Di depan R. VVIP 315 Sp. Jantung.
Rafa baru saja memeriksa nenek Halimah dan dia sudah berada di luar ruang rawat nenek Halimah. Hesti menghampiri Rafa yang sedang mengobrol dengan assistentnya.
"Assalamualaikum Dr. Rafa." Sapa Hesti membuat Rafa memberhentikan obrolannya dengan assistentnya.
"Wa'alaikumussalam Dr. Hesti" jawab Rafa.
"Apakah Dr. Rafa sudah memeriksa nek Halimah?" Tanya Hesti.
"Sudah Dr. Hesti. Baru saja saya selesai memeriksanya." Jawab Rafa dengan tersenyum.
"Terima kasih Dr. Rafa... Saya harap Dr. Rafa melakukan yang terbaik untuk beliau." Ucap Hesti.
"Siapp Dr. Hesti." Jawab Rafa dengan senyum yang memperlihatkan giginya.
"Yasudah kalo begitu saya masuk dulu ya." Pamit Hesti tersenyum memperlihatkan gingsulnya. Sedangkan assistent Rafa hanya melihat interaksi Rafa dan Hesti.
"Siapa dokter? Cantik." Tanya assistent Rafa.
"Dia Dr. Hesti, dokter Sp. Kanker di rumah sakit ini." Jawab Rafa.
"Ohhh makanya kok gak pernah lihat di divisi jantung." Ucap assistent Rafa yang sedang melihat Rafa memperhatikan Hesti.
"Dr. Rafa suka ya sama Dr. Hesti?" Tuduh assistent Rafa.
"Apa sih... udah ayo lanjut periksa pasien lain!" Jawab Rafa mengalihkan pembicaraan.
Setengah jam sebelum kemoterapi, Hesti menghampiri Ilham bersama Rani dan Aulia.
"Ilham sudah makan kan?" Tanya Hesti pada Ilham yang sepertinya takut.
"Su-sudah Dr. Cantik." Jawab Ilham terbata sangking takutnya untuk kemo.
"Ilham gak usah takut ya?? Ilham gak diapa-apain kok. Kan yang ngelakuin kemoterapinya Dr. Cantik kamu." Ucap Rani menenangkan Ilham.
Hesti tersenyum melihat Rani menenangkan Ilham. Rani dan Hesti memang tidak bertegur sapa dari awal mereka ketemu hari ini.
"Tapi gak sakit kan Dr. Rani?" Tanya Ilham membuat Rani tersenyum bahagia karna baru pertama kali Ilham mau berbicara padanya.
"Gak sakit kok... Cuman dikittt banget sakitnya. Ilham harus bisa sembuh!" Jawab Rani menyemangati Ilham. Hesti sedikit terharu melihat sikap Rani yang berbeda saat berinteraksi dengan anak kecil.
"Ilham sudah bisa menerima Rani. Aku harap kalo aku sudah balik ke Bandung, Rani bisa menggantikan posisiku untuk Ilham." Gumam Hesti dalam hati.
"Sekarang Ilham ikut Dr. Rani ya?" Tanya Rani.
"Kemana Dr. Rani?" Tanya Ilham balik.
"Mau minta sampel darah Ilham sedikitt aja. Mau kan?" Jawab Rani sekaligus menanyakan apakah Ilham mau atau tidak.
"Pake jarum suntik ya?" Tanya Ilham sedikit takut.
"Iya sayang. Gak apa-apa, gak sakit kok. Ilham kan cowok kuat kayak batman itu kan (Rani menunjuk mainan batman yang diberikan Hesti untuk Ilham). Ya kan Dr. Hesti?" Jawab Rani sembari menoleh ke arah Hesti dengan senyum menenangkan. Hesti menganggukkan kepala dan hampir saja air matanya jatuh karna Rani menatapnya tadi.
"Rani bisa menutupi sikap kekanak-kanakannya saat di depan anak kecil. Bahkan dia terlihat dewasa dengan cara bicaranya pada anak kecil" Gumam Hesti dalam hati.
"Yaudah deh Ilham mau." Jawab Ilham membuat Hesti, Aulia, dan orang tua Ilham lega.
Rani membawa Ilham ke ruang pengambilan tes darah, sedangkan Hesti dan Aulia lebih dulu ke ruang kemoterapi untuk mempersiapkan obat-obat kemoterapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU
Teen FictionSetelah kejadian yang sangat menyakitkan itu, hingga membuatku terpuruk cukup lama. Aku bangkit dan bertekad orang lain tidak akan merasakan apa yang aku rasakan - Hesti Andryana. Semua masih berjalan baik-baik saja, tapi seketika kebahagiaanku hila...