"Tugas Hesti di sini sudah selesai... sudah saatnya Hesti pulang ke Bandung. Maaf ya nek, Hesti gak bisa nemenin nenek terus karna Hesti juga punya keluarga di sana. Tapi sebelum Hesti pulang, Hesti jamin anak-anak nenek akan menemani nenek di sini." Jawab Hesti membuat nenek Halimah menangis.
"Nenek gak boleh nangis... kalo Hesti ada waktu luang, Hesti akan main kesini." Ucap Hesti menghapus air mata yang mengalir di pipi nenek Halimah.
"Iya nak Hesti, kita mengerti alasan kamu kembali ke Bandung. Terima kasih karna selama ini nak Hesti selalu meluangkan waktu untuk sekedar melihat keadaan kami. Kami tidak tahu harus dengan apa kami membalas semuanya.Terima kasih untuk segalanya, semoga kebahagiaan selalu menyertaimu nak." Ucap Kakek Hendra mengusap lembut rambut Hesti untuk berterima kasih atas semua yang Hesti lakukan pada mereka.
"Sama-sama kek. Sebagai balasannya, Hesti hanya ingin melihat nenek Halimah keluar dari rumah sakit ini dengan keadaan sehat. Ya nek?" Jawab Hesti diangguki oleh nenek Halimah.
"Sekarang nenek istirahat ya.. Hesti mau mulai bekerja." ucap Hesti diangguki oleh nenek Halimah.
"Kek, bisa minta alamat terakhir anak kakek tinggal?" Tanya Hesti membuat kakek Hendra mengambil kertas dan bulpen untuk menulis alamat.
"Di sini alamat terakhir mereka.. sekali lagi terima kasih nak Hesti." Jawab kakek Hendra sambil memberikan kertas kecil.
"Sama-sama kek... Hesti permisi dulu ya... Assalamualaikum." Pamit Hesti.
"Wa'alaikumussalam." Jawab kakek Hendra.
Hesti ke ruangannya untuk meletakkan tas. Saat masuk ke ruangannya betapa terkejutnya dia karna kedua sahabatnya ada di situ dengan wajah yang sulit diartikan.
"Kalian kenapa?" Tanya Hesti meletakkan tasnya di meja kerja.
"Kita mau tanya sesuatu sama lo Hes." Jawab Aulia seirus.
"Tanya apa?" Tanya Hesti duduk di kursi kerjanya.
"Ada yang lo sembunyiin dari kita?" Tanya Rani balik membuat Hesti bingung apa yang dimaksud sahabatnya.
"Enggak ada yang aku sembunyikan dari kalian." Jawab Hesti tidak paham.
"Jangan bohong Hes! Gue cuman pengen lo jujur." Ucap Aulia.
"Aku sudah jujur ke kalian. Gak ada yang aku sembunyiin dari kalian." Jawab Hesti membuat Rani menunjukkan gambarnya dengan Rafa tadi. Hesti begitu terkejut saat melihat gambar itu.
"Terus ini apa?" Tanya Rani.
"Itu... ituu..." jawab Hesti gugup.
"Lo bilang, lo gak nyembunyiin apapun dari kita tapi ini apa!! Gue pikir lo itu udah percaya sama kita, gak ada lagi rahasia diantara kita. Tapi ternyata gue salah." Ucap Aulia dengan menatap Hesti kecewa.
"Aku gak maksud untuk nyembunyiin ini semua dari kalian. Aku cuman..." ucapan Hesti terpotong karna Rani yang menyahut.
"Halah udahlah! Gue gak bisa percaya lagi sama lo Hes! Mungkin sampai di sini aja persahabatan kita." Sahut Rani memutuskan persahabatan mereka membuat air mata Hesti seketika jatuh.
Aulia pun terkejut karna meskipun dia marah tapi dia tidak berniat memutuskan persahabatannya dengan Hesti.
"Ran aku bisa jelasin..." ucap Hesti berdiri dari duduknya hendak mengejar Rani, namun Rani mengangkat tangannya membuat Hesti mengurungkan niatnya untuk mengejar Rani.
"Gak perlu. Gue pergi dulu!" Potong Rani meninggalkan ruangan Hesti. Hesti mengalihkan pandangan ke Aulia dengan tatapan sedih.
"Sorry Hes.. Tapi gue udah kecewa sama lo, gue harap lo bahagia sama dokter itu." Ucap Aulia menepis air matanya yang jatuh dan keluar dari ruangan Hesti. Hesti menggelengkan kepalanya sambil menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU
Teen FictionSetelah kejadian yang sangat menyakitkan itu, hingga membuatku terpuruk cukup lama. Aku bangkit dan bertekad orang lain tidak akan merasakan apa yang aku rasakan - Hesti Andryana. Semua masih berjalan baik-baik saja, tapi seketika kebahagiaanku hila...