Part 42

70 11 0
                                    

Aulia hanya nyengir dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Dr. Reza." Ucap Aulia malu karna teriak-teriak tadi.

"Iya Dr. Aulia..." jawab Reza tersenyum melihat tingkah Aulia.

"Ohh iya kebetulan Dr. Reza kesini..." ucap Aulia membuat Reza penasaran.

"Ada yang perlu diomongin Dr. Aulia?" Tanya Reza pada Aulia dijawab anggukan oleh Aulia.

"Ke kantin aja ya Dr. Aulia ngomonginnya, perut saya udah kelaparan." Ajak Reza pada Aulia membuat Aulia sumringah.

"Traktir ya dokter..." ucap Aulia dengan tatapan memelas. Reza tersenyum melihat Aulia seperti anak kecil yang ingin permen.

"Iya Dr. Aulia." Jawab Reza membuat Aulia senang.

"Ayo Dr. Reza!" Ajak Aulia memegang tangan Reza. Reza tidak risih dengan sikap Aulia karna dia sudah menganggap Aulia sebagai adiknya sendiri.

Taman RS.

Sudah ada Lutfar dan Hesti duduk di taman. Masih ada keheningan di antara mereka. Sedangkan Hesti sudah capek menunggu Lutfar bicara. Hesti berdiri dari duduknya.

"Kamu itu mau ngomong apa sih? Daritadi kamu cuman diam aja!" Ucap Hesti menatap Lutfar dan Lutfar membalas tatapan itu.

Lutfar berdiri dari duduknya dan berusaha untuk berani menatap Hesti.

"Hhmmm... gue ajak lo kesini karna gue...." jawab Lutfar gugup menggantungkan ucapannya membuat Hesti menunggu.

"Karna???" Tanya Hesti penasaran.

"Karna gue pengen lo tahu perasaan gue ke lo Hes." Jawab Lutfar gugup membuat Hesti sedikit tersenyum tipis melihat kegugupan Lutfar.

"Gue suka sama lo sejak gue pertama kenal sama lo. Gue emang kembar sama Lutfar Hes. Tapi gue berbeda dengan dia soal cewek, gue gak pernah suka sama cewek sebelum lo Hes. Gue tahu ini terlalu cepat, karna kita baru mengenal lo beberapa minggu yang lalu. Tapi gue takut kalo gue gak ngelakuin ini sekarang gue gak akan pernah bisa ngelakuin ini suatu hari nanti." Ucap Lutfar mengungkapkan perasaannya pada Hesti meskipun dia tidak berani menatap Hesti.

Hesti tersenyum menepuk bahu Lutfar agar dia mengangkat wajahnya menatap Hesti.

"Maaf Far, kalo selama ini kamu tersiksa karna perasaanmu ke aku. Aku menghargai perasaanmu karna aku tahu cinta tidak akan pernah bisa dipaksakan. Tapi maaf Far, aku masih mau fokus ke karirku sebagai dokter." Jawab Hesti seperti menolak halus. Lutfar memaksakan senyumnya pada Hesti.

"Iya Les gak apa-apa... tapi apa suatu hari nanti lo bakal nerima cinta gue?" Tanya Lutfar ragu-ragu.

"Kalo memang kita jodoh... sejauh apapun jarak kita, kita akan dipertemukan kok. Tapi kalo memang kita tidak berjodoh, mungkin Tuhan menyiapkan jodoh yang lebih baik daripada orang yang kita suka Far." Jawab Hesti membuat Lutfar menghela nafas pasrah kalaupun suatu saat nanti Hesti bukan jodohnya.

"Thanks Hes. Lo udah ngehargain perasaan gue. Seenggaknya sekarang gue udah lega karna udah ngungkapin semuanya ke lo." Ucap Lutfar dijawab anggukan oleh Hesti.

"Sama-sama Dr. Ganteng." Jawab Hesti tersenyum. Hesti menganggap Lutfar sebagai abangnya saja tidak lebih dari itu.

Rafa tidak sengaja melihat Hesti dan Lutfar di taman. Rafa mendengar semua yang mereka bicarakan tentang perasaan Lutfar pada Hesti.

"Ternyata apa yang dibilang Lutfi waktu itu benar Far. Lo suka sama Hesti, gue rela ngorbanin perasaan gue demi lo Far. Gue akan belajar meminimalisir perasaan gue ke Hesti. Maafin gue karena sempat mencintai orang yang lo sayang Far." Gumam Rafa masih memandang Hesti dan Lutfar.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang