26. Pulang

1.5K 204 6
                                    

Jaeden masuk ke kamarnya yang ditempati oleh Alicia, berniat membangunkan gadis itu untuk sarapan bersama.

"Al, bangun yuk. Sarapan dulu" Jaeden menepuk-nepuk pipi Alicia. Gadis itu hanya berdehem.

"Al, ayo bangun" Alicia akhirnya berusaha membuka matanya, meskipun matanya lengket seperti ada yang memberikan lem di sana.

Alicia meregangkan tubuhnya dan mendudukkan dirinya. Ia menyibak selimut yang dipakainya, lalu menghadap ke arah pintu untuk keluar dari sana.

"A-Al, i-itu...." Alicia mengerutkan keningnya dan kemudian menatap sprei yang terpasang di ranjang Jaeden. Wajahnya perlahan memerah, malu karena ada bercak darah di sana.



Ia kedatangan tamu bulanan.



Alicia meminjam ponsel milik Jaeden untuk melihat tanggal hari ini. Ia menghela nafasnya, hari ini tepat hari pertamanya ia kedatangan tamu. Lalu ia menatap Jaeden dengan pipi dan telinga yang kelewat merah.

"T-tolong beliin aku pembalut" ucapnya dengan banyak umpatan di dalam hatinya. Sial, sial, sial! Alicia benar-benar malu sekarang.

Jaeden mengangguk kaku. Ia sendiri juga tidak tahu harus bagaimana. Karena ini pertama kalinya ia melihat seorang wanita kedatangan tamu bulanannya secara langsung. Di kamarnya pula'.

Lelaki itu kemudian keluar dari kamarnya untuk membeli apa yang Alicia minta. Setelah Jaeden pergi, Alicia memukuli kepalanya.

"Duh, goblok, goblok, goblok! Kenapa harus dapet disini sih?!" Alicia menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.

Kesal? Iya. Malu? Jangan ditanya lagi. Rasanya Alicia ingin pergi ke dasar laut Palung Mariana agar dirinya hancur karena tekanan yang ada didalam laut itu.

Tapi, Alicia menjadi sedikit tenang setelah mengetahui hal itu. Itu artinya, ia tidak akan pernah mengandung anak dari Vian, lelaki yang dengan brengseknya mengambil keperawanannya dan pergi meninggalkannya begitu saja.

"A-Al, i-ini pembalut punya Tante Karin. Dipake aja" Jaeden menyodorkan benda khusus wanita itu ke arah Alicia tanpa menatap gadis itu. Ia tahu kalau Alicia pasti malu aibnya diketahui oleh laki-laki.

"Iya, makasih ya" Jaeden mengangguk samar.

"Nanti langsung ke meja makan aja, ya. Tante Karin udah nyiapin sarapan" lelaki itu langsung keluar dari kamarnya tanpa menunggu jawaban dari Alicia. Ia tidak kuat karena baru pertama kalinya melihat seorang wanita mendapatkan tamu bulanannya secara live.





~~~~~~~





"Udah siap?" Tanya Jaeden setelah Alicia memakai sabuk pengamannya. Alicia menghirup udara yang ada disekitarnya. Lalu mengangguk pelan.

Jantungnya berdegup kencang sedari tadi. Mau tidak mau, Alicia harus pulang sekarang. Karena Aldino terus menelepon Jaeden dan menanyakan keadaannya. Ia siap.... jika harus dicoret dari kartu keluarga.

Setelah empat puluh lima menit perjalanan, Jaeden sampai di rumah mewah Alicia. Lelaki itu memberhentikan mobilnya di depan pintu rumah Alicia, membiarkan gadis itu keluar terlebih dahulu sebelum ia memarkirkan mobilnya di parkiran yang ada di rumah itu.

"Ayo turun, Al" Alicia menggeleng pelan.

"A-aku takut" gadis itu memainkan jarinya yang basah karena keringat. Jaeden menggenggam tangan Alicia. Basah dan dingin, gadis berponi itu benar-benar gugup.

"Aku yakin semuanya baik-baik aja, Al. Lagipula semuanya bukan salah kamu. Aku siap jadi tameng kamu ketika kamu disalahkan nanti"

"Maaf, karena pas hari itu aku berada jauh dari kamu. Seharusnya aku ada lima sentimeter disebelah kamu, seperti yang udah dititipkan sama bang Dino" ucap Jaeden, merasa bersalah. Alicia menggeleng.

Mantan || Lizkook [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang