Part 14

1.5K 89 3
                                    

Amora memasuki sekolahnya dengan langkah buru-buru. Sesekali ia menoleh ke belakang memastikan agar tidak ada orang yang mengikutinya. Bukan tanpa alasan, Amora berhasil kabur dari Atlas saat ini.

Diperjalanan tadi, Amora terus berdebat dengan Atlas. Amora memaksa Atlas supaya cowok itu tidak menurunkannya di sekolah. Pasalnya, Amora tidak mau nantinya muncul gosip yang tidak-tidak mengenai mereka yang berangkat bersama. Memang nyatanya cowok itu yang keras kepala sama sekali tidak mau mendengarkan perintahnya.

Dan beruntung ketika di perjalanan tadi, Atlas sempat menghentikan motornya karena cowok itu mengangkat telepon dari seseorang. Merasa ada kesempatan, Amora langsung saja turun dari motor Atlas lalu berlari menjauhi motor cowok itu dan akhirnya bisa kabur sampai sekarang. Dan yang lebih beruntungnya lagi, Area sekolah sudah dekat membuat Amora tidak terlalu lelah berlari dan tidak perlu takut untuk telat.

"Auw!!" rintih seseorang yang jatuh terduduk di hadapannya.

Amora meruntuki kebodohannya yang tidak memperhatikan jalan. Alhasil, ia tidak sengaja menabrak orang sekarang. "Sorry gue gak sengaja." ujarnya seraya membantu gadis itu berdiri.

"Ish Mora, Lo kenapa lari-lari sih! kayak orang dikejar setan aja. Sakit tau bokong gue!"

Amora mendengus mendengar suara cempreng itu, "Gue emang lagi dikejar setan," jawabnya asal.

Hana membulatkan matanya, "Serius lo!? mana setannya!?" ujarnya celingukan persis seperti orang mencari setan.

"Di depan gue."

"Hah! Mana? Kok gue gak liat?"

Amora mendengus pelan, "Setannya itu lo." ucapnya, kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju kelas  kini lebih santai tidak buru-buru seperti tadi. Karena Amora merasa Atlas sama sekali tidak mengikutinya.

Sementara Hana masih terdiam di tempat. Otaknya masih mencerna ucapan Amora. Seketika ia baru menyadari dengan mata yang membelalak lebar.

"ISH AMORA GUE SERIUS!!" teriaknya kesal seraya menyusul teman sebangkunya itu.

"Gue juga serius." Amora melirik sekilas Hana yang kini sudah menyamakan langkah dengannya.

"Ntar gue ceritain di kelas." ujarnya yang langsung membungkam mulut Hana yang ingin bertanya.

Hana menganggukan kepalanya antusias. "Oke, gue tunggu."

Amora menghela napasnya pelan. Hana akan terus bertanya kalau gadis itu masih penasaran. Dan pastinya Hana selalu memaksanya sampai Amora mau memberitahukannya. Gadis itu mempunyai kepo tingkat dewa.

"Apaan sih Han!" Ucap Amora kesal karena tiba-tiba Hana menepuk bahunya cukup keras.

"Liat tuh Gabby lagi jalan sama seseorang. Eh, itu bukannya cowok yang kemaren ya?"

Amora mengikuti arah pandangan Hana yang tertuju pada dua sejoli yang berjalan berlawanan arah dengan mereka.

"Kok mereka jadi akrab gitu?" ujar Hana heran dengan matanya yang masih terfokus pada kedua sejoli itu.

Amora tidak menjawab, ia juga terdiam dengan mata yang terus menatap Gabby dan Rafka yang terlihat saling tertawa hingga tubuh keduanya menghilang di belokan tembok. Amora sempat tertegun melihat tawa Gabby yang selama ini tidak pernah terlihat lagi. Baru sekarang gadis itu kembali tertawa seolah tidak ada beban. Dan penyebab munculnya tawa Gabby bukan karena dirinya tetapi cowok itu, Rafka.

Tentang Rafka, Amora menjadi mengingat kembali percakapannya kemarin dengan cowok itu.

"Apa yang sebenernya terjadi sama Gabby?" Amora berucap datar seraya memandang Rafka tajam.

Rafka terlihat santai. Cowok itu hanya diam seperti tidak berniat menjawab pertanyaannya. Saat ini mereka masih berada di hadapan rumahnya Gabby.

Keadaan hening mulai menyelimuti keduanya. Amora masih saja menatap cowok di hadapannya ini dengan tajam, masih menunggu cowok itu bersuara.

Amora menaikkan alisnya saat melihat cowok itu menghela napas. "Kenapa lo malah nanyain itu ke gue. Lo tadi udah denger sendiri 'kan Gabby bilang apa."

Mendengar itu, Amora semakin menatap cowok itu tajam. "Gue tau Gabby itu bohong sama gue. Dan salah satu penyebab dia bohong itu, lo!"

Rafka menarik seulas senyum. "Kenapa lo bisa beropini kayak gitu? Sementara lo sendiri gak tau kejadiannya gimana,"

"Penyebab Gabby bohong itu karena lo sendiri, bukan gue. Seharusnya lo tanyain pada diri lo sendiri kenapa Gabby itu bisa bohong sama lo."

Seketika Amora dibuat bungkam mendengar ucapan yang terlontar di mulut Rafka. Entah mengapa ucapan cowok itu barusan membuat hatinya tertohok oleh sesuatu. Ia merasa ucapan cowok itu memang benar adanya.

Amora terdiam dalam kebungkamannya. Bahkan lidahnya kelu untuk sekedar berkata sekarang. Ia menundukkan kepalanya, mencoba merenungkan apakah Gabby berbohong karena menyembunyikan luka darinya lagi?

"Gue tau selama ini Gabby adalah sosok yang rapuh tapi pura-pura kelihatan kuat. Dia gak mau orang-orang mengangapnya lemah. Gabby selalu memendam rasa sakitnya itu sendiri. Karena dia gak mau orang yang di sayangnya juga ikut merasakan hal yang sama dengannya. Dan sepertinya gue gak perlu jelasin lagi, karena gue tau, lo pasti ngerti apa yang barusan gue bilang."

Amora yang tadinya menunduk kini perlahan mengangkat kepalanya menatap Rafka yang juga tengah menatapnya saat ini. Mengapa cowok itu seolah sangat mengenal Gabby?

"Sebenarnya lo itu siapa?"

Kedua sudut bibir cowok itu tertarik membentuk sebuah senyuman. Senyuman yang penuh maksud di dalamnya. "Untuk saat ini gue bukan siapa-siapa. Gue cuma minta sama lo, biarkan gue jadi penyembuh luka untuk Gabby."

Amora menarik senyum tipisnya. Entah mengapa hatinya membiarkan cowok itu masuk ke dalam hidup Gabby. Hatinya seakan percaya dengan cowok itu.

Gue cuma minta sama lo, biarkan gue menjadi penyembuh luka untuk Gabby.

Ucapan Rafka kembali tergiang di kepalanya.

Baiklah. Amora membiarkan Rafka secara perlahan bisa menyembuhkan lukanya Gabby. Ia harap, semoga Rafka bisa kembali membuat Gabby seperti dulu lagi.

Setidaknya untuk saat ini Rafka bisa menjaga Gabby. Ia yakin cowok itu bisa melindungi Gabby dan mempunyai niat yang tulus untuk Gabby.

😊😊😊

Tbc.

AmorAtlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang