Part 52

71 9 0
                                    

"Ayah gak ingin kehilangan senyum kamu lagi de." Gumam Ayah Irfan memperhatikan senyum haru Hesti.

Keesokkan Harinya.

Hari pertama Hesti kembali ke Bandung. Hesti masih terlelap karna dia sangat capek kemarin malam. Ayah Irfan membangunkan Hesti untuk sholat subuh.

"De... bangun yukk!! Sudah adzan, mau jamaah gak sama ayah?" Ucap ayah Irfan menepuk pelan lengan Hesti yang tertutup selimut.

Hesti menggeliat dalam tidurnya.

"Hhmmm... iya ayah, Hesti mandi dulu nanti baru nyusul ke musholah." Jawab Hesti dengan suara khas bangun tidur.

"Yaudah ayah tunggu di musholah ya... cepet bangun!" Ucap ayah Irfan dijawab anggukan oleh Hesti.

Ya, rumah keluarga Hesti memang terdapat musholah kecil untuk sholat berjamaah bersama keluarga kecil.

Hesti bangun dan langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sekalian mengambil wudhu.

Ayah Irfan sudah menunggu putri satu-satunya di musholah sambil berdzikir di atas sajadah. Ayah Irfan berdzikir untuk kesembuhan istrinya.

"Ya allah... hanya kepadamu hamba meminta dan memohon.... hanya kepadamu hamba berserah diri. Ya allah hamba tahu, ini salah satu caramu untuk menguatkan hati hamba dan keluarga hamba.... hamba mohon ya allah, jangan hilangkan senyum putri hamba saat dia tahu apa yang tengah bundanya alami dan berikan kekuatan untuk istri hamba dalam menghadapi ujian ini. Selalu kuatkan hati hamba untuk menjaga mereka, dua wanita yang sangat hamba sayangi. Aamiin." Doa ayah Irfan tak sadar bahwa air matanya sudah jatuh di atas sajadah.

Hesti masuk ke musholah dan menghampiri ayahnya untuk mencium punggung tangan ayahnya. Ayah Irfan langsung menghapus cepat air matanya, tidak ingin Hesti tahu bahwa dia sedang menangis namun sayang, Hesti melihat itu.

"Ayah kenapa nangis?" Tanya Hesti menatap mata ayahnya dalam.

"Ayah gak nangis... Dede salah lihat mungkin. Yaudah langsung sholat ya." Jawab ayah Irfan mengalihkan pembicaraan membuat Hesti sedikit heran.

Mereka melaksanakan sholat subuh dengan khusyu'. Setelah selesai sholat, Hesti menuju ke kamar bundanya.

"Assalamualaikum bunda." Salam Hesti pelan membuka pintu dan masuk ke kamar bundanya.

"Wa'alaikumussalam." Jawab bunda Sarah lirih menoleh ke arah pintu dan melihat anaknya yang sangat dirindukannya. Bunda Sarah tersenyum lemah dan berusaha untuk mendudukkan tubuhnya.

"Bunda jangan banyak gerak! Bunda istirahat aja ya... Hesti udah di sini kok." Ucap Hesti membantu bundanya merubah posisi dari tidur menjadi duduk.

"Kapan datang?" Tanya bunda Sarah.

"Kemarin malam bun." Jawab Hesti tersenyum gingsul.

"Bunda kangeeeennn banget sama senyum gingsul kamu." Ucap Bunda Sarah mencolek hidung Hesti membuat Hesti tertawa kecil.

"Senyum yang indah... bunda harap, senyummu itu tidak akan pernah hilang lagi nak dimanapun, kapanpun, dan apapun kondisinya nanti.." Gumam bunda Sarah dalam hati tersenyum melihat anaknya yang sudah dewasa ini.

"Bunda mau makan?" Tanya Hesti.

"Ini masih jam berapa? Belum ada sarapan atuh..." Jawab bunda Sarah.

"Gak apa-apa bun.. Hesti bikinin buryam Ala Hesti!" Ucap Hesti tersenyum menatap mata sayu bundanya.

Bunda Sarah hanya tersenyum melihat tingkah Hesti.

"Mungkin kalo ada Devan di sini, tingkah kalian akan lebih terlihat lucu. Bunda rindu kamu kak... bunda sangat rindu..." Gumam bunda Sarah dalam hati.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang