27. Aldino Dan Dokter Yuna

1.5K 200 3
                                    

Aldino mendudukkan Alicia di ranjang milik gadis itu. Kamar itu penuh dengan poster dan barang-barang yang berhubungan dengan idola adiknya.

Ia berjongkok di depan Alicia, menatap sedih wajah kuyu adiknya. Kantung mata gadis itu sedikit membesar dan menghitam. Aldino tidak tahu apa yang menimpa adiknya hingga menginap di rumah Jaeden, tapi ia yakin kalau itu masalah besar.

"Alicia, ada yang mau diceritakan?" Tanya Aldino lembut. Ia mengelus tangan adiknya yang dingin.

Alicia menatap Aldino yang sedang tersenyum lembut dan mengelus punggung tangannya. Ia menunduk sebentar, lalu mengangkat wajahnya. Gadis itu tersenyum dan menggeleng.

"I'm okay" Aldino mengangguk. Meskipun sebenarnya ia yakin bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Biasanya, ia akan terus menekan Alicia untuk bercerita. Tapi sekarang, ia ingin Alicia bercerita sendiri, tanpa paksaan darinya. Ia sadar bahwa selama ini dirinya sudah terlalu menekan adiknya.

"Al mau apa? Mau seblak? Bakso?" Tanya Aldino. Ia hanya ingin melihat lagi senyum manis adiknya lewat makanan-makanan itu, meskipun hanya sebentar.

Alicia tidak tahu apa maksud Aldino yang menawarinya makanan. Tapi ia menggeleng kecil.

"Nggak. Al nggak mau apa-apa" ucap Alicia.

Alicia sedikit menggigit bibir bawahnya dan menatap Aldino. Ia merasa bersalah sekali pada laki-laki yang sudah menjaganya selama belasan tahun itu. Karena kini, Alicia sudah bukan gadis lagi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi lelaki berkulit pucat itu jika mengetahui faktanya.

"Kak, Al minta maaf" Aldino mengangkat sebelah alisnya.

"Emang kenapa? Karena nggak pulang selama dua hari?" Alicia hanya menganggukkan kepalanya. Karena ia tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya.

"Gapapa, kakak juga baru pulang sekarang kok. Dari tiga hari yang lalu di studio terus" ucap Aldino. Ia membangkitkan dirinya dan duduk di sebelah Alicia.

"Tapi..... kalo suatu saat Al ngelakuin kesalahan besar, kakak masih anggap Al adek 'kan?" Tanya Alicia, sedikit ragu. Aldino mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti kenapa Alicia menanyakan hal itu secara tiba-tiba.

"Iya, mungkin?" Alicia tersenyum tipis. Setidaknya ia sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Meskipun mungkin nanti Aldino tidak menepati janjinya.

Itu bukan janji, karena tidak ada perjanjian yang terucap dari kedua belah bibir mereka.

"Mau peluk~" ucap Alicia manja. Aldino terkekeh dan menyuruh gadis itu untuk berbaring.

Aldino membaringkan dirinya di sebelah Alicia. Gadis itu segera memeluk tubuh kakaknya dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang sang kakak. Selama hampir dua bulan terakhir, mereka jarang bertemu. Mereka bertemu hanya ketika sarapan bersama saja. Malamnya, Aldino akan sampai di rumah jam satu malam atau bahkan tidak pulang. Ketika lelaki itu pulang, Alicia sudah tertidur pulas.

Alicia menghirup dalam-dalam aroma Citrus dari parfum yang biasa dipakai Aldino. Rasanya sudah lama sekali tidak mencium aroma itu. Alicia merindukannya.

Aldino mengelus kepala Alicia lembut. Ia membiarkan Alicia bermanja-manja padanya.

Suara dengkuran halus dari Alicia terdengar setelah beberapa menit hening. Aldino terkekeh gemas dan mencium beberapa kali puncak kepala adik kesayangannya.



Drrrttt....



Aldino mengambil ponselnya yang berdering dari sakunya. Ia kemudian melihat siapa yang menghubunginya.



Mantan || Lizkook [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang