Swara berlari menuju ke kamarnya dan Sanskar masih mengejarnya. Swara dan Sanskar sampai di kamar mereka. Swara mengambil bantal lalu melemparkan bantal itu pada Sanskar. Sanskar mengambil bantal itu lalu dia melemparkan bantal itu kembali kepada Swara. Saat Swara lengah Sanskar segera menangkapnya dengan memeluk Swara dari belakang dengan erat.
"Lepaskan aku Sanskar," kata Swara yang berusaha melepaskan pelukan tapi tidak bisa.
"Sekarang aku sudah menangkapmu Swara. Jadi kau tak bisa pergi lagi dariku," kata Sanskar.
"Ibu," kata Swara membuat Sanskar segera melepaskan pelukannya karena dia tak mau sampai Ibunya mengira kalau dia sudah mencintai Swara.
"Ibu semua yang telah terjadi karena ulah.......," kata Sanskar terpotong karena dia baru sadar kalau Swara telah membohonginya. Sanskar melihat ke arah Swara tapi Swara sudah tak ada dihadapannya.
"Ternyata kau mudah sekali ditipu Tuan Pemarah," ejek Swara lalu masuk ke dalam kamar mandi. Sanskar yang melihat itu sangat kesal karena dia selalu kalah dari Swara.
"Aku tak mungkin terus disini dan menunggu dia keluar dari sana. Lebih baik aku mandi di kamar Laks aja," kata Sanskar.
"Sanskar apa kau masih diluar," tanya Swara tapi tak ada jawaban. Swara membuka pintu kamar mandi sedikit untuk memastikan apakah Sanskar sudah pergi atau belum. Swara melihat sekeliling kamar itu dengan seksama dan dia tak melihat Sanskar.
"Akhirnya dia pergi juga," kata Swara bahagia lalu dia keluar dari kamar mandi untuk mengambil baju ganti. Setelah itu dia kembali ke kamar mandi untuk mandi.
Beberapa menit kemudian, Sanskar sudah selesai mandi dan juga mengganti pakaiannya. Sanskar memakai pakaian Laks karena dia tadi tak membawa pakaian ganti dari kamarnya. Sanskar lalu berdiri di depan cermin lalu menatap dirinya sendiri.
"Aku kan tampan tapi kenapa aku menikah dengan wanita seperti Swara. Padahal diluar sana banyak wanita yang menginginkan menikah denganku. Jika aku terus menghadapinya Swara lama-lama aku bisa gila. Kau harus cari solusi Sanskar. Aku hanya perlu membuatnya jatuh cinta padaku agar dia tak membuat masalah padaku lagi. Tapi dengan cara yang berbeda karena aku tak ingin berbuat hal-hal yang romantis padanya. Karena pasti dia akan curiga kalau berubah dalam sekecap," kata Sanskar.
Sanskar tiba-tiba ingat sesuatu dan tanpa pikir panjang dia berlari ke kamarnya. Sanskar melihat Swara yang akan memakai make up tapi dengan segera Sanskar mengambil make up dari Swara dan dia menaruh kembali ke tempatnya. Sanskar mengambil sindoor lalu menaruhnya di kening Swara. Swara sangat bingung dengan sikap Sanskar tapi Swara tetap diam karena dia tak mau Sanskar membalas perbuatannya tadi.
"Ayo kita pergi sekarang," kata Sanskar mengambil ponsel Swara lalu memasukkan ke dalam sakunya.
"Pergi kemana dan kenapa kau mengambil ponselku?"tanya Swara.
"Sudah jangan banyak tanya," kata Sanskar menggendong Swara karena dia tak mau membuang-buang waktu. Dia yakin kalau Swara akan terus bertanya padanya dan itu akan menambah masalah baru lagi.
"Sanskar cepat turunkan aku," kata Swara.
"Sudah diam dan jangan banyak tanya. Aku akan menjawab semua pertanyaan mu nanti," kata Sanskar lalu membawa Swara pergi keluar rumah.
Swara hanya terus menatap Sanskar. Dia bingung dengan sikap Sanskar yang kadang-kadang berubah padanya. Saat melewati ruang tamu Swara dan Sanakar melihat ruang tamu yang sudah berantakan karena ulah mereka tadi. Sekarang Swara sadar kenapa Sanskar membawanya pergi keluar rumah. Sanskar menurunkan Swara saat sudah berada diluar rumah.
"Swara Sanskar," teriak Sujata dari ruang tamu setelah melihat ruang tamu berantakan. Swara dan Sanskar yang mendengar itu segera masuk ke dalam mobil. Sanskar segera melajukan mobilnya. Sujata segera keluar setelah mendengar suara mobil. Tapi dia sudah terlambat karena mereka sudah pergi.
"Awas kalian berdua, Ibu akan memberikan hukuman yang berat bagi kalian berdua. Sepertinya aku sudah membuat kesalahan dengan menyuruh Sanskar mengajari Swara memasak. Bukan nya Sanskar mengajari Swara memasak, tapi mereka malah membuat dapur dan ruang tamu berantakan," kata Sujata kesal.
Swara dan Sanskar merasa lega karena mereka akhirnya bisa kabur. Alasan Sanskar pergi dari rumah bersama Swara adalah untuk menghindari hukuman dari Ibunya. Sanskar yakin kalau Ibunya akan menyuruhnya dan Swara untuk membersihkan dapur dan ruang tamu.
"Kenapa kau ingin aku pergi bersamamu? Padahal kau kan bisa saja pergi dan meninggalkan aku dirumah. Itu artinya hanya aku yang akan mendapatkan hukuman dan kau tak akan dihukum," kata Swara.
"Itu menurutmu Swara. Tapi jika aku pergi tanpamu itu artinya aku yang akan mendapatkan hukuman yang lebih berat karena kabur. Tapi jika kita pergi bersama kita akan mendapatkan hukuman yang sama, itu adil bukan. Tapi jangan berpikir kalau aku melakukan ini demi dirimu," kata Sanskar.
"Lalu sekarang kita mau kemana?"tanya Swara.
"Entahlah," kata Sanskar.
"Aku haus Sanskar. Apa kita bisa ke cafe yang ada di dekat sini?" kata Swara.
"Tidak perlu ke cafe. Lebih baik kita beli air mineral saja," kata Sanskar.
"Ternyata kau itu sangat pelit ya Sanskar. Masa hanya untuk pergi ke cafe saja kau tidak mau," kata Swara kesal.
"Baiklah kita ke cafe dekat sini," kata Sanskar terpaksa.
"Terima kasih Sanskar," kata Swara.
"Sama-sama," kata Sanskar kesal.
"Jangan kesal kayak gitu dong Sanskar. Bilang sama-sama aja kayak gitu, bilangnya yang ikhlas dong," kata Swara.
"Sama-sama Swara," kata Sanskar lalu pura-pura tersenyum pada Swara.
"Itu lebih baik," kata Swara.
"Untuk kedua kalinya aku bersikap berlebihan pada Swara. Padahal apa yang dikatakan Swara tadi ada benarnya juga karena memang yang membuat masalah tadi kan dia. Kenapa aku tadi memikirkannya, bukan memikirkan diriku sendiri. Apalagi tadi aku menggendongnya. Setelah aku pikir-pikir aku tak perlu membuat Swara jatuh cinta padaku karena aku tak mau sampai aku juga jatuh cinta padanya," batin Sanskar.
"Untung saja Sanskar lupa dengan kejadian tadi dimana aku membanting ponselnya. Swara sekarang kau selamat dari kemarahan Sanskar dan juga hukuman dari Ibu Sujata karena Sanskar," batin Swara bahagia.
Akhirnya Swara dan Sanskar sampai disebuah cafe. Swara dan Sanskar turun dari mobil.
"Swara kau masuk dulu, aku harus menelpon seseorang," kata Sanskar.
"Aku tidak mau masuk dulu karena aku takut nanti kau meninggalkanku lalu bagaimana aku akan membayar tagihan pesanan ku nanti," kata Swara.
"Aku tak mungkin meninggalkanmu Swara. Ini ponselmu, jika aku meninggalkanmu kau bisa menelpon orang yang bisa menjemputmu," kata Sanskar mengambil ponsel dari sakunya lalu memberikannya pada Swara.
"Baiklah. Tapi jika kau tak masuk ke dalam dan kau meninggalkanku disini. Kau tau siapa yang akan membantuku dan mengantarku pulang," kata Swara lalu masuk ke dalam cafe.
"Apakah aku harus meninggalkan Swara disini atau aku harus tetap bersamanya? Apa yang dimaksud Swara adalah Sahil? Ayo berpikir Sanskar apa yang harus kau lakukan masuk atau pergi,"kata Sanskar lalu berpikir.
Swara duduk di dalam cafe tapi ada seseorang pria yang terus memperhatikannya. Swara mulai ketakutan saat pria itu menuju ke arahnya. Swara yang melihat Sanskar datang langsung memeluknya.
"Sanskar dia tadi melihatku dengan tatapan aneh dan dia juga akan menghampiriku," kata Swara takut dan menunjuk ke arah pria itu.
"Kau siapa nya wanita ini?"tanya pria itu.
"Aku suaminya dan jangan pernah berani menatap atau mendekati istriku. Jika kau melakukan itu kau akan tau akibatnya," kata Sanskar.
"Maaf aku tidak tau jika wanita ini adalah istrimu. Aku kira dia wanita yang belum mempunyai pasangan atau kekasih," kata pria itu lalu pergi.
"Swara lepaskan pelukanmu," kata Sanskar.
"Sanskar kau yang harus melepaskan pelukanmu bukan aku," kata Swara.
"Kau yang memelukku, bukan aku Swara," kata Sanskar membuat Swara segera melepaskan pelukannya.
Setelah itu mereka duduk dimana Swara tadi duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOHABBAT
FanfictionSwara dan Sanskar tak pernah akur. Kedua belah keluarga akhirnya memutuskan untuk menjodohkan mereka berdua karena mereka sudah muak melihat pertengkaran mereka setiap hari.Swara dan Sanskar terpaksa menikah karena kedua keluarga terus memaksa mere...