Part 48

71 12 0
                                    

Fadil menitikkan air mata kekecewaan membuat Putri juga kecewa pada Hesti karna sudah membuat kakaknya menangis.

"Kak Hesti.... kakak udah bikin kak Fadil menangis. Putri gak akan pernah mau lihat kakak lagi!!" Gumam Putri dalam hati emosi.

Bagian Resepsionis.

Jihan sedang melayani seseorang, namun pandangannya teralihkan pada Hesti yang berjalan menuju ke pintu keluar sekaligus pintu masuk rumah sakit pusat itu.

"Sebentar ya pak!" Ucap Jihan meninggalkan orang itu dan menghampiri Hesti yang terlihat terburu-buru.

"Dr. Hesti!!" Panggil Jihan membuat Hesti menghentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara.

"Iya Jihan. Ada apa?" Tanya Hesti.

"Dr. Hesti tumben jam segini sudah keluar rumah sakit? Biasanya Dr. Hesti baru keluar sesudah maghrib." Tanya Jihan balik pada Hesti.

"Hhmm... iya. Hari ini saya pulang cepat soalnya ada urusan yang harus saya selesaikan." Jawab Hesti membuat Jihan mengerutkan keningnya.

"Ooohh... tumben sendiri? Gak ditemenin sama Dr. Rani atau Dr. Aulia?" Tanya Jihan membuat Hesti sedikit sendu mengingat kedua sahabatnya kecewa kepadanya.

"Hhmmm... mereka... lagi ada pasien sedangkan saya sudah memeriksa semua pasien saya. Makanya saya pergi sendiri." Jawab Hesti berbohong pada Jihan membuat Jihan manggut-manggut.

"Yaudah saya duluan ya Jihan... maaf gak bisa ngobrol lama, saya buru-buru soalnya. Assalamualaikum." Pamit Hesti meninggalkan Jihan.

"Iya gak apa-apa Dr. Hesti. Wa'alaikumussalam." Jawab Jihan tidak curiga dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Hesti menuju ke alamat yang diberi kakek Hendra. Jaraknya memang lumayan jauh tapi demi nenek Halimah dan kakek Hendra, Hesti rela.

Hesti tiba di depan rumah yang mewah dengan gerbang di depannya. Hesti melihat lagi alamat yang tertulis di kertas kecil itu.

"Bener ini alamatnya. Gede banget rumahnya." Ucap Hesti kagum melihat rumah mewah yang ada di depannya.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" Tanya pak satpam yang keluar dari gerbang.

"Saya ingin mencari alamat rumah ini. Apakah benar di sini pak?" Tanya Hesti balik sambil memberikan kertas kecil yang bertuliskan alamat.

"Benar. Di sini alamatnya. Sedang mencari siapa ya mbak?" Tanya pak satpam.

"Saya ingin bertemu pemilik rumah ini pak." Jawab Hesti.

"Mbak sudah buat janji ingin bertemu dengan pemilik rumah ini?" Tanya pak satpam membuat Hesti mengerutkan keningnya.

"Harus bikin janji dulu pak?" Tanya Hesti balik dijawab anggukan oleh pak satpam.

"Saya gak punya banyak waktu pak kalo harus bikin janji dulu." Ucap Hesti.

"Tidak bisa mbak! Kalo ingin bertemu dengan tuan besar, mbak harus bikin janji dulu." Jawab pak satpam membuat Hesti menghela nafas pasrah.

Saat Hesti hendak pergi dari tempat itu, ada sebuah mobil mewah yang datang. Hesti langung menghampiri mobil itu dan mengetuk kacanya.

Seseorang di dalam mobil itu membuka kaca mobilnya dengan sedikit wajah emosi. Hesti melihat dua orang di dalam sana, seorang pria dan wanita yang sepertinya berumur tidak jauh dengan ayah bunda Hesti.

Wajah pria itu mirip sekali dengan kakek Hendra membuat Hesti yakin pria itu adalah anak kakek Hendra dan nenek Halimah.

"Punya sopan santun gak sih!!" Bentak pria itu membuat Hesti kaget.

"Maaf pak, saya tidak bermaksud apa-apa. Saya hanya ingin berbicara dengan bapak." Jawab Hesti tersenyum sopan namun pria itu justru memanggil satpam untuk mengusir Hesti.

"Saya gak ada waktu banyak buat bicara sama kamu. Saya aja gak kenal kamu!! Paling omongan kamu juga gak penting!! Satpam!! Usir dia dari sini!" Ucap pria itu sambil memerintahkan satpamnya untuk mengusir Hesti. Satpam memegang tangan Hesti siap membawanya pergi.

"Dasarr orang sombong!!!" Gumam Hesti dalam hati mulai emosi.

"Apakah menurut anda tidak penting jika saya ingin membicarakan tentang ibu dan ayah anda??" Tanya Hesti membuat pria itu menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam.

"Jangan bicara tentang ayah dan ibuku!! Mereka sudah meninggal. Apa tahumu tentang mereka?? Saya saja tidak mengenal kamu!!" Jawab pria itu menunjuk Hesti, sedangkan seorang wanita yang ada di sampingnya hanya mendengarkan saja.

"Anda memang tidak mengenal saya, tapi ayah dan ibu anda sangat mengenal saya. Anda bilang apa tadi?? Mereka sudah meninggal?? Astaghfirullah... ada yaa seorang anak yang menganggap orang tuanya meninggal sedangkan orang tuanya masih hidup!!" Jawab Hesti sedikit emosi melihat perlakuan anak seperti ini.

Pak satpam melepaskan pegangannya pada Hesti karna terkejut dengan perkataan Hesti.Hesti mendekat ke mobil mewah itu dan menatap tajam pria itu.

"Maaf pak, bukan saya tidak memiliki sopan santun. Tapi saya hanya ingin anda sadar bahwa orang tua anda menantikan kedatangan anda di samping mereka." Lanjut Hesti membuat pria itu sedikit mengerutkan kening.

"Tidak!! Mereka sudah meninggal!" Jawab pria itu tetap berbohong di depan istrinya. Hesti menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Ada ya... seorang anak yang bahagia di atas penderitaan orang tuanya!!! Seorang anak yang lebih memilih harta sebagai tujuannya!!! Miris!!" Ucap Hesti tersenyum miris.

Hesti mengusap mobil mewah itu dan memandangnya dengan miris.

"Semua kemewahan dan kebahagiaan anda tidak akan pernah terjadi tanpa doa dari orang tua anda!! Meskipun anda sudah melupakan mereka, tapi mereka tidak pernah lupa menyebut anda dalam doa!!! Tapi jika suatu saat nanti hati mereka sudah capek dengan sikap anda sekarang, dalam hitungan detik semuanya bisa hancur!!! Anda tahu tidak, apa yang mereka bilang saat saya hendak mencari anda??? Mereka bilang 'tidak perlu nak, kami takut merepotkan mereka' (suara Hesti mulai bergetar). Lalu Saya bilang ke mereka 'mereka jauuuhhh lebih merepotkan kalian dulu, dibandingkan harus menemami kalian sekarang'. Saya tidak akan memaksa anda untuk menemui orang tua anda, karna saya tidak mau anda menemui mereka karna paksaan. Saya mau anda menemui mereka karena memang keinginan anda." Ucap Hesti panjang lebar dan menghapus air mata yang jatuh di pipinya.

Hesti merogoh tasnya dan mengambil kartu nama.

"Saya seorang dokter di RS. Jaya Abadi, kalo memang anda ingin bertemu dengan orang tua anda. Datang kesana dan tanya ke bagian resepsionis pasien atas nama nenek HALIMAH!" Lanjut Hesti dengan menekankan nama nenek Halimah.

"Saya permisi.... assalamualaikum." Ucap Hesti meninggalkan rumah mewah itu.

"Wa'alaikumussalam." Jawab pria dan wanita itu.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang