Dirumah Hesti
Pukul 06.00
"Pagi bunda, ayah." Ucap gadis yang menuruni tangga yaitu Hesti
"Pagi juga sayang."
"Sini de... sarapan dulu, setelah itu langsung berangkat ke rumah sakit." Pinta bunda Hesti yang bernama Sarah.
"Iya bunda... tapi kayaknya hari ini lesti tidak perlu ke rumah sakit deh."jelas Hesti
"Loh.. kenapa?" Tanya ayah irfan penasaran, karena biasanya Hesti setelah sarapan langsung berangkat ke rumah sakit untuk melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang dokter.
Ya gadis berusia 25 th itu yang bernama Hesti bekerja sebagai dokter sp.kanker di RS. Jaya Abadi cabang Bandung.
Keinginannya untuk menjadi seorang dokter sp.kanker itu tumbuh setelah kejadian yang menimpahnya beberapa tahun yang lalu. Kejadian yang membuatnya sangat jatuh terpuruk sampai ayah dan bundanya tidak bisa berbuat apa- apa.
Hingga suatu ketika dia bangkit dari keterpurukannya dan bertekad untuk menjadi seorang dokter sp.kanker, karna dia tidak ingin orang lain merasakan apa yang dia rasakan.
"Hmm... makan dulu deh yahhh. Dede udah laper, nanti setelah makan dede kasih tau apa alasannya" jawab Hesti dengan senyum yang memperlihatkan gingsulnya.
"Yaudah deh makan dulu gih."
Skip setelah sarapan
"Jadi gini yah, bun." Ucap Hesti membuka pembicaraan setelah makan.
"Hari ini Hesti tidak perlu ke rumah sakit karena besok Hesti dapat tanggung jawab untuk membantu dokter sp.kanker yang ada di Rumah Sakit pusat." Lanjut Hesti.
"Ohhhh...." ayah dan bunda Hesti hanya ber ooo riaaa dengan tampang biasa saja.
1 detikkk... 2 detikkk... 3 detikkk
"APA!!!!" Spontan bunda Sarah kaget setelah paham Hesti akan pergi ke RS pusat yang ada di jakarta.
"Uuhuukkk....uhuukkk. ya ampun bunda suaranya gak bisa pelan dikit apa. Yang di sini kaget" ucap ayah irfan yang sempat tersedak karna suara istrinya itu.
"Maaf yah, hehe." Ucap bunda sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Berarti kamu harus ke jakarta dong Hes??? Kan rumah sakit pusat adanya di jakarta." Tanya ayah irfan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU
Teen FictionSetelah kejadian yang sangat menyakitkan itu, hingga membuatku terpuruk cukup lama. Aku bangkit dan bertekad orang lain tidak akan merasakan apa yang aku rasakan - Hesti Andryana. Semua masih berjalan baik-baik saja, tapi seketika kebahagiaanku hila...
