37. Hamil?

2.5K 255 12
                                    

Sudah sekitar lima bulan Alicia dan Jaeden membangun rumah tangga. Yuna ataupun Jessie sesekali datang dengan Yasmine dan Kenzo untuk menemani Alicia kala menunggu suaminya bekerja. Ia lebih sering berdiam diri dan melamun. Memang sih beberapa kali mengecek perkembangan anak didiknya di sekolah tari miliknya dan mengajari langsung anak-anak itu ngedance, tapi Jaeden melarangnya dan bilang tidak boleh terlalu sering untuk memforsir tenaganya dengan mengajari anak-anak ngedance. Bisa menghambat program kehamilan yang dijalani mereka, katanya.

Alicia menghela nafas lelah, lalu menolehkan kepalanya ketika bel rumahnya berbunyi. Dengan malas, ia bangkit dari duduknya dan melihat siapa yang datang.

"Kak Jess? Kak Yuna?!" Ekspresi Alicia berubah seratus delapan puluh derajat setelah melihat kedua kakak iparnya datang berkunjung. Ia kemudian mempersilahkan mereka berdua beserta anak-anaknya untuk masuk.

Setelah itu, Alicia menggendong tubuh anak laki-laki Jessie yang usianya masih tiga tahun. Gadis kecil yang lain tidak terima, katanya ingin digendong dan dikecup juga oleh Tante Alicia. Maka Alicia segera menurunkan Kenzo dari gendongannya, dan beralih menggendong si gadis kecil berkulit pucat itu --sangat mirip dengan ayahnya.

Kenzo menangis kencang beberapa detik setelah ia diturunkan. Katanya juga ingin digendong Tante Alicia.

Astaga. Alicia mendadak menyesal karena dulu mendekatkan diri pada kedua anak itu. Niatnya ingin belajar menjadi ibu yang baik dan benar sebelum menikah dan memiliki anak dengan Jaeden yang saat itu masih menjadi kekasihnya, namun ia tidak memikirkan imbas yang ia terima sekarang. Hah~

Jessie mengusulkan untuk menggendong anaknya dan anak Yuna secara bersamaan di tangan kanan dan kiri Alicia. Dan jadilah sekarang. Kedua buntalan menggemaskan itu sedang anteng duduk di pangkuannya dan memakan apel yang sudah dikupas dan dipotong kecil oleh Yuna. Sedangkan Jessie bersiap untuk memasak makan siang.

"Sayang...." Tiba-tiba, suara berat seorang laki-laki dewasa menarik atensi Alicia, Yuna, dan kedua buntalan menggemaskan yang sedang asyik menikmati apel itu.

"Kamu ngeliat berkas yang aku taro di atas kasur nggak?" Lelaki itu --yang tidak lain dan tidak bukan adalah Jaeden, menatap Alicia dengan nafas memburu dan pandangan gusar.

Alicia menganggukkan kepalanya. Ia kemudian menunjuk berkas itu menggunakan dagunya ke arah meja makan. "Itu. Kamu mah kebiasaan, dasar pikun. Belum punya anak masa udah pikun" ucap Alicia. Yuna terkekeh sembari mengupas kulit apel.

Gadis cilik yang berada di pangkuan wanita itu menggoyangkan tangannya pelan. "Tante, emang pikun itu apa?" Tanya Yasmine polos. Alicia tidak menjawab, ia fokus memperhatikan suaminya yang melangkah ke arahnya.

"Aku berangkat lagi, ya..." Jaeden sedikit membungkukkan tubuhnya untuk bisa menjangkau dahi Alicia untuk dikecup karena wanita itu sedang duduk di sofa dengan dua buntalan menggemaskan di pangkuannya.

"Iya, hati-hati" Jaeden mengecup pelipis Alicia, pipi, dan kemudian--


Plakk


Sebuah tangan kecil mendarat mulus di bibirnya. Jaeden meringis dan menatap sengit keponakannya.

"Ndak boyeh cium-cium Tante Cia! Tante Cia puna athuu!!" Ucap Kenzo dengan ucapannya yang masih terdengar sedikit tidak lancar. Lelaki kecil itu kemudian memeluk tubuh Alicia, yang diikuti oleh Yasmine juga. Setuju dengan ucapan temannya.

"Apasih, ngomong masih belepotan aja udah nge-claim punya Om. Awas-awas, Om mau cium istri Om" Jaeden kembali mendekatkan wajahnya pada wajah Alicia untuk mencium bibir istrinya. Tentu saja kedua buntalan itu tidak akan membiarkannya. Mereka kembali memukul mulut Jaeden, juga bonus tamparan di kedua pipinya.

Mantan || Lizkook [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang