SMAN 1 Jakarta
Bel istirahat berbunyi nyaring, sudah pasti seluruh siswa berhamburan keluar kelas untuk pergi ke kantin.
Begitupun dengan Putri dan sahabatnya.
"Ke kantin yukk!!" Ajak Rara
"Ayo!" Jawab Nabila.
"Tunggu deh... put kamu gak ikut ke kantin?" Tanya Rafli.
"Gak dulu deh kayaknya." Jawab Putri dengan tatapan sayu.
"Loh kok muka kamu pucat sih put?" Tanya Nabila cemas.
"Aku gak apa-apa kok. Cuman pusing dikit aja." Jawab Putri.
"Kita ke UKS sekolah aja ya." Saran Rara khawatir sambil menggandeng tangan Putri.Putri POV
Nabila dan Rara memapahku menuju UKS sekolah sedangkan Rafli berjalan di belakang kita.
Saat jarak UKS sudah dekat tiba-tiba...
"Aduhhh... sakittt. Ra... kepalakuu sakiittt bangeettt...aduhhh." rintihku sambil mencengkram kepalaku yang sakitt."Put, kenapa?!"
Setelah samar kudengar suara Rafli, semuanya tiba-tiba gelap.
Di Perusahaan milik keluarga Gilang.
Fadil POV.
Aku memandang layar laptop yang ada di hadapanku, yang memperlihatkan fotoku bersama adikku.
Aku tersenyum saat melihat tawanya. Dia memang gadis yang periang. Tawanya selalu menjadi penyemangatku saat bekerja.
"Aku harap tawa itu akan selalu terlukis di bibirmu dek."
Tiba-tiba deringan telepon mengalihkan pandanganku.
"Hallo."
"......."
"Apa??? Dimana???"
"....."
"Baik saya akan segera ke sana sekarang pak."Author POV.
Fadil langsung menutup sambungan telepon dan bergegas menuju RS. Jaya Abadi, karena dia mendapat kabar dari wali kelas Putri bahwa adiknya pingsan saat jam istirahat.
Bandara Soekarno-Hatta
Hesti POV.
"Alhamdulillah... akhirnya sampai juga di Jakarta."
Setelah turun dari pesawat, aku bergegas mengambil barang bawaanku dan menuju ke pintu keluar bandara.
Tapi langkahku terhenti karna hpku berdering. Ada telepon masuk dari no.yang tidak ku ketahui.
"Assalamualaikum, maaf siapa ya?"
"......"
"Oohh iya dokter. Ini saya sudah sampai di Jakarta tapi saya bingung mau kemana."
"....."
"Oohhh begitu ya dok. Iya...ini saya juga berjalan menuju pintu keluar bandara."
"...."
"Iya terima kasih dokter. Wa'alaikumussalam." Ku tutup telepon.Author POV.
Setelah Hesti menutup telepon, Hesti sudah berada di pintu keluar bandara. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh arah untuk mencari sesuatu, dan ya Hesti menemukannya. Papan kayu bertuliskan Dr. Hesti Andryana.
hesti menuju ke papan kayu yang terangkat dengan kedua tangan seseorang itu.
"Assalamualaikum pak." Salam Hesti
"Wa'alaikumussalam nak. Mau cari orang tuanya ya? Terpisah di mana? Jangan tanya bapak nak, mending nak cantik tanya ke ruang informasi." Jawab seseorang yang membawa papan kayu bertuliskan Dr. Hesti Andryana itu.Hesti yang mendengar itu langsung tersenyum dan berkata "Pak Darman kan? Yang disuruh Dr. Reza untuk menjemput saya. Saya Hesti Andryana pak.."
Pak Darman yang mendengar pernyataan Hesti langsung terperangah.
"Dr. Hesti Andryana pindahan dari RS. Jaya Abadi cabang Bandung?" Tanya Pak Darman memastikan yang dibalas anggukan oleh Hesti."Ya ampun..... maaf dokter. Saya tidak tau, saya kira tadi anak yang lagi cari orang tuanya. Maafin saya dokter!" Ucap Pak Darman sambil menepuk jidatnya.
Hesti tertawa kecil sambil berkata "Tidak apa-apa pak. Saya paham kok... saya memang tidak terlihat seperti seorang dokter. Tapi saya lebih suka seperti itu..."
Hesti dan Pak Darman menuju ke parkiran mobil sambil berbincang-bincang.
"Bu dokter mau di antar langsung ke Rumah Sakit atau mau mencari tempat tinggal dulu?" Tawar Pak Darman, sopir pribadi Dr. Reza.
"Langsung saja ke rumah sakit pak. Nanti soal tempat tinggal saya bisa mencari sendiri di dekat rumah sakit." Jawab Hesti sambil tersenyum."Baik bu dokter. Silahkan masuk bu dokter!" Hesti masuk ke mobil dan mereka menuju ke RS. Jaya Abadi.
RS. Jaya Abadi Jakarta
Parkiran mobilHesti keluar dari mobil Dr. Reza dengan koper digenggamannya.
"Terima kasih pak atas tumpangannya..." Ucap Hesti.
"Sama-sama bu dokter." Jawab Pak Darman.Di sebelah mobil Dr. Reza terparkir mobil Fadil yang baru saja datang saat Hesti sudah masuk ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU
Teen FictionSetelah kejadian yang sangat menyakitkan itu, hingga membuatku terpuruk cukup lama. Aku bangkit dan bertekad orang lain tidak akan merasakan apa yang aku rasakan - Hesti Andryana. Semua masih berjalan baik-baik saja, tapi seketika kebahagiaanku hila...