Part 09

1.9K 105 4
                                    

Alvin mengeryit heran melihat perubahan dari sikap Kakaknya itu. Seharian ini, Amora terlihat tidak ceria bahkan gadis itu terlihat sangat jutek.

Ide jahil muncul di kepalanya. Alvin melirik ke sebelahnya, dimana Kakaknya itu sedang fokus menatap layar persegi di hadapan mereka.

"Kak."

Tidak ada sahutan.

"Kak!"

Masih tidak ada sahutan. Bahkan Kakaknya itu tampak tidak perduli.

"Kak Mora!"

Hanya decakan pelan yang terdengar.

Alvin memutar bola matanya jengah. Lelah dengan sifat Kakaknya itu. Tapi, tak lama kemudian bibirnya menyeringai samar.

"KAK MORA, AWAS ADA KECOA!"

"Mana?!"

Amora yang mendengar nama makhluk paling menjijikan baginya disebut, refleks melompat dari sofa yang tadi di dudukinya. Bahkan sekarang ia heboh sendiri. Takut-takut binatang kecil itu menempel di bajunya.

Alvin sudah terbahak di tempat. Bocah itu tertawa hingga menitikan air matanya. Ia sangat puas melihat wajah ketakutan sekaligus menjijikan dari Kakak nya. Memang, menganggu Amora, sudah menjadi hobi Alvin sejak dulu.

Amora yang tersadar ketika ia hanya dikerjain langsung menghampiri Alvin dan malayangkan tatapan mematikan ke arah adik nya itu.

"Adek durhaka lo!" hardik Amora seraya menjewer sebelah telinga Alvin.

"Aduh-duh, sakit Kak!" rintih Alvin seraya mencoba melepaskan jeweran tangan Amora di telinga kirinya.

"Makanya siapa suruh lo ngerjain gue!"

"Ampun Kak, janji, Alvin gak bakal ngulangin lagi. Lepasin dong!"

Bukannya melepaskan, Amora semakin menguatkan jewerannya pada telinga Alvin.

"Ada apa ini?"

Sontak saja Amora melepaskan jewerannya pada telinga Alvin ketika Bundanya muncul dari arah dapur.

Sedangkan Alvin tak mau menyiakan kesempatannya untuk kabur dari Amora dan berlari ke arah Bunda nya, melindungi diri dari Amora. "Kak Mora nakal Bun. Gangguin Alvin tadi."

Amora mendelik menatap Adik nya. Bukannya bocah itu sendiri yang menganggunya tadi!

Benar-benar cari gara-gara tuh bocah! batin Amora geram.

"Enak aja lo! Bohong dia Bun!"

Wanita paruh baya itu hanya menggelengkan kepalanya singkat melihat tingkah putra-putrinya itu.
"Sudahlah Mora, Kamu mengalah saja dari Adikmu. Dia kan masih kecil."

Selalu saja ujung-ujungnya seperti ini. Kalau tidak disalahkan ya, harus mengalah. 

Amora memandang tajam Alvin yang kini menatapnya dengan senyum penuh kemenangan.

Daripada ia semakin dibuat kesal karena terus meladeni Alvin. Lebih baik Amora pergi ke kamarnya saja. Sesampainya di sana, Amora segera merebahkan diri pada kasur empuknya itu. Ia melirik ponsel yang berada di sebelahnya dan kemudian menguntak-ngatik ponselnya yang seharian ini memang sengaja ia nonaktifkan.

Detik selanjutnya banyak sekali notifikasi muncul dari aplikasi WhatsApp yang rata-rata berasal dari grup kelasnya. Namun, ada satu notifikasi dari nomor yang tidak asing lagi baginya. Notifikasi yang menarik perhatian Amora.

Cowok songong
Besok gue jemput. Lo bsk berangkat bareng gue.

Amora membulatkan matanya seraya bangkit dari rebahannya. Matanya masih menatap pesan dari Atlas yang sengaja ia beri nama 'songong' pada kontak cowok itu. Sesuai dengan sifat Atlas.

AmorAtlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang