Chapter 35

7K 346 43
                                    

Alexandre sedang termenung di ruangannya ketika William masuk.
"Mas Andre, aku minta ganti sekretaris." ucapnya bersungut-sungut.

Alexandre berdecak, "Ck!  Mbok pikir cari sekretaris itu gampang." jawabnya malas.

"Ga cocok aku Mas sama dia. Kecepetan kerjanya. Baru aja aku duduk, ehhh dikasih kerjaan lain."

Alexandre menatap horor adiknya. Ia melempar bolpen kearah William.
"Kamu brarti yang lelet. Sekretarismu bener!"

"Kalo kamu lelet, ya ga maju-maju ini perusahaan papa, Will. Koplak!" katanya sambil menjitak kepala William lalu keluar ruangan.

William semakin bersungut-sungut sambil mengelus kepalanya yang dijitak kakaknya.

Alexandre baru saja selesai mandi ketika William masuk rumahnya. Saat ini William menempati kamar orangtuanya disebelah kamar Alexandre di lantai lima gedung KL Creative.

"Kalo disini jam 7 malem, di Washington jam berapa, Will?" tanya Alexandre pada adiknya.

"Ya pokok selisih 14 jam." jawab William.

Alexandre lalu mengambil ponsel dikantong celananya kemudian mencari kontak Rio.

Sejenak kemudian ia menempelkan ponselnya ditelinga. Ia mendesah lega ketika ada nada dering disana.

Alexandre berdecak kesal ketika Rio tidak mengangkat teleponnya. Lalu mereka berdua keluar mengetuk pintu kamar Roby mengajaknya untuk membeli makan malam.

Sesampainya diwarung makan, Alexandre kembali menghubungi Rio. Tapi sepertinya temannya itu masih tidur sehingga tidak mendengar suara  dering ponselnya.

"Rio jam segini masih molor." gerutunya.

"Ngapain telpon Rio?" tanya Roby sambil melihat-lihat buku menu.

"Tadi jam 3 sore ada telpon masuk dari nomer Rio, tapi ternyata itu Rhea, Rob." terang Alexandre.

Roby membulatkan matanya, "Rhea? Pacarmu?"

Alexandre tak menanggapinya, ia terus menatap layar ponsel itu.

"Rhea pacarmu yang bikin kamu susah?" tanya William cuek.

Alexandre menatapnya tajam. "Ati-ati kalo ngomong! Rhea ga pernah bikin aku susah! Kamu ga tau apa-apa mending diem!" marah Alexandre.

"Rhea ngomong apa, Lex?" tanya Roby.

"Cuma nangis sama minta maaf."

Alexandre kembali menempelkan ponsel ke telinganya.
"Halo." akhirnya Rio menjawab teleponnya.

"Wooo kebo! Ditelponin dari tadi ga diangkat!" seru Alexandre.

Rio menguap sebentar kemudian berkata, "Heh bro, aku semalem itu tidur jam 2 pagi. Rhea minta ditemenin. Ada apa hoi?"

"Berapa nomer hape Rhea?" tanya Alexandre.

"Rhea ga pegang hape bro. Selama dua tahun disini dia ga pernah main hape."

"Yowes kasi hapemu ke Rhea cepetan."

Rio mendengus kesal karena tidurnya terganggu. Ia berjalan keluar kamar menuju kamar adiknya. Dan ternyata adiknya itu juga masih tidur nyenyak.

"Rhea-nya tidur." kata Rio kembali menguap lebar.

Karena ada suara didekatnya, Rhea menggeliat sebentar kemudian membuka matanya pelan. Kemudian Rio menyodorkan hapenya dan pergi kembali ke kamarnya.

Rhea melihatnya bengong. Lalu menempelkan ponsel itu ketelinganya.

"Halo." sapanya dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

Mantan Sang CEO (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang