16. Pernyataan Cinta Vian

2.2K 258 5
                                    

Alicia melirik Aldino yang berada di sebelahnya. Lelaki itu masih mendiaminya. Meskipun sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju kampus Alicia.

Alicia memilih untuk melihat pemandangan lewat jendela mobil. Setitik air mata terjun di pipinya, namun gadis itu segera mengusapnya kasar supaya Aldino tidak melihatnya.

Setelah sampai di kampus, Alicia menoleh ke arah Aldino. Lelaki itu hanya menatap lurus ke depan. Tidak ada lagi kecupan manis dari kakaknya, tidak ada lagi usakkan lembut di kepalanya. Lelaki bermata kucing itu bahkan sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Alicia mencoba untuk tersenyum, meski kini air matanya berlomba-lomba untuk terjun di pipinya.

"Al berangkat dulu ya, kak" Alicia kemudian mengecup pipi sebelah kiri Aldino. Itu memang sudah jadi kebiasaannya. Ia kemudian turun dari mobil Aldino dan berjalan menuju kelasnya.

Aldino menatap punggung kecil adiknya. Punggung itu sangat rapuh dan mudah hancur. Ia yang selalu menjaga punggung rapuh itu untuk selalu bertahan, ia yang selalu menjaga punggung itu agar tetap kokoh. Tapi kini, ia malah menyakiti punggung rapuh itu. Membuatnya kembali rapuh dan perlahan hancur berkeping-keping.

Aldino menghapus kasar air matanya. Ia sebenarnya tidak kuat untuk mendiami adik kesayangannya. Namun, hukuman tetaplah hukuman. Aldino mau Alicia menjauhi orang yang sudah menyakitinya.





~~~~~~~





Jeff melihat berkas-berkas lagu yang dibawa Aldino. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya, lagu buatan Aldino memang tidak pernah mengecewakan.

"Gak perlu di cek ulang juga gue tau semua yang lo tulis itu bagus. Karena gue tau kualitas lo" ucap Jeff sembari membereskan kertas-kertas yang ada di depannya. Lalu memberikan kertas itu pada Aldino.

Jeff menatap Aldino lekat-lekat. Bibir tipis lelaki itu sedikit pucat, kantung matanya pun sedikit membesar. Pasti ada masalah dengan sahabatnya itu.

"Kenapa lo, No?" Tanya Jeff. Aldino mengerutkan keningnya.

"Apanya yang kenapa?"



Ceklek!



Tiba-tiba, pintu ruangan Jeff terbuka. Disana, ada Jessie yang menyembulkan kepalanya. Lalu menyengir ketika melihat Aldino.

"Ehm, Jessie mau ke kantin dulu deh" ucapnya karena tidak ingin mengganggu dua sejoli itu.

"Eh, Jess. Sini aja masuk" kata Jeff. Jessie lalu memasuki ruangan kekasihnya. Ia meringis melihat tatapan dingin Aldino yang ditujukan untuknya.

"Gimana tadi? Lo kenapa? Sakit?" Tanya Jeff sembari duduk di sebelah Jessie. Kekasihnya itu membawa sekotak kue bolu rasa coklat, kue kesukaannya.

Jessie menundukkan kepalanya takut melihat wajah Aldino. Ia tidak berani menatap mata lelaki berkulit putih pucat itu.

"Nggak" jawab Aldino sekenanya.

"Tapi bibir lo pucet"

Aldino membasahi kedua bibirnya. Lalu menatap Jessie yang masih menundukkan kepalanya.

"Gue berantem sama Al. Coba aja kalo kemaren gak ada yang ngasih tau Al kalo Jaeden masuk rumah sakit, pasti nggak ada tuh kejadian kecup-kecupan" sarkas Aldino. Jessie semakin menundukkan kepalanya.

Jeff menghela nafasnya. Ia menaruh kembali potongan kue bolu yang hendak dimakannya. "No, lo itu terlalu keras. Gue udah bilang berkali-kali, mereka itu saling mencintai. Tolong kasih nafas Alicia. Biarin dia mengepakkan sayapnya, biarin dia terbang bebas dan menemukan pasangan terbaik menurutnya"

Mantan || Lizkook [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang