Part 43

995 60 15
                                    

"Hel, Lo udah jadian ya sama Atlas?"

"Siapa yang bilang?"

"Banyak murid yang gosipin kalian udah pacaran. Secara kalian tuh 'kan makin lengket bukan keliatan kayak babu sama majikan," jelas Hana.

"Heh, Gue sama Atlas gak ada apa-apa. Gue cuman sebatas dijadiin babu sama dia!" bantah Amora.

"Emang lo beneran gak ada rasa suka sama Atlas sedikit pun? Mustahil loh, Lo gak suka sama dia apalagi buat nolak muka gantengnya. Ya, walaupun doi itu fakboy."

"Gue gak suka sama dia." tegas Amora terdengar ragu. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam hati ia membantah kata-katanya itu.

Hana manggut-manggut saja. Memilih tak bertanya lagi. Ia kemudian kembali fokus pada ponselnya, tapi seketika matanya membulat saat menatap layar pipih itu.

"Eh, Lo liat deh! Ini cowok yang lagi deket sama Gabby 'kan? kalo gak salah namanya Rafka. Woah, Gue stalkerin ignya followersnya banyak juga." Amora menoleh ketika Hana memekik tiba-tiba.

"Gila! kenapa selama ini gue gak tau ada cowok seganteng Rafka di sekolah. Aneh, kan gue paling gak ketinggalan tuh sama para cogan di sekolah kita." Amora memutar bola matanya mendengar Hana yang terus mengoceh dengan mata yang berbinar menatap benda pipih itu.

Diam-diam ia juga merasa heran setelah mendengar ucapan Hana barusan. Benar, selama ini Amora belum pernah melihat sosok Rafka di sekolah. Ia akui, Amora memang tidak pernah perduli tentang lingkungan di sekolah. Tapi untuk Hana, aneh menurutnya gadis itu tidak mengenal Rafka. Pasalnya, Hana si ratu stalker tentu tahu semua seluk beluk di sekolah ini bahkan semua warga sekolah hampir dikenali gadis itu terutama para cogan.

Apa jangan-jangan Rafka murid baru? Tetapi itu lebih tidak mungkin. Sebab, jika murid baru tentu saja itu akan terlihat heboh, apalagi Rafka mempunyai tampang yang bisa dibilang tampan pasti banyak dibicarakan oleh para kaum hawa.

Seketika terbesit di benaknya tentang sosok Rafka yang terlihat misterius. Cowok itu tiba-tiba muncul dengan memulai kedekatan dengan Gabby dan meminta menjadi teman untuk Gabby.

Tidak mau terlalu memikirkannya, Amora mencoba menepis pikiran buruk tentang Rafka yang mulai berkelana di kepalanya.

"Mau kemana lo?" tanya Hana saat melihat Amora yang bangkit dari duduknya.

"Perpus, kenapa mau ikut?"

Hana menyengir kuda, "Gak deh, Lo aja. Kirain mau ke Kantin tadi."

Amora mendengus malas. "Emang ya, otak lo makanan semua."

>>•<<

Disinilah sekarang Amora berada.

Perpustakaan.

Ruangan yang terlihat sepi serta banyak rak buku yang berjajar rapi di sana ditambah ada AC membuat ruangan itu menjadi sejuk dan sangat pas sekali untuk tidur. Sayangnya Perpustakaan bukanlah tempat untuk tidur.

Tujuan Amora berada di sini yang tak lain dan tak bukan adalah untuk mengistirahatkan matanya. Guru Fisika mereka Pak Radit tidak masuk hari ini. Ditambah guru itu juga tidak menitipkan tugas atau catatan apapun pada muridnya membuat seluruh anak kelasnya bersorak bahagia. Beginilah tepikal guru yang paling disukai para muridnya.

Daripada bosan di dalam kelas karena tak melakukan apa-apa, Amora lebih memilih ke perpustakaan untuk tidur daripada berada di dalam kelas yang sekarang riuhnya bahkan mengalahkan pasar.

Memang dasarnya Amora. Orang ke Perpustakaan untuk membaca atau meminjam buku, bukannya malah tidur seperti dirinya.

Amora mendekati salah satu rak buku yang bertuliskan Kimia dan mengambil satu buku di sana. Tidak, bukan buku untuk di bacanya melainkan menjadikan buku itu sebagai tamengnya tidur.

Penggerakannya terhenti saat tidak sengaja matanya menangkap sosok yang tidak asing lagi baginya.

Rafka.

Benar, itu Rafka. Cowok yang tengah fokus menatap sebuah buku dan duduk di sembrang sana.

Amora mengurungkan niat awalnya ke sini. Rasa penasaran tentang sosok Rafka kembali muncul yang perlahan membawanya menghampiri cowok itu.

Sementara Rafka otomatis mengangkat wajahnya ketika mendengar derap langkah yang berjalan ke arahnya. Sejenak, kedua alisnya bertaut melihat gadis yang sudah berdiri di depan bangkunya duduk.

"Boleh gue duduk di sini?"

Rafka mengangguk singkat. "Gue gak punya hak buat larang siapapun untuk duduk di sini."

Mendengar ucapan Rafka, Amora kemudian mengambil duduk di hadapan cowok itu.

"Lo kenal Gabby sejak kapan?" Tanpa basa-basi Amora langsung melayangkan pertanyaan yang sedari tadi bersarang di kepalanya. Entahlah, Ia merasa Rafka seperti sudah lama mengenal Gabby. Semacam, ada kejanggalan yang sulit didefinisikan dari cowok itu.

Rafka menaikkan sebelah alisnya merasa heran dengan pertanyaan gadis itu. "Maksud lo?"

"Gak ada siaran ulang."

Rafka lantas terkekeh seraya menutup buku yang tadi dibacanya. "Lo aneh," ujarnya.

Amora berdecak pelan merasa tidak terima dengan ucapan cowok itu.

"Lo siapa sih sebenernya? Jangan buat gue pernasaran!"

Rafka menarik senyum tipisnya. Ia tahu, cepat atau lambat Amora akan menanyakan ini. "Lo gak perlu tau siapa gue. Cukup lo tau selama Gabby sama gue, Gue bakal buat dia terus tersenyum."

Setelah mengatakan itu, Rafka bangkit dari duduknya dan berlalu begitu saja. Meninggalkan Amora yang masih direndungi dengan banyak pertanyaan tentang cowok itu.

Terdiam, itu yang terjadi pada Amora. Ia bahkan tidak bisa mencegah kepergian Rafka. Amora hanya berharap bahwa Rafka dapat membuktikan ucapannya tadi.

😊😊😊

Tbc.

AmorAtlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang