19. Membebaskan

1.9K 277 4
                                    

Aldino berlari menuju ruangan UGD setelah mendapat kabar kalau adiknya mimisan dan pingsan. Lelaki itu menemukan Jaeden yang sedang menunggu Alicia di kursi yang disediakan didepan pintu ruang UGD.

"Gimana kondisi Al?" Ucap Aldino yang membuat Jaeden sedikit terjingkat. Lelaki bergigi kelinci itu menolehkan kepalanya kesana-kemari, lalu menunjuk dirinya dengan telunjuknya sendiri. Seakan bertanya apakah dia yang ditanya oleh Aldino.

Aldino merotasikan bola matanya, lalu mengangguk malas. Bulir-bulir keringat mengalir dari dahinya.

Baru saja Jaeden ingin membuka mulut, dokter yang menangani Alicia keluar dari ruangan UGD. Aldino segera menghampiri dokter yang ternyata adalah dokter pribadi keluarganya.

"G-gimana keadaan Al?" Tanya Aldino. Dokter itu menghela nafasnya.

"Al pingsan karena kecapekan. Dia terlalu memforsir tenaganya akhir-akhir ini" ucap dokter yang ber-nametag Yuna Kim itu.

"Apa yang dia lakukan selama beberapa bulan ini sampai tumbang?" Tanya dokter Yuna. Aldino hanya diam. Sejujurnya, ia tidak terlalu tahu tentang kegiatan apa saja yang dilakukan adiknya selama di kampus. Karena dia sendiri pun sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang produser musik.

"Kita banyak praktek, dok. Kadang begadang juga di kampus buat latihan untuk jadi dokter nanti" Jaeden yang menjawab pertanyaan dokter itu. Dokter Yuna menaruh atensinya pada Jaeden.

"Saya temen sekelasnya, dok. Kita kuliah di jurusan kedokteran" dokter Yuna menghela nafas kasar mendengar ucapan Jaeden. Lalu, pandangannya kembali lagi ke arah Aldino.

"No, kamu tahu kalau kuliah kedokteran itu berat?" Tanya dokter Yuna. Aldino mengangguk dan menundukkan kepalanya.

"Kenapa nggak dilarang? Kenapa dibiarin gitu aja? Kamu bukannya overprotektif ya jika menyangkut masalah Al?" Aldino memejamkan matanya erat. Kedua matanya mengeluarkan setetes air mata. Ia kemudian mengangkat kepalanya, membiarkan Jaeden dan dokter Yuna melihat betapa rapuhnya dia.

"Aku udah larang dia, cuma dia ngambek dan ngurung diri di kamar selama seminggu, tanpa makan dan minum. Aku harus ngapain lagi selain bilang 'iya' ke Al?"

"Kalo aku semakin larang dia, semakin lama juga dia ngurung diri. Aku gak mau dia semakin nyakitin dirinya sendiri" Aldino kembali menundukkan kepalanya dan menangis tanpa suara. Jaeden mengangkat sebelah tangannya dan mengelus punggung Aldino.

Untuk masalah ketidaksukaan Aldino terhadapnya, dipikirkan nanti saja 'lah. Yang penting lelaki itu tenang dulu.

Dokter Yuna menatap Aldino dengan pandangan sedikit merasa bersalah. Tidak seharusnya ia mencecar Aldino dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Ia lupa bahwa Alicia gadis yang keras kepala dan kekeh pada pendiriannya. Sama seperti kakak laki-lakinya.

Dokter Yuna kemudian menghela nafasnya. Ia menepuk pundak Aldino sebanyak dua kali dan berkata, "setelah ini paksa Al buat pindah jurusan. Daya tahan tubuhnya lemah, dia nggak bisa terus-terusan begini"





~~~~~~~





Aldino menggenggam tangan Alicia sembari mengucapkan kata maaf berkali-kali. Mata dan hidungnya memerah, pipinya sudah basah oleh air mata.

"Al.... kakak minta maaf, ya? Kakak janji gak bakal larang-larang Al lagi. Kakak janji gak bakal marah sama Al lagi" ucap Aldino untuk yang kesekian kalinya.

Jaeden menatap sedih pemandangan yang ada didepannya. Ia menghela nafasnya, lalu berniat untuk keluar karena tidak ingin mengganggu mereka. Namun baru beberapa langkah ia berjalan, Aldino mencekal tangannya.

Mantan || Lizkook [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang