Chapter 19

10.4K 528 33
                                    

Nindy sudah mengangkat tangannya akan menampar Rhea tetapi Rio dengan cekatan menahannya. Ia menghela napasnya. "Rhea... Jangan gitu adekku sayang."

Nindy seketika menoleh pada Rio.
"Adek? Rhea adekmu?"

Rhea dan Rio mengangguk bersamaan. Nindy dan sekretaris itu sama-sama menghembuskan napas lega. Hilang satu saingan, batinnya.
Ya, sekretaris yang bernama Hani itu telah sejak lama menyukai Rio. Tetapi ia tidak berani mengatakannya. Biarlah ia menjadi secret admirer -nya.

Tetapi ketika ada perempuan yang hampir selalu mendatangi bossnya itu, ia menjadi merasa terganggu.
Meskipun ada beberapa perempuan yang datang mencari Rio, tetapi ia selalu menolak untuk bertemu dengan alasan sibuk. Dan Hani dengan senang hati menghalau perempuan-perempuan genit yang datang mencari boss tampannya itu.

"Han, saya mau keluar sebentar." kata Rio pada Hani.

"Iya, Pak."

*

"Kamu kok ga bilang sih kalo Rio kakakmu?" tanya Nindy pada Rhea setelah Rhea memberitahu kakaknya bahwa Nindy adalah sahabatnya waktu SMA.

"Aku aja baru ketemu kamu hari ini, Nin." jawab Rhea sembari memberikan buku menu kembali pada pelayan restoran. "Trus tadi iseng aja mau ngerjain kamu." lanjutnya yang langsung mendapat pukulan pelan dilengannya.

Nindy mulai menceritakan awal mula ia dan Rio berkenalan dan menjalin hubungan spesial. Ia memberitahu Rhea bahwa tidak mudah mendapatkan kakaknya itu. Ia harus bersaing dengan banyak perempuan genit yang membuatnya muak. Rio hanya tersenyum mendengar penuturan kekasihnya itu. Dan mereka sama sekali tidak membahas tentang perseteruan mereka semasa SMA.

Jam menunjukkan pukul 4:00 sore ketika mereka kembali ke kantor. Rhea pamit pulang duluan pada kakak dan sahabatnya itu.

"Hati-hati, Dek. Jangan ngebut!" perintah Rio. Rhea hanya menjawab dengan leletan lidahnya kemudian mulai menjalankan mobilnya keluar gedung.

Ia mengendarai mobilnya menuju rumah. Lalu masuk kamar dan segera membersihkan diri.

Setelah selesai mandi, Rhea duduk didepan meja riasnya. Kemudian ia tersenyum mengingat kejadian tadi siang. Ia sangat senang bertemu lagi dengan sahabatnya itu. Mereka sepakat akan memperbaiki hubungan yang sempat terputus karena kesalah pahaman.

Ting!
Suara notifikasi pesan diponsel Rhea.

Rhee..!! Masak Rangga barusan nembak akuuu... ~Lucy

Mata Rhea melotot hampir keluar membaca pesan itu. Segera ia melakukan panggilan video dari ponselnya.

"Halo.. " jawab Lucy dari seberang telepon.

"Ya ampun, Luc. Selamat yaaa... Ga nyangka akuuu. Rangga gercep banget!"

"Aku juga ga nyangka, Rhe." katanya sambil tertawa.

"Yaaahhh... Abis ini aku jadi obat nyamuk dong di kantor." kata Rhea kemudian diikuti tawa keduanya.

Mereka mengobrol lama, membahas apa saja. Tak terasa hari mulai gelap, akhirnya Rhea mengakhiri percakapannya.

Suara deru mobil masuk halaman rumah. Rhea segera turun kebawah. Ternyata ada dua mobil yang datang. Kemudian maminya turun dari mobil disusul papinya. Rhea berteriak bahagia. Dimobil lain, Rio juga turun dari mobilnya.
Kemudian mereka berangkulan masuk rumah. Rhea menunggu mami, papi, dan kakaknya yang sedang mandi. Ia duduk dikursi ruang makan.

Mantan Sang CEO (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang