Part 45

75 12 0
                                    

Sedangkan Fadil merasakan perasaan yang berbeda dari Hesti, bukan perasaan deg-degan karna grogi berada di dekat orang yang disukainya tapi perasaan takut kehilangan orang yang sekarang ada di depannya.

"Ya Allah, kenapa hati hamba sangat sakit saat mendengar dia bilang bahwa dia tidak akan di sini lagi nanti?? Dimanapun dia berada nantinya, hamba mohon ya allah jagakan cinta ini hanya untuknya, jagakan dia untuk hamba Ya Allah...." Doa Fadil dalam hati memandang sayu dokter cantik di hadapannya ini.

Fadil & Hesti saling mendoakan dalam diamnya, namun mereka lupa bahwa ada dua orang gadis yang sedaritadi memperhatikan mereka.

Putri dan Rara saling menatap memberikan kode satu sama lain dengan senyum. Putri dan Rara tetap diam sampai Fadil & Hesti benar-benar sadar dari pikirannya masing-masing.

"Hhmm... kak aku permisi dulu. Assalamualaikum" Pamit Hesti langsung meninggalkan ruang rawat Fadil.

Fadil menatap punggung Hesti sampai Hesti keluar dari ruang rawatnya, tatapannya seakan tak rela dokter kanker itu pergi walaupun hanya semenit.

"Ciiieee kak Fadil!!" Goda Rara dengan senyum jahilnya dan Putri hanya tertawa kecil. Fadil beralih menoleh ke arah Rara yang menggodanya.

"Apaan sih Ra!!" Jawab Fadil lemah.

"Kakak mau makan?" Tanya Putri mengalihkan topik.

"Gak Put. Kakak masih kenyang, kamu belum makan ya??" Jawab Fadil sambil menanyakan apakah adiknya sudah makan atau belum.

"Belum kak." Jawab Putri membuat Rara menyahut.

"Kita ke kantin yukk Put!! Lo makan disana aja sama gue. Gue juga lagi laper nih!" Ajak Rara memegangi perutnya yang kelaparan.

"Gak ahh! Gue mau di sini, nemenin kak Fadil... Lo aja ke kantin sendiri!" Tolak Putri membuat Rara mengerucutkan bibirnya.

"Gak apa-apa dek. Kamu makan dulu di kantin, nanti kalo gak makan takutnya malah parah penyakitmu. Kakak gak apa-apa kok sendiri di sini." Sahut Fadil membuat Putri pasrah menuruti pinta kakaknya.

"Yaudah ayo!" Jawab Putri membuat Rara sumringah.

"Hati-hati Ra dorongnya!" Ucap Fadil pada Rara yang dijawab dengan acungan jempol.

Skip malam hari.

Hesti sedang ada di ruangannya fokus memahami berkas-berkas pasiennya.

"Assalamualaikum." Ucap dua orang bersamaan membuat Hesti mengangkat wajahnya melihat siapa yang datang.

Hesti tersenyum saat tahu siapa yang datang ke ruangannya.

"Wa'alaikumussalam. Kalian udah selesai periksa pasien kalian?" Tanya Hesti.

Dua orang itu duduk di sofa ruangan Hesti seperti seseorang yang sedang lelah.

"Udah! Kita pulang yukk! Gue udah capek nih!" Ucap Aulia sambil memijat bagian belakang kepalanya.

"Iya... pulang yuk Hes!! Gak sabar gue pengen tidur di kos.an..." ucap Rani merentangkan tangannya dan bersandar di sofa.

"Iya... sebelum pulang, kita mampir ke ruang rawat kak Fadil dulu ya..." jawab Hesti membuat kedua sahabatnya itu menegakkan tubuh mereka karena terkejut dengan jawaban Hesti.

"Ha?? Ruang rawat?" Tanya Aulia memastikan.

"Kak Fadil??" Tanya Rani pula dan hanya mendapat anggukan oleh Hesti.

"Emang kak Fadil sakit apa??" Tanya Aulia penasaran.

"Entah!! Tadi tiba-tiba dia pingsan saat meluk aku." Jawab Hesti membuat kedua sahabatnya itu berdiri terkejut mendengar jawaban Hesti.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang