Skip
R. VVIP 315 Sp. Jantung.
Hesti sudah sampai di ruangan nenek Halimah dengan masih dipapah oleh Rafa.
"Assalamualaikum." Salam Hesti. Kakek yang awalnya memandang istrinya dengan khawatir berubah menjadi wajah lega saat tahu siapa yang datang.
"Wa'alaikumussalam. Alhamdulillah... akhirnya nak Hesti datang juga." Syukur kakek Hendra membantu Rafa mendudukkan Hesti di samping ranjang nenek Halimah.
Sedangkan nenek Halimah terlihat sangat bahagia, saat Hesti datang untuk menepati janjinya. Namun ada rasa khawatir saat tahu Hesti dipapah oleh Rafa.
"Nak Hesti..." panggil nenek Halimah lemah karna memang beliau belum sama sekali makan dan belum diberi obat. Hesti mengerutkan keningnya melihat neneknya lemas.
Hesti beralih memandang Rafa.
"Dr. Rafa, kenapa nenek Halimah terlihat sangat lemas?" Tanya Hesti.
"Nenek Halimah belum makan dan otomatis saya tidak bisa memberikannya obat, makanya saya mencari Dr. Hesti." Jawab Rafa.
"Dia tidak mau makan kalo bukan kamu yang suapin nak Hesti." Lanjut kakek Hendra membuat Hesti kaget.
"Berarti dari tadi pagi belum terisi apapun perutnya?" Tanya Hesti memastikan dan dijawab anggukan oleh kakek Hendra.
"Ya ampun... nenek nungguin Hesti dateng ya... maaf nek, Hesti gak bisa datang tadi pagi. Maaf ya nek, sekarang nenek makan ya... Hesti suapin." Ucap Hesti tak enak pada nenek Halimah.
Nenek Halimah tersenyum lemah dan memegang tangan kanan Hesti, Hesti sedikit meringis karna lukanya.
"Gak apa-apa nak Hesti... nenek paham kok, kamu kan seorang dokter jadi pasti kamu ngurusin pasien kamu kan tadi pagi." Jawab nenek Halimah membuat Hesti terpaksa berbohong karna dia tidak ingin nenek Halimah khawatir saat tahu dia sedang sakit.
"Dr. Hesti sa...." ucapan Rafa terpotong karna Lesti yang menatapnya sambil menggeleng kecil. Nenek Halimah mengerutkan keningnya saat Rafa tidak jadi bicara.
"Nenek sekarang makan ya..." ucap Hesti mengalihkan pandangan nenek.
Hesti menyuapi nenek Halimah dengan lembut, meskipun tangan kanannya belum diobati dan rasanya begitu sakit karna goresan itu sangat dalam tapi Hesti menahannya.
Saat Hesti hendak menyuapi nasi ke mulut nenek Halimah untuk yang kesekian kalinya, tiba-tiba nenek Halimah menolak.
"Sudah nak! Nenek sudah kenyang." Ucap Nenek Halimah sambil memegang tangan Hesti yang sebelah kanan tepatnya di luka goresan Hesti membuat Hesti meringis.
Nenek Halimah merasakan ada cairan kental yang mengenai tangannya.
"Darah?" Ucap nenek Halimah heran karna tangannya memang baik-baik saja dan tidak ada luka sama sekali.
Namun nenek Halimah tersadar ada darah di tangannya saat beliau memegang tangan kanan Hesti.
"Nak Hesti... kamu terluka?" Tanya nenek Halimah sambil melihat Hesti yang masih meringis kesakitan.
"Ya ampun Dr. Hesti... saya lupa kalo dokter sedang terluka. Sebentar saya ambilkan kotak P3K dulu." Sahut Rafa yang sedari tadi memperhatikan Hesti yang menyuapi nenek Halimah dengan sabar.
Rafa langsung menuju ke ruangannya untuk mengambil kotak P3K, sedangkan assistent Rafa yang sedari tadi diam menggelengkan kepalanya saat melihat Rafa terburu-buru.
"Dr. Rafa khawatir banget kayaknya." Gumam assistent Rafa lirih hampir tidak terdengar dengan terkekeh pelan.
"Luka kamu ini kenapa nak?" Tanya kakek Hendra yang juga khawatir melihat Hesti terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU
Novela JuvenilSetelah kejadian yang sangat menyakitkan itu, hingga membuatku terpuruk cukup lama. Aku bangkit dan bertekad orang lain tidak akan merasakan apa yang aku rasakan - Hesti Andryana. Semua masih berjalan baik-baik saja, tapi seketika kebahagiaanku hila...