Skip selesai tes darah.
Aulia mendorong kursi roda Putri keluar dari ruang pengambilan darah dan berhenti di depan ruang pengambilan darah.
Aulia duduk di bangku panjang dan menghadapkan Putri ke arahnya.
"Ok. Sekarang lanjutkan ceritanya!" Ucap Aulia menatap Putri serius.
"Kak Shinta gak cinta tulus dengan kak Fadil, kak Shinta hanya mencintai harta kak Fadil, kak Shinta hanya memanfaatkan kak Fadil sebagai Bank (terlihat Aulia kaget). Putri tahu semua itu karna kak Shinta sendiri yang bilang, dan kak Shinta ngancam Putri...." jawab Putri menggantungkan ucapannya.
Aulia menggenggam tangan Putri agar Putri meneruskan ceritanya. Mata Putri mulai berkaca-kaca.
"Kata kak Shinta, kalo Putri ngasih tahu yang sebenarnya ke kak Fadil maka kak Shinta akan melukai Putri lebih parah dari yang dilakukannya pada kak Hesti." Lanjut Putri dalam tangisnya membuat Aulia terkejut mendengarkan penuturan Putri.
"Apa??? Maksud kamu... Shinta yang ngelukain Hesti?" Tanya Aulia memastikan apa yang didengarnya memang benar.
Putri menjawab pertanyaan Aulia dengan anggukan.
"Shinta!! Ternyata Lo yang ngelukain sahabat gue sampai hampir sekarat!! Lihat aja lo ya!!" Gumam Aulia emosi karna selama ini yang melukai sahabatnya adalah nenek lampir itu.
Putri masih menangis sesenggukkan karna dia takut.
"Kamu gak perlu takut Put! Kamu di sini gak sendiri..." ucap Aulia menenangkan Putri dan Putri mengangguk.
"Berarti kamu belum bilang ke kak Fadil?" Tanya Aulia memastikan dan dijawab gelengan oleh Putri.
"Gue harus beri pelajaran ke Shinta!!" Gumam Aulia dalam hati.
Suster keluar dari ruang pengambilan darah lalu memberikan hasil tes darah pada Aulia.
"Thanks." Ucap Aulia diangguki oleh suster tersebut. Aulia membuka hasil tes darah Putri dan mempelajarinya sekejap.
"Gimana kak hasil tesnya?" Tanya Putri.
"Nanti kakak kasih tahu. Kamu balik dulu ya ke ruanganmu." Jawab Aulia sambil mendorong kursi roda milik Putri.
"Tapi Putri takut kak." Ucap Putri takut karna Shinta.
"Yaudah kamu ikut kakak ya.. ke ruangan anak Sp. Kanker." Jawab Aulia membuat Putri tersenyum.
R. VVIP 5 Umum.
"Lain kali jangan ngelakuin sendiri. Minta bantuan orang sekitar." Ucap Rafa sambil membantu Hesti duduk di kursi roda.
Ya, seseorang yang masuk ke ruangan Hesti tadi itu Rafa karna dia ingin menjemput Hesti untuk ke ruangan Nenek Halimah.
"Iya Dokter." Jawab Hesti. Rafa mendorong kursi roda Hesti keluar ruangan dan menuju ke ruangan nenek Halimah.
"Makasih ya Dr. Rafa sudah bantuin saya tadi." Ucap Hesti.
"Sama-sama." Jawab Rafa.
"Dr. Hesti belum makan?" Tanya Rafa.
"Belum." Jawab Hesti nyengir.
"Kita makan dulu ya di kantin" ucap Rafa.
"Gak perlu Dr. Rafa... nanti nenek Halimah nungguin lagi" tolak Hesti.
"Ini masih setengah jam sebelum saya memeriksa nenek Halimah. Jadi, Dr. Hesti bisa makan dulu. Saya traktir deh." Jawab Rafa sambil melihat jam yang melingkar di tangannya.
"Yaudah deh mumpung ada gratisan...." ucap Hesti terkekeh membuat Rafa ikutan terkekeh pelan.
Kantin RS.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU
Novela JuvenilSetelah kejadian yang sangat menyakitkan itu, hingga membuatku terpuruk cukup lama. Aku bangkit dan bertekad orang lain tidak akan merasakan apa yang aku rasakan - Hesti Andryana. Semua masih berjalan baik-baik saja, tapi seketika kebahagiaanku hila...