22. Pesta

1.6K 248 9
                                    

Jaeden menghela nafas lelah. Ia sedang berada di halaman belakang rumah Alicia.

Loh, kok?

Iya, Aldino menyuruh Jaeden untuk melaporkan kegiatan Alicia langsung ke rumahnya setelah lelaki itu pulang kuliah.

"Gimana adek gue?" Tanya Aldino setelah meletakkan nampan berisi dua gelas ice americano beserta kukis keju di meja yang ada disampingnya.

Jaeden menggeleng. "Nggak ada yang aneh sama Alicia. Dia masih kayak biasanya. Nggak ada tanda-tanda kalo dia sakit" ucap Jaeden, lalu menyesap ice americano yang meninggalkan rasa pahit di lidahnya.

"Bagus deh kalo gitu. Uhm, lo pernah liat dia jalan sama cowok?" Jaeden tersedak saat mendengar pertanyaan Aldino. Terlalu terkejut mendengar pertanyaan lelaki bermata kucing itu.

"H-hah?" Ucap Jaeden setelah tenggorokannya lebih baik.

"Lo pernah ngeliat adek gue jalan sama cowok lain nggak?" Ulang Aldino. Lelaki itu juga terkejut ketika Jaeden tersedak karena mendengar pertanyaannya. Ada yang salah kah?

"Nggak, Al nggak pernah jalan sama siapa-siapa. Dia sama gue atau Anne terus"

Tentu, semua yang diucapkan Jaeden adalah sebuah kebohongan. Ia tidak bisa berkata kalau Alicia dan Vian berpacaran. Jaeden yakin jika Aldino mendengar hal itu dari kedua belah bibirnya, kepalanya akan ditukar dengan Holly --anjing kesayangan lelaki berkulit pucat itu.

Sejak awal diminta untuk mengawasi Alicia, Aldino juga menyuruh Jaeden untuk menjauhkan adik kesayangannya dari Vian. Bisa dipastikan kebencian Aldino padanya kini berpindah pada lelaki pemilik senyum kotak itu. Dan Jaeden merasa sangat senang mengetahui hal itu.

Mereka berdua kemudian kembali terdiam. Hening, itu suasana saat ini.

Tiga tahun menghindari dan membenci presensi Jaeden, membuat Aldino sedikit canggung ingin berbicara dengan lelaki itu. Ia juga tidak tahu apa yang disukai oleh Jaeden.

"Ehm, bang. Mau ngajarin gue cara bikin lagu nggak?" Tanya Jaeden sedikit ragu. Ia bingung juga ingin membicarakan tentang apa. Karena kebetulan ia suka dan lumayan mendalami dunia musik, maka ia bertanya seperti itu pada Aldino.

Aldino menoleh ke arah Jaeden. Ia tidak tahu kalau Jaeden tertarik pada dunia musik.

"Lo bisa main alat musik?"

Jaeden mengangguk. "Gitar, piano, drum. Tapi kalo drum masih sedikit sih. Baru belajar dari beberapa minggu yang lalu" ucap Jaeden. Aldino mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ya udah kalo mau dateng ke studio gue aja. Gue lebih sering di sana sih daripada di rumah" ucap Aldino santai. Mata Jaeden pun berbinar.

"Beneran, bang?" Aldino terkekeh melihat wajah berseri Jaeden. Lalu lelaki itu mengangguk. Astaga, ia baru tahu kalau Jaeden yang biasanya terlihat sangar dengan otot besarnya itu bisa sangat menggemaskan seperti ini.

"Kalo lo bisa dan mahir main piano, gue bakal pake instrumen piano yang dimainin elo"

"Kebetulan gue lagi males main alat musik dan males nyari orang buat ngisi instrumen project kali ini" Aldino lalu menyesap ice americano yang menjadi kopi favoritnya sejak beberapa tahun lalu.

"Gue bisa, bang! Gue bakal jamin kalo permainan piano gue nggak kalah sama pemenang lomba piano internasional!" Ucap Jaeden semangat. Aldino kembali terkekeh geli.

Entah kenapa, ia merasa senang bisa melihat mata Jaeden yang berbinar antusias. Alicia tidak pernah seperti ini. Gadis itu lebih tertarik pada dance. Alicia memang beberapa kali menemaninya ketika di studio sih, tapi gadis itu tidak pernah mau ikut campur dan bertanya-tanya tentang musik.

Mantan || Lizkook [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang