Chapter 21

10.2K 516 30
                                    

Alexandre melihat jam di pergelangan tangannya. Waktu istirahat siang sudah selesai beberapa menit yang lalu tetapi Rhea belum juga kembali. Ia menghubunginya puluhan kali tetapi tetapi tidak diangkat. Ia mengirim pesan tetapi juga tidak ada balasan. Alexandre mulai frustasi, dari tadi ia hanya mondar-mandir di ruangannya sambil memegang kepalanya yang pusing.

Sementara disebuah kafe, tepatnya dimeja paling pojok, Rhea dan teman-temannya sedang membereskan kertas-kertas yang berceceran diatas meja.

Kemudian mereka keluar kafe menuju parkiran. Tadi mereka menumpang mobil salah satu senior dari divisi desain.

Mereka sampai kantor sekitar pukul 3 sore dan berpisah di divisi masing-masing. Rhea dan Bella kemudian membuat laporan dan menyerahkannya kepada Andi untuk dikoreksi.

Rhea duduk didepan komputernya. Mengecek email dan lain-lain. Lalu mengecek ponselnya. Ia terbelalak ketika melihat 74 missed calls dan 9 pesan dari orang yang sama. Ia ingin menelepon kekasihnya itu, tapi ia urungkan. Akhirnya Rhea meminta ijin keluar sebentar.

Rhea naik eskalator ke lantai empat. Dadanya berdegup kencang takut kekasihnya marah.

Setelah menyapa sekretarisnya didepan ruangan, Rhea diperbolehkan masuk. Ia membuka pintu dan terkejut karena Alexandre sudah berada didepannya.

Tatapan matanya yang tajam siap menerkam Rhea.

Rhea memasang senyum manis agar kekasihnya tidak marah dan kesal lagi padanya.

Tapi ternyata tidak mempan. Mata itu semakin tajam menatapnya seperti mata elang membidik mangsanya. Tangannya terkepal dan rahangnya menegang.

Rhea menjadi takut dengannya, kemudian ia mendekat dan memeluk pinggang ramping kekasihnya.
"Maas... Jangan marah dooong. Aku ga buka hape sama sekali tadi. Fokus sama proyek. Maaf yaa."

"Fokus sama proyek apa fokus sama yang lain?" tanya Alexandre masih kesal karena diabaikan.

Rhea terdiam. Perlahan ia menitikkan air mata. "Mas ga percaya sama aku?"

Alexandre segera menyadari kesalahannya. Ia lepaskan pelukan Rhea. "Mas cuma khawatir, Sayang. Maaf ya." katanya.

Rhea menundukkan kepalanya karena ia tidak mau Alexandre melihat air matanya. Tapi perlahan Alexandre memegang dagu Rhea dan mendongakkannya.
"Kenapa, Sayang? Jangan nangis, Please. Mas minta maaf."
Lalu Alexandre memeluknya erat.
Ya Tuhan, ia telah membuat kekasihnya menangis.

Alexandre mengelus punggung Rhea, berusaha menenangkannya.
"Maaf, Sayang. Mas percaya sama kamu."

"Iya, Mas. Aku juga minta maaf ya."

"Udah ya.. Jangan nangis lagi." kata Alexandre sambil mengusap air mata Rhea.

"Tapi air mataku ga mau berhentiii..." kata Rhea sambil tertawa. Lalu Alexandre mencium pipinya.

Blush!
Pipi Rhea kembali memerah.

"Nah kan. Udah berhenti air matanya." kata Alexandre tersenyum.

Rhea mencubit pelan pinggangnya. Alexandre tertawa kemudian mengajaknya duduk disofa.

"Mas... Bajumu basah."
Alexandre melihat kemejanya yang sedikit basah terkena air mata Rhea.

"Nanti kering sendiri." katanya sambil terus menatap kekasihnya yang masih memerah pipinya.

Alexandre menghela napasnya. Rhea menatapnya kemudian bertanya, "Masih kesel ya?"

Alexandre mengangguk. "Tadi aku berlima, Mas. Ga cuma berdua sama Daniel."

Alexandre mengangguk lagi. Rhea menghela napas. "Aku balik aja ya kalo kamu masih kesel."

Mantan Sang CEO (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang