EXTRA PART NEW VERSION

206 13 0
                                    

Hari ini adalah hari dimana akad Hesti dan Fadil akan dilaksanakan. Sebenarnya Hesti ingin semua dilaksanakan setelah kesembuhan bundanya dan setelah Putri melakukan kemoterapi tahap II. Tapi karena kemauan Bunda Sarah sendiri yang menginginkan akad dari putrinya dan Fadil dilaksanakan hari ini. Lebih tepatnya satu bulan setelah Fadil melamar Hesti di hadapan semua orang.

Saat ini Hesti sudah siap dengan baju pengantinnya yang terlihat indah di tubuhnya dengan Fadil yang berdiri di sampingnya dengan gagah. Masing – masing dari mereka menggenggam surat nikah dan tersenyum menatap kamera. Namun di balik senyuman Hesti, dia merasakan akan ada sesuatu yang akan terjadi.

“Ya Allah aku harap ini bukan pertanda apa-apa...” Gumam Hesti dalam hati sambil memejamkan mata sekilas menetralkan perasaannya. Dan seorang ayah melihat dengan jelas bahwa Putrinya sedang gelisah.

“Kamu kenapa de?” Tanya Ayah Irfan di samping Hesti, hanya mereka berdua di sana karena Fadil sedang menemui teman-temannya yang hadir. Sedangkan sahabat Hesti yang lain sedang menikmati hidangan.
“Gak tau yah... Perasaan Hesti gak enak,” Jawab Hesti membagi kegelisahannya kepada sang ayah.

“Bunda gak kenapa-napa kan yah?” Tanya Hesti pada ayahnya karena memang sang Bunda tidak turut serta dalam pernikahan Hesti. Hesti takut bundanya akan kecapekan dan drop. Dan Hesti tidak mau itu terjadi. Hesti meminta tolong Syifa untuk menjaga ibunya di rumah sakit.

“Bunda gak kenapa-napa kok... Barusan ayah telponan sama bunda,” Jawab Ayah Irfan bermaksud menenangkan Hesti. Namun sayang, hal itu tidak bisa menenangkan Hesti karena perasaan Hesti masih sama tidak enaknya.

“Hes, ya ampunn gila makanannya enak bang-“
“Lo kenapa Hes?” Ucapan Rani terpotong karena pertanyaan Aulia pada Hesti.

“Gak tau nihh, tiba-tiba perasaanku gak enak...”
“Istighfar Hes... Semua akan baik-baik aja!”
“Astaghfirullah... astaghfirullah... astaghfirullah...”

Baru Hesti menghembuskan nafas supaya bisa tenang, tiba-tiba Syifa datang menerobos kerumunan orang membuat semua mata tertuju padanya termasuk Fadil. Syifa menghampiri Hesti yang sedang ditemani Aulia, Rani, dan sang ayah. Dan Fadil melakukan hal yang sama.

“Hufftt... hufftt... Dokter Hesti...” Ucap Syifa sambil mengatur nafasnya yang berantakan karena berlari.
“Syifa?? Kok kamu di sini?” Tanya Ayah Irfan.
“Kalo kamu di sini yang jagain bunda siapa Syifa?! Saya suruh kamu jaga bunda di rumah sakit kamu malah kesini!!” Mata Hesti sudah berkaca-kaca, perasaannya benar-benar tidak enak ditambah dengan kedatangan Syifa yang terburu-buru.

“Bunda Sarah dokter...”
“Bunda kenapa Syifa??! Cepat bilang Bunda kenapa?!!” Tanya Hesti menggoyangkan kedua bahu assistentnya itu.

“Bunda Sarah drop dok, dan sekarang sedang ditangani dokter Adit.” Ucapan Syifa membuat semua orang di sana terkejut terutama Hesti dan ayah Irfan. Begitupun dengan Fadil yang sekarang sudah berdiri memeluk bahu seseorang yang sudah menjadi istrinya saat ini.

“Ayah, Ayo ke rumah sakit!! Kita temui bunda,” Ucap Hesti dengan Air mata yang sudah membasahi pipinya.
“Iya, kita kesana sekarang.”
“Naik motor aja ya biar gak kejebak macet!” Hesti berlari dengan menggenggam tangan sang ayah menuju ke parkiran.

“Pa, ma, kita susul Hesti dan ayah Irfan ke rumah sakit... Kalian juga ikut mobil gue!” Ucap Fadil mengajak Rani, Aulia, dan Syifa sekaligus.

RS. Jaya Abadi Cabang Bandung

“Tante harus kuat tante...” Ucap Adit khawatir sambil menangani bunda dari rekan kerjanya itu.
“Tante harus kuat untuk Hesti!” Ucap Adit sekali lagi namun nihil, Bunda Sarah masih memejamkan mata dengan nafas yang tidak teratur.

Pintu terbuka paksa karena dorongan dari seseorang dari luar ruang rawat Bunda Sarah. Ya dugaan kalian benar, Hesti yang memasuki ruangan itu masih dengan baju pengantinnya. Hesti mendekat ke arah ranjang bundanya.
“Bunda Hesti di sini... Bunda harus bertahan untuk Hesti... Bunda gak boleh tinggalin Hesti...”

Mata Bunda Sarah perlahan terbuka dan nafasnya yang sebelumnya tidak teratur menjadi lebih teratur. Hesti tersenyum dalam tangisnya menatap sang bunda yang sudah mulai kembali kesadarannya. Bunda Sarah tersenyum lemah menatap putrinya yang terlihat cantik dengan balutan gaun pengantin khas Sunda.

“Kamu.... terlihat... cantik sayang...” Ucap Bunda Sarah membuat Hesti kembali menangis. Hesti menggenggam tangan bunda Sarah begitu erat seolah tak ingin kehilangan orang yang dia sayangi untuk yang kedua kalinya.

“Bunda... bahagia nak... melihatmu.. sudah... menemukan... lelaki yang... menyayangimu... dengan... tulus...” Bunda menarik nafas begitu dalam dan menghembuskannya.
“Jangan... halangi... bunda... untuk per...gi nak... Bunda.. ingin... bertemu kakakmu...”

Ucapan bunda Sarah membuat tangis Hesti semakin menjadi. Hesti menggeleng dengan tatapan berharap bundanya masih mau bertahan.

“Bunda gak boleh kemana-mana... Bunda harus tetap di sini sama Hesti dan Ayah... Bunda gak boleh ketemu Kak Devan!” Ucap Hesti dalam tangisnya. Tangan sang bunda terangkat perlahan mengusap lembut air mata anaknya.

“Kak... Devan sudah... di sini... sayang... Kak... Devan... menjemput Bunda...”
“Sampaikan salam bunda untuk ayah... bilang ke... ayah... bunda... sang...at menyayangi... ayah dan dede... sampai... jumpa... sayang...”
“Lailahaillal..lahh... muhammadar..rasulullah...” Kalimat itu yang terakhir Hesti dengar dari mulut sang bunda dan kalimat itu pula lah yang terakhir kali keluar dari mulut sang bunda.

Hesti menangis memeluk raga sang bunda sambil berucap “Innalillahi wa innailaihi rojiun... bundaa...”

Hesti menutup perlahanseluruh tubuh ibu yang dulu mempertaruhkan nyawa untuk melahirkannya itu dengan selimut. Hesti menegakkan badannya menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Aku harus ikhlas, gumam Hesti dalam hati.

“Terima kasih sudah berusaha melakukan apapun untuk membuat bunda bertahan menungguku dalam perjalanan kesini, dokter...”
“Saya yakin bunda sudah tenang di sana.” Ucap Hesti berusaha tegar.

Badan Hesti terasa lemah bersamaan dengan bunda Sarah yang mengucapkan kalimat terakhirnya. Jika bukan Adit yang menahan tubuhnya agar tidak jatuh, mungkin dia akan terjatuh mencium lantai.

Hesti keluar ruangan dengan dibantu Adit. Fadil yang melihat itu bergegas menghampiri sang istri dan mengambil alih tubuh Hesti untuk menenangkannya.

“Hes, kamu gak kenapa-napa kan?” Tanya Fadil menatap Hesti dengan kedua tangan menangkup kedua pipi Hesti.

Hesti membalas tatapan Fadil dengan sendu dan berkata “Bunda sudah pulang bertemu dengan kak Devan...”

Semua yang ada di sana terkejut begitupun dengan Fadil yang langsung memeluk Hesti dengan erat berusaha menenangkan Hesti yang kembali menangis sesenggukan. Sedangkan ayah Irfan sudah masuk ke ruangan bersama Syifa yang diberikan perintah untuk mengurus jenazah bunda Sarah.

Di dalam ruangan, Syifa sudah melepas semua peralatan yang menempel di tubuh bunda Sarah selama pengobatan. Saat Syifa hendak menutupkan kain ke seluruh tubuh bunda Sarah tiba-tiba...
“Jangan ditutup dulu Syifa!”

Syifa menoleh ke sumber suara. Setelah tahu siapa yang bicara, Syifa mengangguk dan berjalan sedikit menjauh dari ranjang bunda Sarah.

“Pagi bunda...” Ucapan Ayah Irfan berhenti karena ayah Irfan yang masih berusaha mengatur nafasnya.
“Maaf... saat bunda pergi ayah tidak di samping bunda, karena ayah memberi ruang agar Hesti bisa menangani bunda lebih leluasa...”
“Terima kasih sudah selalu setia dan selalu menyayangi ayah dan anak-anak selama ini... ayah yakin, bunda sudah tidak kesakitan di sana kan... sampaikan salam ayah untuk Devan, Ayah sayang bunda...”UcaP Ayah Irfan bergetar menahan tangis. Setelah puas memeluk sang istri untuk yang terakhir kalinya, Ayah Irfan menghapus sisa air matanya.

“Tolong urus jenazah istri saya Syifa dan segera suruh ambulan untuk membawanya pulang ke rumah!”
“Baik pak..”
Hesti masih ditenangkan oleh Fadil dan yang lainnya.

“Aku berjanji Hes, aku akan selalu ada untuk kamu... Aku janji akan mengembalikan senyum itu seperti dulu kamu mengembalikan senyum Putri... Aku janji Hes, Kamu tidak akan sendirian istriku....”
.
.
.
.
Sampai jumpa di DIMA 2 guysss!!!
Jangan lupa vote dan commentnya guysss!!

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang