Minggir," Amora menatap datar Valdo. Jujur dirinya merasa sangat terganggu sejak kehadiran cowok itu.

"Lo ternyata judes banget ya. Gue cuman mau ngajak lo ke Kantin bareng. Tapi gak papa, lo judes-judes gitu bikin gue tambah suka," balas cowok itu dengan kekehannya.

Amora sendiri justru merasa jijik mendengar ucapan cowok itu. Tangannya kini terasa gatal ingin sekali menonjok mulut buaya cowok banci itu. "Minggir, lo halangin jalan gue," Amora mencoba mempertahankan kesabarannya.

Bukannya mendengarkan apa yang dikatakan Amora, cowok itu kini justru memusatkan perhatiannya pada kotak bekal yang dipegang oleh Amora. "Lo bawa bekal? gimana kalo kita makan bareng aja?" Hampir saja tangan Valdo meraih kotak bekal Amora tetapi sebuah pukulan terlebih dahulu menghantam wajah cowok itu.

"Bugh!"

"ANJING! BERANI BANGET LO DEKETIN CEWEK GUE, BANGSAT!"

Kedatangan Atlas secara tiba-tiba seketika membuat suasana kelas menjadi gaduh. Apalagi kini cowok itu terus menghujami Valdo dengan pukulannya.

Amora segera tersadar dari keterpakuannya beberapa detik. Ia tiba-tiba menjadi panik kala melihat kondisi Valdo yang dalam sekejap sudah berubah sangat memperhatinkan.

Beberapa murid yang lewat di depan kelas mulai berkumpul menyaksikan, dan mengapa tidak ada yang berniat menghentikan Atlas?

"Hana, cepetan panggilin guru!" Hana yang berdiri di sampingnya hanya terdiam dengan muka cengonya.

"Hana!" Amora berdecak kesal karena tidak ada respon dari teman sebangku nya itu.

Tidak ada waktu lagi, Amora segera mengambil tindakan karena melihat kondisi Valdo yang bisa dikatakan hampir kehilangan kesadarannya. Entah apa yang membuat Atlas sebruntal itu, dalam sekejap hampir menghancurkan muka Valdo. Dan lagi mengapa Valdo sama sekali tidak melawan? cowok itu seakan membiarkan Atlas terus memukulinya.

"Atlas berhenti!"

Ternyata teriakan Amora sama sekali tidak menghentikan aksi Atlas yang masih terus memukuli Valdo. Untuk kedua kalinya Amora melihat sisi lain dari cowok itu setelah di Rumah Sakit kemarin. Saat ini siapa saja dapat melihat dari pancaran mata Atlas terdapat amarah yang begitu besar kala menatap Valdo. Amora tidak menyangka bahwa Atlas akan semarah itu pada Valdo.

AmorAtlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang