"Kak Fadil." Panggil seseorang itu lirih. Fadil nyengir menutupi kegugupannya.
"Hes, udah bangun lo." Ucap Fadil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Ya, seseorang yang memegang tangan Fadil itu adalah Hesti.
"Sudah. Kak Fadil kenapa kok kayak orang gugup gitu??" Tanya Hesti pura-pura tidak mendengar ucapan Fadil tadi.
"Hhmm... gue gak gugup kok. Sok tau lo!" Jawab Fadil sambil mendorong pelan lengan Hesti.
"Aduhh..." ringis Hesti memegangi tangannya yang dipukul pelan oleh Fadil tadi.
"Ma-maaf maaf... gue gak sengaja. Mana yang sakit??" Ucap Fadil khawatir sambil memegang lengan Hesti yang dipukulnya tadi.
Hesti menahan tawanya agar tidak pecah dihadapan Fadil.
"Hesti gak apa-apa kok kak... cuman sakit sedikit aja kan tangan kakak besar." Ejek Hesti agar Fadil tidak terlalu gugup.
Fadil menatap tajam Hesti.
"Enak aja!! Lo nya aja yang kekecilan jadi orang!" Jawab Fadil terlihat tenang lagi karna sudah tidak gugup saat mengingat kalimatnya untuk Hesti tadi.
"Untung tadi dia cuman ngigo" gumam Fadil dalam hati.
"Putri gak ikut kak?" Tanya Hesti mengedarkan pandangannya di belakang Fadil. Fadil menjawab pertanyaan Hesti dengan gelengan.
"Hes, gue pengen tanya sesuatu ke lo." Ucap Fadil berubah serius.
"Tanya apa kak?" Tanya Hesti.
"Lo kayak gini karna emang lo kecapekan atau ada orang yang nyelakain lo?" Tanya Fadil membuat Hesti bingung harus menjawab apa.
"Gak mungkin aku kasih tahu kak Fadil kalo selama ini yang buat aku terbaring di ranjang rumah sakit ini adalah tunangannya sendiri." Gumam Hesti dalam hati.
Fadil mengerutkan keningnya saat melihat Hesti seperti bingung harus menjawab apa.
"Kok Hesti kelihatan bingung ya?? Kan tinggal jawab aja... berarti beneran ada orang yang niat jahat ke Hesti." Gumam Fadil dalam hati.
"Gak perlu dijawab Hes! Gue udah tahu jawabannya." Sahut Fadil membuat Hesti takut kalo nanti Fadil akan memutuskan Shinta.
"Tapi kan Hesti belum jawab kak." Ucap Hesti.
"Tanpa lo jawab. Dari wajah lo, gue bisa tahu apa jawabannya." Jawab Fadil membuat Hesti semakin takut. Karna jika Fadil memutuskan hubungannya dengan Shinta, bisa saja Shinta akan berbuat lebih nekat dibandingkan yang sudah dilakukannya ke Hesti.
"Gue pergi dulu Hes." Pamit Fadil sambil meninggalkan ruang rawat Hesti.
"Semoga kak Fadil mikir aku kayak gini karna kecapekan." Gumam Hesti dengan wajah khawatir.
R. VVIP 220 Sp. Kanker.
Rafli masuk ke ruangan Putri dengan wajah kusut. Semua sahabatnya menatapnya dengan bingung.
"Kenapa lo Raf?" Tanya Nabila. Tapi Rafli tidak merespon pertanyaan Nabila.
Sedangkan Rara menghampiri Rafli dengan tatapan berbinar.
"Mana no. WA nya? Lo udah minta kan?" Tanya Rara menagih no. WA Lutfi pada Rafli.
"Gak ada." Jawab Rafli singkat membuat wajah Rara berubah.
"Lo gak minta ke Dr. Lutfi?? Katanya lo bilang bakalan mintain no.nya!" Ucap Rara sedikit emosi. Rafli mulai emosi saat mendengar nama Lutfi.
"Lo bisa diam gak sih Ra!! Kalo lo emang mau minta no.nya, minta aja sana sendiri! Gak usah nyuruh gue!!" Jawab Rafli emosi membuat ketiga sahabatnya kaget. Rafli meninggalkan ruangan Putri saat itu juga. Ketiga sahabatnya saling pandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU
Teen FictionSetelah kejadian yang sangat menyakitkan itu, hingga membuatku terpuruk cukup lama. Aku bangkit dan bertekad orang lain tidak akan merasakan apa yang aku rasakan - Hesti Andryana. Semua masih berjalan baik-baik saja, tapi seketika kebahagiaanku hila...