Alicia sedang memperhatikan jalan yang ada di depannya. Sebenarnya, gadis itu belum boleh pulang sebelum cairan infusnya habis. Namun ia merengek meminta pulang dan mengancam tidak akan makan kalau tidak pulang. Ia tidak betah berada di ruangan dengan bau obat yang menyeruak itu.
Aldino memperhatikan Alicia yang wajahnya masih sedikit pucat. Kata dokter, Alicia harus bedrest selama beberapa hari. Supaya gadis berponi itu tidak tumbang lagi.
Aldino kemudian berdehem. Lalu mengudarakan suaranya.
"Al.... pindah jurusan, ya?" Tanya Aldino takut-takut. Ia tidak tahu kenapa dulu Alicia begitu keras kepala ingin kuliah di jurusan kedokteran.
"Aku kan udah bilang, aku cuma pengen kuliah kedokteran" ucap Alicia. Moodnya tiba-tiba turun drastis karena Aldino kembali membahas jurusan kuliahnya. Padahal mereka sepakat untuk tidak membahas hal itu lagi setelah Alicia masuk kuliah.
"Tapi kata Dokter Yuna kamu harus pindah jurusan. Kalo nggak, bisa fatal akibatnya. Kamu bisa ngalamin hal yang lebih dari ini" Alicia menekan pipi dalamnya menggunakan lidah.
"Tapi kita udah sepakat untuk gak bahas ini lagi. Udah deal dari setahun yang lalu" ucap Alicia. Ia bahkan sama sekali tidak menolehkan kepalanya ke arah kakaknya.
Aldino menghela nafasnya. Ia tidak bisa membujuk Alicia lebih banyak lagi. Karena ia sudah berjanji untuk tidak menyinggung masalah perkuliahan Alicia.
"Kamu yakin kuat sampe tahun ke empat?"
Alicia menganggukkan kepalanya. Ia yakin sekali kalau dirinya bisa menaklukkan semua tantangan yang ada didepannya.
Tidak ada yang Aldino bisa lakukan selain menghela nafas panjang, dan mengelus rambut pirang adiknya. Gadis itu mengganti warna rambutnya beberapa hari yang lalu.
~~~~~~~
Pagi ini, Alicia sudah kembali menjalani aktivitasnya. Bangun pagi, mandi, dan bersiap untuk pergi ke kampus.
Gadis itu sudah bangun dari jam empat subuh untuk meminta izin pada kakak dan kedua orangtuanya. Karena tahu Dokter Yuna menyuruhnya untuk bedrest selama beberapa hari, mereka pun pasti tidak mengijinkan Alicia untuk berangkat kuliah. Butuh waktu dua jam untuk meyakinkan ketiga orang itu bahwa dirinya sudah baik-baik saja.
Saat menuruni tangga, ia menautkan kedua alisnya ketika melihat anggota keluarganya bertambah satu di meja makan.
"Itu siapa?" Tanya Alicia.
"Yang mana?" Sahut Aldino.
Kok malah nanya balik.
"Itu-- Jaeden kenapa disini?"
Alicia mendudukkan dirinya di kursi diantara Aldino dan Jaeden. Citra menaruh roti panggang dengan selai coklat ke dalam piring gadis itu.
"Mulai sekarang, Jaeden bakal jadi supir anter-jemput kamu ke kampus" ucap Aldino, kemudian menggigit roti panggang dengan selai blueberry kesukaannya.
"Tapi kita kan punya Pak Rahmat" ucap Alicia. Bukannya tidak mau, tapi ia tidak ingin banyak merepotkan Jaeden. Apalagi arah jalan ke rumah mereka berlawanan.
"Jaeden nya aja nggak masalah 'kok" Alicia menoleh ke arah Jaeden. Lelaki itu tersenyum manis dan mengangguk.
Alicia akhirnya pasrah dengan apa yang diperintahkan oleh Aldino. Ia kemudian memakan rotinya dengan tidak berselera.
Citra menggelengkan kepalanya. Aldino itu persis sekali seperti papanya. Ia tahu kalau Aldino ada maksud tersembunyi dibalik keputusannya untuk meminta bantuan pada Jaeden. Lelaki itu ingin memantau Alicia lewat Jaeden. Sebenarnya bisa saja lelaki itu memantau langsung kegiatan gadis itu selama di kampusnya. Tapi Aldino tidak ingin Alicia menanggung malu akibat perbuatannya. Lagipula, masih banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan || Lizkook [END]✓
Hayran KurguJaeden dan Alicia, dua anak manusia yang egois dan gengsi untuk mengakui perasaan mereka sendiri kalau sebenarnya mereka masih saling mencintai. Hanya karena status 'mantan' yang hadir diantara kedua presensi itu. Started : June 1, 2021 Finished :...