"Eh, Lo!"
Siswa berkacamata yang sedang berjalan itu terpaksa menghentikan langkahnya. Dengan takut-takut ia menoleh pada seseorang yang telah memanggilnya tadi. "Sa-ya m-aksudnya?" tanyanya gagap.
"Iya, siapa lagi!" delik orang itu galak.
"Sini lo!"
Dengan ragu siswa berkacamata itu berjalan menghampiri salah satu meja yang diisi oleh lima orang itu. Dan ia cukup tahu siapa orang yang tengah menyuruhnya saat ini, Si Badboy pentolan sekolah.
"Lo liat di sini ada berapa orang?"
"Li-ma." jawabnya masih saja gagap. Aura orang itu selalu membuatnya takut.
"Nah! pinter. Sekarang cepet lo pesenin makanan kita-kita! Apa aja terserah lo, yang penting makanan!" perintah Atlas dengan gaya angkuhnya seraya memberi dua lembar uang berwarna merah muda pada siswa berkaca mata itu.
"Wihh, ceritanya kita di traktir nih Bos?" sorak Farrel heboh yang dibalas acungan jempol dari Atlas.
Sementara siswa berkacamata itu mengangguk patuh. Belum sempat meraih uang itu, tangan seseorang lebih dulu menahan tangannya.
"Lo gak bisa dengan seenak jidat lo nyuruh orang!" sanggah Amora seraya bangkit dari duduknya. Sedari tadi ia sudah geram melihat tingkah semena-mena Atlas.
Dari duduknya Atlas menatap gadis itu dengan tenang. "Gue cuma minta pesanin makan aja. Lo kenapa gak terima? Dia aja gak keberatan." jawabnya acuh.
Yaiyalah tidak keberatan. Memang siapa yang berani menolak perintahnya.
"Jangan mau lo pesenin, mending lo pergi aja sana!" usir Amora pada siswa berkacamata itu, bermaksud menyuruh siswa itu agar tidak menuruti perintah Atlas.
Amora mengabaikan Atlas yang kini mulai menatapnya tajam di tempat.
"Cepet lo pesenin!" hardik Atlas pada siswa berkacamata itu dan kini ikutan bangkit dari duduknya.
"Jangan lo turutin kemauan dia!"
Sementara siswa berkacamata itu terlihat pasrah, bimbang mau mendengarkan siapa. Jika dia menolak perintah Atlas, sudah pasti setelah ini ia harus berurusan dengan cowok itu.
Atlas menarik Amora berdiri mendekat padanya, "Mending lo cukup diem dan duduk manis seperti apa yang gue perintahkan. Seorang babu gak boleh banyak ngebantah. Paham?" bisik cowok itu pelan agar tidak terdengar oleh yang lainnya.
Amora mengeram kesal dan kembali menghempaskan bokongnya kasar. Ingin rasanya ia meluapkan amarahnya dengan mencabik-cabik wajah songong Atlas. Amora melirik sinis pada cowok itu yang kini tengah menyeringai puas ke arahnya.
"Udah sana!" titah Atlas lagi pada siswa berkacamata itu yang masih berdiri kaku di tempat. Langsung saja siswa itu ngacir pergi dari sana.
"Behel, kenapa sih?" bisik Hana yang kini tidak bisa menahan lagi rasa keponya. Sedari tadi ia hanya kebingungan melihat tingkah Amora dan Atlas yang menurutnya aneh.
Amora memilih tidak mengubris, terlalu malas meladeni gadis kepo akut itu.
"Ada angin apa lo sampai mau naktir kita?" tanya Darend heran. Pasalnya, Atlas terlalu pelit dalam hal traktiran.
"Banyak bacot lo Rend. Kalo kita udah dapat makanan gratis harusnya kita itu bersyukur, bukan banyak bacot kayak lo. Bener gak Can?" sahut Farrel sambil mengedipkan sebelah matanya pada Hana.
Hana mendengus jijik dengan tingkah Farrel, "Apaan sih lo! Nama gue itu Hana, bukan Can!" protesnya tidak terima.
"Cantik maksudnya." gombal cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AmorAtlas
Teen FictionTidak pernah terpikir oleh Amora bahwa hanya pertama kalinya ia datang terlambat kesekolah membawanya harus berurusan dengan Atlas. Si Bad boy tampan plus playboynya. Dimana ia harus terjerat hutang dengan cowok itu, dan di sanalah awal mula hidupn...