Part 57

71 12 0
                                    

"Ibu Sarah mengidap penyakit kanker payudara." Ucap dokter yang keluar dari ruang UGD.

Degg...

Hati Hesti seperti di sayat beribu benda tajam, beribu jerami, beribu tombak. Sakiiitt.

Hesti tak dapat menompang tubuhnya dan terduduk di lantai dengan wajah yang pernah ia berikan sebelumnya saat ia tahu kakaknya mengidap kanker.

Spontan ayah Irfan menghampiri anaknya dan mulai khawatir.

"Kalo begitu saya permisi dulu pak. Tolong ke ruangan saya setelah ini." Sahut dokter yang memeriksa bunda Sarah tadi dan ayah Irfan membalasnya dengan anggukan.

"De..." ucap ayah Irfan ragu-ragu karna merasa bersalah pada Hesti.

"Kenapa ayah gak kasih tahu dede?" Tanya Hesti dengan posisi yang sama dan menunduk menahan air matanya yang siap jatuh.

"Maafin ayah de..." jawab ayah Irfan menggenggam tangan anak perempuannya.

"Apa alasan ayah gak kasih tahu Hesti?" Tanya Hesti lagi dengan posisi yang sama.

"Bunda yang melarang ayah memberitahumu, bunda takut kamu...." Jawab ayah Irfan menggantungkan jawabannya membuat Hesti mengangkat wajahnya menatap ayahnya dengan air mata yang sudah mengalir deras.

"Bunda takut dede akan seperti dulu lagi?? saat dede kehilangan kakak yang selalu melindungi dede??(Hesti bangkit) Ayah... dede udah dewasa, dede sudah bisa ngontrol emosi dede, dede sudah tahu apa yang harus dede lakukan dan apa yang tidak. Dede sudah bukan anak remaja yang masih labil yah..." lanjut Hesti membuat ayah Irfan semakin merasa bersalah karna tidak memberitahu Hesti dari awal.

"Wajar kalo dede sedih saat tahu bidadari tak bersayap milik dede harus mengidap penyakit yang sangat dede benci. Tapi ayah, (suara Hesti mulai serak) dede akan jauh lebih sedih, saat dede tidak tahu perihal penyakit yang ada di badan bunda sekarang... Dede takut, kalo kejadian pahit itu akan terulang lagi... Di saat dede tidak tahu-menahu tentang penyakit kakak, dan tiba-tiba dede tahu saat badan kakak sudah terlanjur kaku dan dingin... Itu akan jauh lebih sakiiitt ayah!" Ucap Hesti membuat ayahnya menangis mengingat anak pertamanya yang harus pergi dulu karna penyakit itu.

"Sekarang ayah temui dokter! Hesti yang akan jaga bunda di sini..." Pinta Hesti sambil membantu ayahnya berdiri.

"Sekali lagi maafin ayah nak." Jawab ayah Irfan dan Hesti menjawab dengan senyum samar.

"Udah... ayah langsung kesana aja ya.." ucap Hesti mengalihkan pembicaraan.

Ayah Irfan pergi menuju ke ruangan dokter yang memeriksa istrinya tadi.

"Permisi dok." Salam ayah Irfan sopan.

"Ohh iya, silahkan masuk pak!" Jawab dokter itu.

"Bagaimana dengan istri saya dok?" Tanya ayah Irfan to the point.

"Penyakit yang ada di tubuh ibu Sarah sudah menyebar lebih luas... Bahkan sudah masuk ke stadium 2..." Jelas dokter itu.

"Astaghfirullah bunda..." jawab ayah Irfan.

"Kenapa berkembangnya begitu cepat dok?" Tanya ayah irfan.

" Kanker payudara itu adalah tumor ganas yang terbentuk di jaringan payudara. Tumor ganas ini merupakan kumpulan sel kanker yang berkembang secara cepat ke bagian tubuh yang lebih jauh pak." Jelas dokter.

"Pasti bisa di sembuhkan kan dok?" Tanya ayah Irfan.

"Bisa pak yaitu dengan jalan kemoterapi dan semacamnya." Jawab dokter.

"Oh iya, ibu Sarah harus di rawat inap di sini." Lanjut dokter.

"Iya dokter... Terima kasih, Saya permisi dulu." Jawab ayah Irfan meninggalkan ruangan dokter itu.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang