Part 58

73 11 0
                                    

Putri tersenyum tipis melihat surat itu. Sedangkan yang lain memperhatikan ekspresi Putri.

Putri mulai membuka amplop yang ada di pegangannya sekarang.

Surat Untuk Putri.

Assalamualaikum adek hebatku,

Apa kabar?? Maaf ya.... kak Hesti gak bisa nepatin janji untuk melakukan kemo Putri kemarin (mata Putri mulai panas), karna kak Hesti harus pulang ke Bandung.

Kak Hesti yakin, saat Putri baca surat ini pasti Putri sudah kemoterapi kan.... gimana rasanya??? Gak sakit kan??? Mungkin sekarang Putri merasa mual dan rambut Putri rontok.

Tapi Putri harus selalu ingat pesan kak Hesti kalo Putri menginginkan sesuatu, Putri juga harus mengorbankan sesuatu (air mata Putri menetes perlahan). Salah satunya efek samping yang Putri alami sekarang setelah kemo, itu artinya Putri harus mau mengorbankan rambut Putri jika ingin sembuh.

Ohh iya, selamat ulang tahun ya adek! Semoga panjang umur, diangkat penyakitnya (air mata Putri turun saat membaca kalimat "selamat ulang tahun"), selalu dilindungi Tuhan, diberi kekuatan, makin cantik... jangan nangis mulu, nanti cantiknya hilang (Putri tersenyum dalam tangisnya).

Maaf kak Hesti gak bisa ngucapin langsung, tapi jangan khawatir kak Hesti punya hadiah buat Putri. Hadiah itu kak Hesti berikan khusus buat Putri, jangan dilihat dari harganya ya... tapi lihat dari ketulusan hati kakak memberikan itu untuk Putri.

Tetap semangat ya... ini masih kemoterapi tahap pertama, masih ada kemoterapi selanjutnya. Nanti kalo kak Hesti ada waktu, kak Hesti pasti main ke situ lagi.

Dulu, Putri pernah tanya kan kenapa kak Hesti memilih untuk jadi seorang Dr. Sp. Kanker? Sekarang kak Hesti jawab ya... waktu kak Hesti masih seumuran Putri, kak Hesti juga punya kakak sama seperti Putri punya kak Fadil. Kakak yang selalu melindungi kak Hesti, menyayangi kak Hesti, mengorbankan segalanya untuk kak Hesti. Tapi sekarang, orang yang selalu melindungi kak Hesti itu sudah tenang bersama Tuhan. Dan Putri tahu gak... kakaknya kak Hesti pergi dengan membawa penyakit kanker (Putri menangis menutup mulutnya tak percaya). Saat itu kak Hesti tidak tahu menahu tentang penyakit yang di derita kakaknya kak Hesti, Kak Hesti baru tahu saat tubuh kakak kak Hesti sudah terbujur kaku dan dingin (Putri semakin menjadi). Itu sebabnya, kenapa kak Hesti ingin menjadi seorang Dr. Sp. Kanker.

Waktu Putri divonis kanker, kakakmu sempat berpikir tidak akan memberitahukannya padamu karna takut kehilangan senyum ceriamu. Tapi kak Hesti bilang ke kak Fadil untuk memberitahumu meskipun harus kehilangan senyum ceriamu sementara.

Kak Hesti gak ingin apa yang dirasakan kak Hesti dirasakan oleh orang lain juga.

Kok jadi sedihhhh gini sihhh!! Sudah lupain! Selamat ulang tahun ya... sampai jumpa dilain waktu ya Putt! Wassalamualaikum :-).

Salam sayang,

Kak Hesti ♥

Putri melipat kembali surat dari Hesti dan memasukkannya pada amplop.

Putri mengambil hadiah yang ada di dalam kotak. Putri tersenyum saat melihat hadiah yang diberi Hesti berupa hijab dengan 3 warna.

Putri mencium hijab itu dalam, mengingat sang motivator yang selama ini ada di sampingnya.

"Maaf kak Hesti..." Ucap Putri dalam tangisnya sambil mencium hijab itu. Sedangkan Rani dan Aulia menenangkan Putri.

"Kamu kenapa Put?" Tanya Aulia lembut.

"Kita kecewa pada orang yang salah kak... Dan sekarang motivatorku sudah tak di sini lagi." Ucap Putri dalam tangisnya.

Rani tak tahan mengingat perlakuannya pada Hesti sebelum Hesti pergi. Rani berhambur memeluk Putri dengan erat dan menangis.

Sedangkan Fadil, Lutfi, dan Reza hanya memperhatikan tiga wanita yang sedang menangis karna Hesti.

Fadil pun sedang menangis, hanya saja dia menangis dalam hati.

"Maafin gue Hes! Maaf." Gumam Fadil dalam hati.

RS. Jaya Abadi Cabang Bandung.

Bunda Sarah mulai membuka matanya perlahan dan mengedarkan pandangan di sekitarnya.

"Ayah.." ucap Bunda Sarah lemah. Ayah Irfan yang awalnya tidur menjadi bangun karna mendengar suara orang yang dicintainya.

"Bunda sudah sadar... ayah panggilin dokter dulu!" Ucap Ayah Irfan keluar ruang rawat bunda Sarah untuk memanggil dokter.

Ayah Irfan kembali bersama dokter ke ruang rawat Bunda Sarah. Dokter memeriksa keadaan Bunda Sarah sampai selesai.

"Keadaan Bunda Sarah lumayan membaik. Lebih baik Bunda Sarah di rawat inap di sini supaya saya juga bisa memantau kondisi bunda Sarah.

." Ucap dokter setelah memeriksa bunda Sarah.

"Iya dokter. Istri saya akan dirawat inap di sini." Jawab Ayah Irfan membuat Bunda Sarah mengerutkan keningnya.

"Ayah..." sahut bunda Sarah dijawab anggukan oleh ayah Irfan.

"Mungkin untuk pemeriksaan selanjutnya bukan saya yang akan melakukan karna saya dokter umum. Saya akan meminta Dr. Sp. Kanker untuk memantau kondisi bunda Sarah. Saya akan meminta Dr. Adit untuk menggantikan saya..." Jelas dokter pada Ayah Irfan dan bunda Sarah.

"Iy..." jawaban ayah Irfan terpotong oleh sahutan seseorang yang tiba-tiba masuk ke ruang rawat bunda Sarah.

RS. Jaya Abadi Pusat.

Rafa hendak menuju ke ruang rawat nenek Halimah untuk memeriksa kondisinya pasca operasi.

Tokk...tokk...tokk...

"Permisi.." salam Rafa sopan memasuki ruang rawat nenek Halimah bersama assistentnya.

"Ehh Dr. Rafa..." sahut semua orang yang ada di dalam sana.

"Boleh saya periksa dulu keadaan nenek Halimah?" Tanya Rafa sopan.

"Tentu saja dokter. Silahkan!" Jawab Rendra mempersilahkan Rafa memeriksa nenek Halimah.

Setelah selesai memeriksa, Rafa ijin untuk meninggalkan ruang rawat nenek Halimah.

"Terima kasih Dr. Rafa..." Ucap kakek Hendra tersenyum pada Rafa.

"Sama-sama." Jawab Rafa tersenyum.

Saat Rafa hendak melangkahkan kaki menuju pintu ruangan, tiba-tiba nenek Halimah....

"Nak Hesti apa kabar dok?" Sahut nenek Halimah menatap punggung Rafa yang sudah berhenti.

"Maaf nek, saya tidak tahu kabar Dr. Hesti karna saya belum menanyakannya..." Jawab Rafa.

"Oohh begitu... nenek rindu dengannya, padahal masih 3 hari Hesti pulang ke Bandung. Nenek rindu suaranya, nenek ingin memberitahunya bahwa nenek sudah operasi..." ucap Nenek Halimah merindukan sosok yang pernah menjadi cucunya meskipun sebentar.

"Begini saja nek, saya akan menanyakan kabarnya setelah ini. Nanti kalo sudah dibalas, saya akan langsung kesini. Bagaimana?" Saran Rafa tidak ingin mengecewakan pasiennya.

"Apa Tidak merepotkan Dr. Rafa?" Tanya Rendra.

"Apapun akan saya lakukan untuk pasien saya, asalkan itu masih benar." Jawab Rafa tersenyum tulus.

RS. Jaya Abadi cabang Bandung.

"Iy...." jawaban ayah Irfan terpotong karna ada seseorang yang tiba-tiba masuk ke ruang rawat bunda Sarah.

"Tidak perlu!....

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang