Part 44

88 11 0
                                    

"Hhmm... aku gak tahu Far. Tiba-tiba dia pingsan." Jawab Hesti sedikit berbohong takut Lutfar sakit hati.

"Far, aku ke ruangan Putri dulu ya... mau kasih tahu tentang kondisi kakaknya. Kamu gak apa-apa kan tunggu sebentar di sini?" Lanjut Hesti menghindar dari pertanyaan Lutfar.

"Iya gak apa-apa Hes." Jawab Lutfar dan Hesti langsung meninggalkan UGD menuju ke ruangan Putri.

R. VVIP 220 Sp. Kanker

Putri sendiri di ruangannya, dia bosan tidak ada yang bisa diajak ngobrol. Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka memunculkan wajah Hesti yang seperti habis berlari.

"Kak Hesti kenapa ngos-ngosan gitu?" Tanya Putri heran.

"Sebentar... kak Hesti atur nafas dulu." Jawab Hesti membuat Putri semakin penasaran karna Hesti tidak bersama Fadil.

"Kak Fadil mana?" Tanya Putri mengedarkan pandangan ke belakang Hesti. Hesti sudah bernafas dengan normal, tidak ngos-ngosan seperti tadi.

"Tadi waktu kak Fadil sama kak Hesti, tiba-tiba kakak kamu pingsan Put! Dan sekarang dia di UGD lagi ditangani dokter." Jawab Hesti membuat Putri khawatir dengan kondisi kakaknya.

Putri hendak menuruni ranjangnya namun dia lupa bahwa tangannya masih di infus. Hesti membantu Putri melepaskan infusnya dan memindahkan Putri ke kursi roda.

"Ayo kak!! Cepetan! Putri pengen tahu kondisi kak Fadil!!" Ucap Putri memegang tangan Hesti yang sedang mendorong kursi rodanya.

"Iya ini kak Hesti udah cepet dorongnya... kamu gak perlu khawatir yaa, kakakmu sudah ditangani dokter kok." Jelas Hesti menenangkan Putri, namun itu percuma karna Putri sangat khawatir pada kakaknya. Setahu dia kakaknya jarang sakit, apalagi sampai pingsan.

Di depan UGD, Lutfar duduk menunggu Hesti datang. Saat melihat Hesti datang mendorong kursi roda milik Putri, Lutfar langsung berdiri.

"Hes, dokter bilang kak Fadil kecapekan karna kurang tidur, makan pun telat. Dokter sarankan kak Fadil istirahat dulu 2 sampai 3 hari mungkin untuk mengembalikan staminanya." Jelas Lutfar membuat Putri menangis karna dia berpikir ini semua gara-gara dia.

Hesti melihat Putri menangis langsung mengalihkan pandangan ke Lutfar.

"Far..." ucap Hesti menatap Lutfar dan Lutfar paham tatapan itu.

"So-sorry gue gak bermaksud menyinggung Hes." Jawab Lutfar minta maaf sambil melirik Putri yang masih menangis.

"Yaudah mending kamu balik aja ke ruanganmu... makasih udah nunggu di sini." Ucap Hesti dijawab anggukan oleh Lutfar dan meninggalkan Hesti serta Putri di depan UGD.

Hesti duduk di kursi tunggu tepat di depan Putri dan memegang tangan Putri.

"Putri gak perlu merasa bersalah atas kondisi kak Fadil sekarang... justru saat Putri tahu kak Fadil rela sakit demi Putri, kamu harus semangat untuk sembuh. Supaya perjuangan kakakmu untuk melihat kamu sembuh gak sia-sia." Ucap Hesti menenangkan Putri, membuat Putri memeluknya erat.

Hesti membalas pelukan itu, mengelus punggung Putri lembut. Air mata Hesti pun terjatuh saat Putri memeluknya erat.

"Kamu harus kuat Put, meskipun suatu saat nanti kak Hesti sudah tidak ada di sini." Gumam Hesti dalam hati.

Putri melepaskan pelukannya pada Hesti dan menghapus air matanya dengan cepat begitupun dengan Hesti karna dia tidak ingin Putri tahu kalo dia menangis. Hesti tersenyum menatap Putri begitupun dengan Putri.

Pintu R. UGD terbuka memperlihatkan dua orang perawat yang tengah mendorong ranjang seorang pasien pria untuk dipindahkan ke ruang rawat, membuat Hesti berdiri dan mengikutinya sambil mendorong kursi roda Putri. Ya, di atas ranjang itu Fadil terbaring tak sadarkan diri.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang