23. Cocktail

1.7K 203 13
                                    

Tatapan Jaeden tidak lepas dari presensi Alicia. Meskipun ia beberapa meter jauh dari tempat dimana Alicia berada, namun mata tajamnya terus mengikuti pergerakan gadis itu.

Ucapan Jaeden untuk menemui Yeri adalah bohong. Gadis bernama Yeri itu memang menyukainya, tapi ia sudah menolak ajakan Yeri untuk berkencan ketika gadis itu mengungkapkan perasaannya dua hari yang lalu. Lelaki itu terlalu sibuk memperhatikan Alicia yang bahkan sama sekali tidak melirik kearahnya.

Jaeden bangkit dari duduknya ketika Vian membawa pergi Alicia. Namun langkahnya terhalang karena tiba-tiba sekitar lima gadis yang mulai mabuk mengelilingi dirinya. Ia berusaha keluar dari lingkaran gadis-gadis itu namun mereka berusaha menyentuh tubuhnya.

Jaeden berdecak kesal. Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari Alicia. Namun nihil, gadis itu sudah dibawa pergi oleh Vian.

"Oh, shit! Go away, bitch!" Jaeden kemudian mendorong gadis-gadis yang mengelilinginya. Ia berlari keluar dan mencari Alicia, semoga saja Vian dan Alicia masih belum terlalu jauh.

Jaeden mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Ia mencari Alicia ke seluruh tempat yang ia ketahui. Namun lagi-lagi nihil, Jaeden tidak mendapatkan apa-apa.

Akhirnya, laki-laki itu menyerah. Ia pulang dengan keadaan berantakan. Masker matanya hilang entah kemana. Rambut yang tadinya rapih kini sudah tidak berbentuk lagi.

"Astaga!!" Tante Karin terkejut ketika melihat Jaeden ada di depan pintu apartemen dengan penampilan yang mengerikan. Wanita itu akan menginap di apartemen Jaeden setelah sebelumnya mengunjungi kerabat-kerabatnya selama beberapa bulan kemarin. Ia akan kembali ke Swiss dua minggu ke depan.

"Oh my god. What's wrong, boy?" Kevin --suami Tante Karin, pun ikut terkejut ketika Jaeden memasuki ruang tamu. Penampilannya benar-benar membuat orang seisi rumah terkejut. Wajahnya memang se-mengerikan itu.

Jaeden menghela nafas panjang. Ia duduk disebelah ayah angkatnya, lalu menatap kosong televisi yang ada didepannya.

"Kamu kenapa, dek?" Tante Karin menaruh segelas kopi untuk suaminya. Ia duduk di sofa single yang ada di sebelah Jaeden.

"Tante....... Alicia dibawa orang" ucap Jaeden lemah, seolah jiwanya ikut dibawa oleh Alicia yang menghilang.

"Dibawa orang gimana?"

"Nggak tau ah! Pokoknya Al dibawa orang!" Jaeden mengacak-acak rambutnya lalu pergi ke kamarnya. Tante Karin menautkan kedua alisnya bingung.

"Aneh" Tante Karin menggelengkan kepalanya. Kevin menatapnya tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.



[Teks miring berarti si tokoh sedang berbicara bahasa asing]



"Apa yang dia katakan? Dia kelihatan frustasi"

"Aku juga tidak tahu. Anak itu memang aneh" Kevin hanya menatap pintu kamar Jaeden yang tertutup.





Jaeden sudah berganti baju dengan pakaian yang lebih santai. Ia menggosok-gosok kepalanya yang basah karena habis mandi. Kepalanya ingin meledak karena terus memikirkan Alicia. Makanya ia mengguyur kepala beserta tubuhnya dengan air hangat, berharap agar dirinya bisa lebih rileks.

Ponsel Jaeden terus bergetar. Banyak pesan masuk ke ponselnya. Ia memeriksa ponselnya dan puluhan panggilan tak terjawab dari Eunwoo, serta puluhan pesan belum terbaca dari Una.



Sorry Na gue pulang duluan, ada urusan mendadak.
Send.



Jaeden kemudian melempar ponselnya ke ranjang setelah mengirim pesan pada Una. Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang, kepalanya tidak berhenti untuk memikirkan Alicia. Kemana gadis itu dibawa oleh rivalnya, dan bagaimana keadaan gadis itu.





~~~~~~~





"Kak, gue pengen pulang" Alicia sedari tadi bergerak tak nyaman di ranjang hotel yang dipesan oleh Vian.

Ya, Vian membawanya ke sebuah hotel bintang lima yang sedikit jauh dari rumah Una.

"Diem, sayang. Jangan gerak-gerak, nanti ada yang bangun" ucap Vian. Lelaki itu sedang memainkan ponselnya.

Alicia mengerutkan keningnya, tidak mengerti apa maksud dari ucapan Vian. Namun beberapa detik kemudian ia mengerti apa maksud dari lelaki itu. Ia meneguk salivanya kasar.

Beberapa menit kemudian, seorang staff hotel membawakan dua gelas cocktail dengan daun mint diatasnya. Ia memberikan itu pada Vian.

"Silahkan dinikmati minumannya. Ini adalah minuman terbaik dari hotel kami"

"Ya, terimakasih" staff hotel itu mengangguk dan kemudian keluar dari kamar Vian dan Alicia.

Alicia sedikit berlari kecil menuju kamar mandi karena tidak tahan ingin buang air kecil. Disaat gadis itu berada di dalam kamar mandi, Vian memasukkan sebuah bubuk yang dibungkus dengan kertas ke dalam salah satu minuman itu.

"Ini akan menjadi malam yang luar biasa, sayang" Vian menyeringai sembari mengaduk minuman Alicia agar bubuk itu tercampur rata di minuman gadis itu.

Alicia keluar dari kamar mandi dengan perasaan lega. Vian memberikan segelas cocktail pada Alicia.

Alicia sebenarnya tidak suka minum-minuman alkohol seperti itu. Karena selama ini Aldino melarangnya. Paling jauh ia hanya meminum sekaleng bir dengan kandungan lima persen alkohol dan minuman bersoda lainnya.

"Cheers?" Vian mengangkat gelasnya. Alicia membenturkan gelasnya pada gelas Vian.

"Cheers" balas Alicia. Alicia sedikit mencicipi minuman itu. Ouh, rasanya terlalu kuat. Tapi ia menyukainya.

Vian dan Alicia saling diam. Hanya ada suara air conditioner yang memenuhi ruangan itu. Alicia memang tidak berniat untuk mengeluarkan suaranya, dan Vian yang sedang menunggu sesuatu.



"One...."



"Two...."



"Three...."



"This is the time!"



Alicia mulai bergeliat tak nyaman. Kepalanya mulai terasa berat. Ia kemudian mengipasi dirinya sendiri. Entah kenapa, ruangan itu terasa sangat panas. Ia mendongakkan kepalanya, air conditioner nya masih berfungsi.

"Ssshhh, panas" keluh Alicia. Ia masih mengipasi dirinya menggunakan tangannya.

Ia baru ingat satu hal. Alicia menatap gelas cocktail miliknya yang kosong. Ini.....



Minumannya sudah diberi obat perangsang.



Gadis itu menatap Vian yang kini tersenyum evil. Tangan besar laki-laki itu mendarat di paha mulusnya dan memberikan sebuah sentuhan sensual. Ugh, menyebalkan!

Alicia memejamkan matanya, menikmati sentuhan Vian. Ia kemudian membuka matanya, dan menarik kerah kemeja yang dipakai Vian lalu menyatukan dua belah bibir mereka.

Alicia tidak bisa menahannya. Ini benar-benar menyiksa dirinya.

Vian kembali menyeringai di sela-sela panggutan panas mereka. Ia membalas lumatan Alicia tidak kalah ganasnya. Akhirnya, semua yang ia inginkan terwujud. Dan,



Vian pun melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan, tanpa perlawanan dari Alicia.





~~~~~~~
Bersambung~

Ciyeeee yang esmosi, papale papale💃🏻💃🏻

*Jangan timpuk aku*

Jangan lupa vote komennya~

Papay~

-Ra🐣

Mantan || Lizkook [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang