"Bundanya Dr. Hesti??" Gumam Rafa lagi.
"Ada apa dengan bundanya?" Gumam Rafa lagi.
RS. Jaya Abadi Cabang Bandung.
Setelah Hesti menutup telepon Rafa, dia langsung kembali masuk ke ruang rawat bundanya.
"Bunda kenapa Syifa??" Tanya Hesti khawatir.
"Bundanya dokter tadi..." jawab Syifa terpotong.
"Bunda gak apa-apa nak." Potong Bunda Sarah.
"Beneran bunda gak apa-apa? Kok tadi Syifa manggil aku sampe kayak gitu..." tanya Hesti mengalihkan pandangan pada Syifa, masih belum srek dengan jawaban bundanya.
"Hmm tadi saya manggil Dr. Hesti karna...." jawab Syifa bingung harus jawab apa.
"Karna bunda nyariin kamu sayang." Sahut bunda Sarah membuat Syifa bernafas lega.
"Hesti gak kemana-mana bunda, Hesti cuman nerima telepon di depan." Jawab Hesti percaya dengan bunda Sarah.
"Siapa yang telpon nak?" Tanya Bunda Sarah.
"Dr. Sp. Jantung di Jakarta bun." Jawab Hesti.
"Lelaki?" Tanya Bunda Sarah dijawab anggukan oleh Hesti.
"Hayooo siapa Dr. Hesti?? Calon menantu mungkin tante.. hehe." Sahut Syifa menggoda Hesti membuat Bunda Sarah menahan senyum.
"Apasihhh Syifa! Cuman temen aja..." jawab Hesti.
"Calon menantu juga gak apa-apa kok Hes." Ucap Bunda Sarah menggoda anaknya juga.
"Bundaaaa..." ucap Hesti menutup wajahnya malu karna digoda assistent dan bundanya.
"Bunda tidur dulu ya Hes! Ngantuk karna efek obat yang kamu kasih tadi..." Lanjut bunda Sarah diangguki oleh Hesti. Bunda Sarah sudah memejamkan mata namun belum tidur.
"Ya allah... jangan ambil malaikat tak bersayapku! Jangan ambil tempat sumber pahala dan surga ku Ya Allah..." gumam Hesti masih terdengar oleh Syifa dan bunda Sarah.
Sedangkan Syifa tersenyum haru melihat Hesti yang sangat menyayangi bundanya.
"Syifa, tolong siapin R. Tes darah untuk nanti sore!" Pinta Hesti mengalihkan pandangannya pada Syifa.
"Untuk apa dokter?" Tanya Syifa.
"Saya ingin tahu seberapa besar kanker yang ada di payudara bunda saya." Jawab Hesti.
"Bukannya nanti sore dokter akan minta riwayat penyakit tante ke dokter kemarin??" Tanya Syifa.
"Iya... tapi saya ingin memastikannya sendiri. Seberapa besar kanker JAHAT itu di payudara bunda saya." Jawab Hesti membuat Syifa paham dengan menekankan kata jahat.
"Siap Dr. Hesti!" Ucap Syifa.
Sedangkan tanpa Hesti dan Syifa sadari, dari mata Bunda Sarah keluar setetes air mata. Bunda Sarah mendengar semua yang di ucapkan anaknya.
"Bunda akan berusaha sembuh untuk kamu Hes." Gumam Bunda Sarah dalam hati.
Skip malam hari.
RS. Jaya Abadi Pusat.
Divisi Jantung.
R. VVIP 315 Sp. Jantung.
Rafa selesai memeriksa nenek Halimah bersama assistentnya dan kondisi nenek Halimah sangat baik pasca operasi.
"Kalo keadaan nenek begini terus... In shaa allah nenek bisa sembuh." Ucap Rafa tersenyum pada nenek Halimah.
"Terima kasih Dr. Rafa... hhmm dokter, bagaimana dengan Dr. Hesti?" Tanya nenek Halimah tak tahan menahan rindu pada Hesti.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU
Ficção AdolescenteSetelah kejadian yang sangat menyakitkan itu, hingga membuatku terpuruk cukup lama. Aku bangkit dan bertekad orang lain tidak akan merasakan apa yang aku rasakan - Hesti Andryana. Semua masih berjalan baik-baik saja, tapi seketika kebahagiaanku hila...